oleh Lin Cenxin
Memburuknya hubungan dengan Amerika Serikat, komunis Tiongkok menjadi semakin mengandalkan prakarsa Sabuk Ekonomi Jalur Sutra -One Belt One Road – OBOR- sebagai strategi pengembangan hubungan internasional. Baru-baru ini, media ‘Epoch Times’ berhasil memperoleh dokumen internal komunis Tiongkok yang isinya menunjukkan bahwa mereka telah menganggarkan sejumlah dana untuk membiayai beasiswa khusus untuk para pelajar internasional dari negara-negara di sepanjang jalur OBOR. Sebenarnya, ada maksud lain di baliknya
Laporan media resmi Partai Komunis Tiongkok mengutip data statistik tahun 2018 memberitakan bahwa, lebih dari 490.000 orang pelajar internasional dari 196 negara dan wilayah datang ke daratan Tiongkok untuk belajar. Di antara mereka, sekitar 260.000 orang siswa atau 53% yang berasal dari 64 negara yang berada di sepanjang jalur OBOR. Untuk itu, komunis Tiongkok bersedia menganggarkan dana sebesar RMB. 3.3 miliar untuk dipakai membiayai beasiswa khusus untuk para pelajar internasional ini. Tampaknya komunis Tiongkok sedang menunjukkan sifat kedermawanannya.
Namun, berdasarkan dokumen internal komunis Tiongkok berjudul ‘Tata Cara Pengaturan Pemberian Beasiswa Khusus untuk Pelajar Jalur OBOR yang Dikeluarkan Provinsi Gansu’ serta dokumen lain yang berjudul ‘Ringkasan Daftar Siswa Internasional,’ yang mana merupakan daftar pelajar yang mengajukan beasiswa khusus pada tahun 2020. Komentator politik Li Linyi mengatakan bahwa, dokumen menunjukkan bahwa Provinsi Gansu sesungguhnya melakukan penetrasi ke negara-negara Asia Tengah melalui pendidikan dan pertukaran budaya.
Li Linyi memaparkan, target utama penetrasi Gansu adalah negara-negara di Asia Tengah tersebut seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan. Kemudian target penetrasi Jilin adalah negara di Asia Timur Laut, seperti Korea Utara, Rusia. Sesuai dominasinya secara geografis. Sedangkan untuk Provinsi Yunnan, lokasi geografisnya (menghadap) Asia Tenggara dan Asia Selatan
Li Linyi mengatakan bahwa Gansu, Jilin, dan Yunnan, masing-masing provinsi itu bertanggung jawab atas negara dan wilayah yang berbeda. Di antara negara-negara Asia Tenggara yang berpartisipasi dalam inisiatif OBOR yang menjadi tanggung jawab Yunnan, Myanmar menjadi urutan pertama yang memiliki lebih dari 6.000 orang pelajar belajar di Tiongkok pada tahun 2019, dan Laos menempati urutan kedua.
Selain dengan memberikan beasiswa dan pertukaran pelajar asing, komunis Tiongkok juga mendirikan lembaga penelitian di universitas atau mendirikan Institut Konfusius di negara-negara tersebut.
Li Linyi mengatakan : “Setiap universitas di Gansu telah mendirikan lembaga yang mengkhususkan diri untuk meneliti negara di Asia Tengah. Beberapa didedikasikan untuk satu negara saja, dan beberapa didedikasikan untuk beberapa negara. Ini adalah cara kedua dalam mempromosikan inisiatif OBOR melalui pendidikan. Yang ketiga adalah mereka langsung mendirikan sekolah di tempat orang lain, seperti Institut Konfusius yang didirikan di negara-negara Asia Tengah seperti Sudan dan Kazakhstan. Sebaliknya, jumlah Institut Konfusius lebih banyak dari pada rata-rata Institut Konfusius nasional”.
Li Linyi mengungkapkan bahwa komunis Tiongkok berharap melalui pendidikan yang diikuti oleh para pelajar asing dan pertukaran budaya, tak lain untuk mempromosikan integrasi ekonomi dan mempengaruhi politik mereka. Yang mana, pada akhirnya mencapai tujuan penetrasi dan merayu negara-negara di sepanjang jalur OBOR untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek Sabuk Ekonomi Jalur Sutra. (sin)
FOTO : Proyek OBOR telah membuat banyak negara jatuh ke dalam perangkap utang dan antipati penduduk setempat. (Arif Ali/Getty Images)
Sumber : Klik di sini