Tim Kebudayaan Epochtimes
Kaisar Wu bernama Liu Che, di usia empat tahun dinobatkan sebagai pangeran, tujuh tahun dinobatkan sebagai putra mahkota, 16 tahun naik tahta menjadi kaisar, di- nobatkan menjadi kaisar ke-7 dari Dinasti Han Barat.
Setelah dinasti itu telah melalui rentang waktu lebih dari 60 tahun penataan imperium Han dengan penuh kedamaian, kekaisaran yang diwarisi oleh Kaisar Wu adalah sebuah negara muda, kaya ekonominya, dan kemampuannya terus meningkat. Kaisar Wu yang muda dan berbakat jelas tidak ingin menjadi kaisar yang tidak melakukan apa pun yang hanya menjalankan negara dengan tenang.
Tahun 140 SM adalah tahun pertama Kaisar Wu memangku jabatan, kemudian ditetapkan oleh para pejabat Kaisar Wu sebagai “tahun pertama Jianyuan”. Kaisar Wu telah menetapkan penamaan era yang pertama dalam sejarah Tiongkok, menjadi kaisar pertama yang menetapkan penamaan era tahun kerajaan.
Jianyuan, yang berarti Membangun Era yang Baru, menandakan awal dimulainya suatu cita-cita yang agung. Kaisar Wu melakukan tindakan yang belum pernah ada sebelumnya, apakah menandakan dirinya pada masa itu, tengah membuat sebuah blue print (rencana) yang agung bagi kerajaan Dinasti Han, dan menciptakan suatu era yang hebat?
Kaisar Wu sangat memahami, jika ingin mewujudkan cita-cita agungnya, maka harus berpondasi pada orang-orang berbakat, harus menggunakan para talenta untuk menerapkan kebijakannya. Maka begitu dinobatkan, ia segera memerintahkan pe
jabat seluruh negeri untuk mengusulkan orang berbakat yang berani memberikan usulan dan kritikan. Pemilihan talenta pada waktu itu tidak mematok batasan apa pun, hanya menuntut orang yang berpendidikan dan berkemampuan, dan sistem pemilihan pejabat yang digunakan waktu itu juga menjadi patokan dari sistem “ujian elevasi” yang digunakan dari masa awal Dinasti Han (Dinasti Han dimulai pada 202 SM) sampai Dinasti Sui (581 – 619), yakni sistem seleksi pejabat yang direkomendasi lewat ujian.
Begitu titah Kaisar Wu diturunkan, orang-orang berbakat dari berbagai penjuru pun ramai-ramai datang mengajukan diri. Setelah sembilan bulan menjadi kaisar, Kaisar Wu telah merekrut ratusan orang, berbagai rapat membuat kebijakan pun digelar, sang kaisar mengemukakan banyak permasalahan seputar pemerintahan negara, setiap orang memberikan jawaban dengan cara menulis artikel, Kaisar Wu menurunkan tiga kali titah berturut-turut: Titah pertama adalah menjelaskan kepada semua orang tentang tujuan utamanya: “Saya telah mewarisi posisi yang paling tinggi dan akhlak yang paling baik dari kaisar sebelumnya, yang harus diwarisi sampai selamanya, misi ini luar biasa besar, dan tanggung jawab yang penting. Maka dari itu saya mengundang semua orang berbakat, bermodal dan berpendidikan, dengan harapan bisa mendengarkan prinsip agung untuk memerintah kerajaan dan mensejahterakan rakyat.”
Kemudian, Kaisar Wu pun mengemukakan serangkaian pertanyaan dengan menyampaikan harapan dan tujuan yang hendak dicapainya bagi negeri ini. waktu itu, ada seorang sarjana bernama Dong Zhongshu yang sangat menonjol, dengan tulisannya berjudul “Tiga Kebijakan Langit dan Manusia”, mendesak Kaisar Wu melakukan langkah besar pertama sejak dinobatkan sebagai kaisar — menghormati Konfusianisme, yang kemudian menetapkan kebudayaan Konfusius sebagai kebudayaan arus utama dalam peradaban bangsa Tiongkok.
Tiga Kebijakan Langit & Manusia
Dong Zhongshu yang sangat berbakat itu adalah guru besar “Chun Qiu” (baca: chun chiu, salah satu kitab Konfusius, red.) dari aliran Gong Yang, reputasinya sangat tinggi. Ia juga peraih posisi pertama dalam ujian seleksi, oleh sebab itu masuk ke dalam “tautan tanya jawab kaisar”, yang disebut juga tautan “kebijakan”.
Kaisar Wu mengajukan tiga kali pertanyaan kepada Dong Zhongshu, dijawab oleh Dong dengan tiga makalah. Karena tiga pertanyaan Kaisar Wu tersebut ada kaitannya dengan prinsip langit dan etika manusia, oleh sebab itu tiga makalah jawaban dari Dong Zhongshu itu pun disebut “Tiga Kebijakan Langit & Manusia”.
Isi tanya jawab Kaisar Wu dengan Dong Zhongshu dicatat secara rinci di dalam kitab “Han Shu” yang sangat panjang lebar.
Secara garis besar, masing-masing pertanyaan Kaisar Wu adalah: pertama, bagaimana mengembalikan prinsip raja/kaisar pada zaman dulu kala, yakni prinsip fundamental pengukuhan politik; kedua, memerintah negara apakah ada satu prinsip yang dapat diterapkan sampai ke segala aspek, yakni ilmu politik memerintah negara; ketiga, mempertanyakan hubungan langit dan manusia serta kelebihan dan kekurangan pemerintahan negara saat itu. Ketiga pertanyaan itu teramat luas, dan tidak bisa dijelaskan hanya dengan satu dua kalimat, tapi karya tulis Dong Zhongshu sangat teratur, satu persatu dijawabnya.
Reaksi Kaisar Wu adalah, setelah membaca makalah pertama kaisar merasa dia bukan orang biasa, setelah tanya jawab selesai raja sangat yakin akan kemampuan Dong Zhongshu, dan mengangkatnya sebagai perdana menteri bagi Raja Liu Fei, saudara tirinya. Berikut kita lihat bagaimana Dong Zhongshu menjawab pertanyaan tersebut.
Dong Zhongshu dalam ketiga makalah tersebut, terutama mengemukakan tiga hubungan utama:
Pertama, hubungan antara Langit dan manusia. Manusia diberi kehidupan oleh Langit, kekuasaan raja/kaisar diberikan dari Dewa. Jika Putra Langit (raja/kaisar) memerintah negara dengan baik dan bermoral, maka Langit akan menurunkan berkah; jika memerintah dengan buruk, maka Langit akan menurunkan bencana. Jadi Langit memiliki hati yang berbelas kasih, maka Putra Langit juga harus berperilaku sesuai kehendak Langit yakni, menyebar-luaskan kebajikan.
Kedua, hubungan takdir, sifat dan perasaan serta masalah pendidikan. Takdir, berasal dari Langit; sifat, adalah bawaan manusia sejak lahir; perasaan, adalah keinginan/ hawa nafsu manusia. Panjang pendek usia manusia dan tinggi rendah moralnya, dapat dibina/diperkaya lewat pendidikan.
Ketiga, hubungan moral dengan hukuman. Moral adalah Yang, bersifat meningkatkan; hukuman adalah Yin, bersifat membunuh. Seorang Putra Langit seharusnya mengutamakan moral dan bukan mengutamakan hukuman. (sud)
Bersambung
Video Rekomendasi :