Benarkah Kota Langit Machu Picchu di Peru adakah hubungan dengan alien?
Pada tahun 1986, Hayao Miyazaki merilis film animasi berjudul Castle in the Sky. Saat itu, tayangan ini membuka keingintahuan banyak orang tentang dunia yang tidak dikenal. Orang-orang bertanya-tanya apakah benar ada peradaban yang sangat cerdas di dunia ini? Mereka tidak hanya menguasai teknologi penerbangan, bahkan membangun kota yang menjulang tinggi di angkasa.
Pada tahun 1911, ada yang menemukan kota langit misterius di sebuah gunung setinggi 2.400 meter. Medan yang terjal di sini dikelilingi awan dan kabut sepanjang tahun, membuat kota ini benar-benar terisolasi dari dunia selama lebih dari 400 tahun. Belakangan, beberapa ahli mendapati, teknologi pembangunan kota ini sebanding dengan piramida. Lalu siapa dan mengapa menempatkan kota berteknologi tinggi ini di tempat itu? Dan apa sebabnya mereka tiba-tiba meninggalkan kota itu ?
Kota emas dalam legenda
Peradaban Inka bermula dari sebuah suku kecil di daerah Cuzco saat Sapa Inka pertama, Manco Capac mendirikan pemukiman Kishawn Cuzco sekitar tahun 1200. Pada perkembangannya, keturunan dari Manco Capac berhasil mengembangkan wilayah kekuasaan dan menyerap masyarakat di sekitar Pegunungan Andes untuk bahu-membahu membangun Imperium Inka.
Ekspansi besar bangsa Inka dilakukan pada tahun 1442 saat pemimpin Inka, Pachautec mendirikan Kekaisaran Inka (Tawantinsuyu) yang pada akhirnya menjadi kekaisaran terbesar di Benua Amerika sebelum era kedatangan Columbus.
Pada tahun 1438, Kerajaan Inka bangkit. Dapat dikatakan kejayaannya kala itu hampir menyelimuti bagian barat Amerika Selatan. Pada masa itu, ada sebuah legenda di benua Eropa, legenda ini menggambarkan kekuatan sebuah negeri yang sangat kuat di ujung barat. Negeri ini sangat, sangat kaya. Saking kayanya bahkan kuilnya terbuat dari emas.
Pada tahun 1911, sejarawan kenamaan Amerika Hiram Bingham III (1875-1956) memimpin tim ekspedisi untuk mencari kota kuno legendaris ini. Kala itu, banyak orang yang pesimis dengan Hiram Bingham III. Mereka menganggap bagaimana mungkin ada Kota Emas yang dilegendakan itu di pegunungan Andes dengan ketinggian rata-rata 4000 meter. Namun, Hiram Bingham III tidak menggubrisnya, dan berkat usaha kerasnya akhirnya ia menemukan kota Machu Picchu.
Pada tahun 1911, ia menerbitkan sebuah buku berjudul The Lost City of The Inca, dan secara resmi membawa kota langit kuno ini kembali ke dunia.
Machu Picchu
Orang-orang terkejut saat The Lost City of The Inca diterbitkan. Pasalnya sistem pembangunan kota kuno Machu Picchu sangat menakjubkan, dan saking hebatnya membuat orang-orang nyaris tidak percaya itu adalah teknologi manusia.
Bangunan Machu Picchu ini juga sama dengan bangunan piramida yang tersusun dari batu-batu tanpa perekat sama sekali. Tetapi anehnya, tidak ada celah sedikitpun bahkan sehelai kertas juga tidak bisa disisipkan di antara batu-batu tersebut. Karena kerap dilanda gempa, orang-orang yang membangun Machu Picchu kala itu menggunakan beberapa teknologi anti seismik agar Machu Picchu tetap berdiri kokoh.
Kota ini terletak di Pegunungan Andes, Peru, dengan ketinggian 2.430 meter di atas permukaan laut. Batu terbesar di kota ini memiliki berat 20 ton, terlebih lagi batu-batu yang diangkut untuk membangun seluruh kota ini berjarak 30 kilometer jauhnya. Asal tahu saja, pegunungan ini tingginya 2.430 meter, bahkan jika kita ingin menyaksikan keindahan Machu Picchu, kita harus berjalan kaki selama beberapa jam di jalan yang sangat sempit.
Saat itu, tidak ada roda, tidak ada kuda, dan tidak ada keledai, lalu bagaimana mereka bisa melakukan semua ini?
Para ilmuwan sekarang menjelaskannya bahwa orang-orang Mesir pada empat ribu tahun yang lalu mungkin menggunakan Sungai Nil untuk mengangkut batu-batu yang digunakan untuk membangun piramida, tetapi Machu Picchu pada ketinggian 2.430 meter, tidak memiliki sungai untuk mengangkut batu-batu ini.
Tidak hanya sistem konstruksinya yang mengagumkan, para arkeolog juga menemukan Machu Picchu menggunakan teknik hidrolika modern. Meski beriklim badai hujan, namun tidak terjadi rendaman air di seluruh Machu Picchu. Selain itu, karena Machu Picchu terletak di pegunungan yang tinggi, mereka juga membangun saluran air yang akan bergerak dengan sudut yang tepat mengangkut air dari kaki gunung ke atas gunung, dan bahkan untuk mengangkut sumber makanan juga bukan masalah yang sulit bagi mereka.
Kita tahu bahwa cara terbaik untuk menanam buah dan sayuran di gunung adalah dengan sistem terasering, yakni suatu teknik bercocok tanam dengan sistem bertingkat atau berteras- teras sebagai upaya pencegahan erosi tanah. Tetapi terasering di Machu Picchu ini tidak seperti sawah bertingkat biasa. Bangsa Inca tinggal di pegunungan Andes yang curam. Problemnya, mereka tak punya lahan yang rata untuk bertani. Mereka mengatasi masalahnya dengan cerdik, yakni mereka mengembangkan pertanian terasering. Lantas, bagaimana caranya bertani di lahan miring seperti itu?
Cara pertama yang harus dilakukan adalah membuat dinding penahan batu. Batu bisa menyerap panas di siang hari dan memancarkan panas kembali di malam hari. Hal ini berguna agar tanaman tak membeku di suhu yang dingin. Lalu, lapisan tanah terbawah diisi dengan batu kerikil agar tanah tidak akan longsor apabila hujan lebat turun.
Saat musim kemarau mereka menggunakan teknik sifon untuk terus menumbuhkan makanan di tanah.
Terasering konsentris itu dilengkapi batu-batu pijakan yang memungkinkan orang berjalan dari atas hingga ke dasar lingkaran. Setiap tingkat terasering memiliki suhu yang berbeda. Perbedaan suhu ini menciptakan sub-iklim yang berlainan seperti dalam teknologi rumah kaca modern.
Ini adalah peninggalan Suku Inca dengan bentuk dan kegunaan paling menakjubkan. Bangunan ini berbentuk seperti mangkok besar dengan kontur tanah yang semakin menurun dan dilengkapi dengan teras-teras yang konsentris. Sehingga, bangunan ini terlihat seperti teater terbuka di Yunani Kuno.
Kita tahu, ada seraut wajah manusia di Mars yang menghadap ke langit, dan raut wajah Mars ini sangat mirip dengan topeng Firaun Mesir. Tak disangka, para arkeolog menemukan orang yang merancang kota Machu Picchu memadukannya dengan pegunungan. Jadi saat Anda memutar 90 derajat kota Machu Picchu ini, Anda akan melihat wajah seraut wajah dari suku Indian Amerika yang memandang ke alam semesta.
Nah, sekarang kita tahu kenapa Machu Picchu bisa begitu menakjubkan! Tapi tahukah pemirsa, arkeolog saat ini tidak dapat memastikan siapa yang membangun kota Machu Picchu.
Disebutkan bahwa Machu Picchu dibangun oleh bangsa Inca, ini adalah kesimpulan para arkeolog. Karena peradaban Inca tidak mengembangkan tulisan, jadi hingga saat ini, arkeolog tidak dapat memastikan siapa sebenarnya yang membangun Machu Picchu. Bahkan para arkeolog juga tidak begitu yakin dengan tahun pembangunan Machu Picchu.
Seorang arkeolog mendapati, bahwa lokasi bangunan utama Machu Picchu ditata menurut fenomena langit tertentu. Kemudian seorang astronom Jerman menghitung dengan rumus matematika dan menemukan bahwa jika bangunan Machu Picchu benar-benar sesuai dengan galaksi di langit, maka masa konstruksi bisa dimajukan hingga 4000 SM hingga 2000 SM, atau dengan kata lain, usia konstruksi Machu Picchu mungkin sudah lima atau enam ribu tahun, bahkan lebih tua dari 4000 tahun sejarah Piramida.
Selain misteri masa konstruksi, lalu untuk apa Machu Picchu dibangun?
Saat ini, beberapa arkeolog menyimpulkan bahwa Machu Picchu kemungkinan besar adalah tempat liburan para bangsawan Inca pada saat itu. Namun, beberapa ahli tidak setuju dengan pandangan ini. Menurut mereka, ibu kota Kerajaan Inca berjarak lebih dari 80 kilometer dari Machu Picchu, dan untuk mencapai Machu Picchu yang terletak di puncak gunung, perjalanannya bisa dikatakan sangat berat. Tidak ada bangunan lain bagi para bangsawan untuk beristirahat di tengah perjalanan.
Sampai sekarang, banyak ilmuwan tidak habis mengerti mengapa Machu Picchu ditinggalkan. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa invasi Spanyol menyebabkan Machu Picchu ditinggalkan, tetapi Machu Picchu adalah sebuah kota yang mandiri dan terletak di pegunungan yang terpencil, sedangkan tentara Spanyol pada waktu itu tidak mengetahui keberadaan Machu Picchu. Dalam proses arkeologi juga tidak ditemukan bahwa Machu Picchu pernah mengalami peperangan, lalu kenapa orang-orang yang tinggal di sini ketika itu tiba-tiba menghilang?
Perjalanan antarbintang
Karena Machu Picchu mengandung banyak misteri, seringkali para arkeolog baru saja memecahkan satu misteri, misteri lainnya menyusul, sehingga sebagian orang mulai berpikir tentang teknologi Machu Picchu yang sekilas tidak terlihat seperti teknologi manusia. Mungkinkah karena Machu Picchu bukan dibangun oleh manusia, atau dibangun di bawah petunjuk alien?
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita perlahan-lahan memperluas wilayah ke galaksi lain di tata surya, tetapi tahukah Anda? Makanan terpenting dalam perjalanan antarbintang adalah kentang. Di masa depan, langkah penting pertama bagi manusia untuk menjelajahi Mars adalah berhasil menanam kentang, tetapi makanan penting seperti itu ternyata hanya terdapat di Machu Picchu.
Dan hal yang terpenting adalah beberapa arkeolog menemukan situs berharga yang ditinggalkan bangsa Inca di Peru bukan cuma Machu Picchu, tetapi juga mewariskan sejumlah peninggalan arkeologi yang membuktikan kecanggihan teknologi mereka, salah satunya adalah Moray yang ditemukan 50 kilometer jauhnya dari Machu Picchu. Makanan utama yang ditanam di terasering moray ini adalah kentang, makanan utama untuk perjalanan antarbintang.
Terasering moray ini juga menyembunyikan teknologi super canggih seperti Machu Picchu. Moray seketika menarik banyak perhatian saat ditemukan. Namun yang tidak terduga adalah Moray ini adalah hasil galian.
Dalam satu pusat, teras berundak berbentuk lingkaran ini tersusun dari yang terbesar sampai ukuran terkecil di bagian bawah. Teras-teras ini tersusun hingga kedalaman 150 meter, setara dengan galian setinggi 50 lantai sebuah gedung. Kerennya, kawasan ini tidak akan mengalami banjir, meski hujan turun sangat deras.
Tetapi bagian yang paling menakjubkan dari itu bukanlah seberapa dalam dan besar tampilannya. Salah satu bentuk yang paling mengagumkan dari situs ini adalah perbedaan suhu antara bagian atas dan bawah. Perbedaan suhu tersebut mencapai sekitar 15 derajat Celcius. Perbedaan suhu ini pun menciptakan iklim mikro di daerah tersebut. Iklim ini digunakan oleh Suku Inca untuk mempelajari efek dari kondisi yang berbeda pada tanaman.
Belakangan, para ilmuwan menemukan bahwa itu sebenarnya adalah pertanian rumah kaca. Orang-orang yang membangun pertanian rumah kaca ini ketika itu mencoba mensimulasikan iklim yang berbeda dan mencoba mengembangkan lebih banyak varietas kentang. Mensimulasikan iklim? Benar! Anda tidak salah dengar.
Setiap undakan terasering ini akan berbeda 0,5 derajat. Kemudian ilmuwan menemukan bahwa terasering yang dibangun dengan bentuk lingkaran ini sebenarnya memiliki makna, karena waktu penyinaran akan berbeda ke arah yang berbeda. Jadi dengan bantuan pengatur suhu setiap tingkatan dapat membudidayakan kentang yang cocok untuk iklim yang berbeda.
Tidak diragukan lagi, terasering Moray sekali lagi membuat takjub. Orang-orang bertanya-tanya mengapa suatu bangsa yang tidak mengenal tulisan ini memiliki teknologi secanggih itu, tidak hanya membuat kagum dalam bidang konstruksi, bahkan juga dapat mengembangkan dan membudidayakan kentang yang cocok untuk iklim yang tidak sama.
Alasan mengapa ilmu pengetahuan dan teknologi manusia bisa terus maju, tulisan memainkan peran yang sangat penting. Tulisan bukan hanya mencatat tentang apa yang terjadi di masa lalu, tetapi juga warisan kecerdasan manusia.
Lalu bagaimana bangsa Inca yang tidak mengenal tulisan pada dahulu kala itu membangun Machu Picchu ? Dan mengapa mereka yang memiliki teknologi tinggi itu tiba-tiba meninggalkan kotanya ?
Sejak laboratorium kentang ditemukan di dekat Machu Picchu, semakin banyak orang mulai percaya bahwa mungkin penduduk Machu Picchu kala itu tidak meninggalkan Machu Picchu, tetapi meninggalkan bumi untuk melanjutkan perjalanan antarbintang berikutnya. Bagaimana menurut Anda ? (jon/rp)
Sumber : berbagaisumber
Keterangan Foto : Wisatawan berjalan di antara reruntuhan benteng Machu Picchu, 130 km barat laut Cusco, Peru pada 6 Juli 2011. (Cris Bouroncle / AFP / Getty Images)
Video Rekomendasi :