Kuchisake-onna adalah sejenis siluman dalam mitologi dan legenda urban Jepang. Ia berwujud seorang wanita yang bermulut robek. Dalam legenda urban Jepang, ia menutupi mulutnya dengan masker operasi dan sering muncul di jalan-jalan yang sepi.
Pada tahun 1970-an ada legenda tentang Kuchisake-onna ini di Jepang. Menurut legenda, anak-anak yang berjalan pulang sendirian di malam hari, kemungkinan akan bertemu dengan sesosok wanita yang memakai masker operasi. Jika Anda sendirian, dia akan memanggil Anda dan bertanya apakah saya cantik? Jika anak itu tidak menjawab, dia akan dibunuh dengan gunting yang selalu dibawa oleh wanita bermulut robek itu. Sebaliknya, jika anak itu menjawab dia cantik, maka wanita bermulut robek itu akan melepaskan maskernya menampakkan mulut yang tidak bisa ditutup dan bertanya….gimana sekarang, apa saya cantik ? Jika si anak menjawab tidak cantik, maka ia akan dibunuh.
Sebaliknya jika si anak menjawab cantik, dia akan memotong mulut anak itu agar terlihat seperti dirinya. Untuk meloloskan diri darinya sepertinya tidak mungkin, karena dia akan segera muncul lagi di depan korban.
Meskipun terdapat berbagai versi tentang ciri-ciri Kuchisake-onna / wanita bermulut robek, namun secara keseluruhan ada beberapa kesamaan, yaitu wanita muda berkulit putih dengan rambut panjang, memakai mantel dan masker yang menutupi mulutnya. Kesan paling klasik adalah, dia akan bertanya kepada orang yang lewat : Apakah saya cantik ? Akhir dari jawabannya seperti yang dikatakan di awal.
Selain ciri umum yang disebutkan di atas, berbagai versi tentang wanita bermulut robek dari setiap daerah juga tidak sama, seperti misalnya kecepatan lari wanita bermulut robek itu sangat kencang, mampu berlari sekitar 100 meter dalam tempo 6 – 12 detik.
Kecepatan larinya lebih dari sekadar rekor dunia atau pelari olimpiade. Selain itu, ada cara untuk mengatasinya jika kebetulan bertemu dengan wanita bermulut robek, apa yang harus dilakukan jika ingin meloloskan diri darinya ?
Salah satu versinya adalah, coba cari tahu apakah ada tangga di sekitar lokasi pemukiman, jika ada, maka Anda aman, karena wanita bermulut robek tidak bisa naik ke lantai dua.
Selain itu, coba tanggapi dengan beberapa jawaban yang tidak jelas, seperti misalnya lumayan (cantik), biasa-biasa saja atau jawaban yang membingungkannya. Dengan begitu, Anda dapat mengambil kesempatan untuk melarikan diri.
Selain itu, dia juga sangat suka makan permen, selama Anda memberinya permen, dia akan pergi dengan senang hati atau semprot dengan minyak/semprotan rambut jika kebetulan Anda membawanya, dan Anda bisa pergi dengan aman, karena wanita bermulut robek sangat benci aroma minyak/semprotan rambut.
Nah, itulah beberapa versi legenda tentang Kuchisake-onna / wanita bermulut robek. Singkatnya, setiap daerah punya versinya masing-masing tentang Kuchisake-onna / wanita bermulut robek, beberapa rumor ini bahkan ada yang terdengar lucu, seperti cerita dongeng yang ditanyakan anak-anak.
Asal muasal Kuchisake-onna
Lalu darimana asal muasal Kuchisake-onna / wanita bermulut robek ? Pada akhir Januari 1979, ada sebuah berita di Prefektur Gifu, Jepang. Menurut laporan itu, suatu hari ketika seorang petani tua di Prefektur Gifu akan ke toilet, dia melihat seorang wanita bermulut robek berdiri di sudut halaman rumahnya. Laporan ini menimbulkan efek kupu-kupu.
Legenda urban tentang wanita bermulut robek pun dengan cepat menyebar dan membuat heboh di seluruh pelosok negeri Jepang selama musim semi dan musim panas ketika itu.
Peristiwa itu pun menyebar dari mulut ke mulut anak-anak. Bisa dibayangkan, versi wanita bermulut robek pun semakin dibesar-besarkan. Asal mula paling terkenal dari rumor wanita bermulut robek adalah, konon katanya wanita bermulut robek itu adalah seorang wanita cantik semasa hidupnya.
Suatu hari ketika wanita cantik itu akan menjalani operasi, dia terus meronta tak tahan mencium aroma minyak/gel rambut, akibatnya dokter tidak sengaja memotong kedua sisi mulutnya dengan gunting operasi yang sangat tajam.
Melihat wajahnya yang rusak, wanita itu kemudian dengan marah membunuh dokter dan pergi. Belakangan, penduduk setempat yang menganggapnya sebagai monster kemudian dengan marah membunuhnya, sehingga rohnya berubah menjadi monster dan muncul di depan orang-orang yang lewat.
Legenda wanita bermulut robek tidak hanya menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat Jepang, tetapi juga menyebabkan beberapa sekolah di beberapa prefektur dan kota di Jepang, seperti Saitama, Hokkaido, dan Kanagawa ditutup.
Saat itu belum ada jaringan internet yang berkembang seperti sekarang, kenapa bisa menyebar dengan begitu cepat? Hal ini disebabkan oleh peningkatan bertahap jumlah anak-anak di sekolah intensif atau sekolah khusus pada waktu itu. Sebelumnya, rumor semacam itu sulit untuk menyebar ke seluruh distrik sekolah.
Namun, sekolah intensif mengumpulkan siswa dari beberapa distrik sekolah, jadi ketika seorang anak bercerita tentang kejadian di sekolahnya, anak-anak lain pun menjadi takut, apakah hal itu akan terjadi di sekolahnya. Ketika mereka kembali ke sekolah, mereka akan menceritakan hal itu kepada orang lain atau bahkan orang tua dan kerabat mereka, karena itulah penyebarannya sangat cepat, dan muncul efek meniru tentang legenda wanita bermulut robek.
Pada 21 Juni 1979, seorang wanita berusia 25 tahun di kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang, ditangkap oleh polisi dengan dakwaan melanggar hukum karena meniru gaya Kuchisake-onna / wanita bermulut robek sambil mengayun-ayunkan pisau dapur.
Legenda Kuchisake-onna / wanita bermulut robek berlangsung hingga Agustus tahun itu dan baru berhenti ketika sekolah tutup untuk liburan musim panas, sehingga anak-anak tidak dapat bercerita satu sama lain.
Fakta di Baliknya
Sebenarnya, dibalik legenda Kuchisake-onna / wanita bermulut robek juga mencerminkan sebagian konteks sejarah dan realitas sosial pada batas tertentu. Laporan berita paling awal yang disebutkan di atas diterbitkan oleh surat kabar Gifu Shimbun, Prefektur Gifu, Jepang.
Banyak prefektur dan kota di Jepang, tapi mengapa legenda wanita bermulut robek berawal dari prefektur Gifu? Menurut salah satu versi, bahwa pada pertengahan abad ke-18 terjadi gerakan perlawanan oleh petani di Prefektur Gifu, dan banyak petani yang terlibat dihukum ketika gerakan tersebut berakhir, sehingga timbul kebencian dan berubah seiring waktu menjadi penyebaran dalam bentuk legenda Kuchisake-onna / wanita bermulut robek.
Selain versi dari gerakan perlawanan petani, tersiar legenda di Prefektur Gifu semasa periode Meiji dan Taisho. Diceritakan bahwa ada seorang wanita ke gunung untuk bertemu dengan kekasihnya, demi menghindari kawanan bandit di pegunungan, wanita ini sengaja mengenakan pakaian putih dan mengacak-acak rambut panjangnya, memegang lilin dan sabit, melintasi pegunungan dengan wujud yang menakutkan seperti hantu.
Umumnya orang-orang tidak berani mendekat jika melihatnya di tengah malam. Dari kejauhan, wanita ini sekilas terlihat seperti wanita bermulut robek. Menurut analisis beberapa sarjana, legenda Kuchisake-onna / wanita bermulut robek kemungkinan besar adalah Oiwa dalam kisah Yotsuya Kaidan. Karena dia menjadi gadis buruk rupa, dan timbul rasa dendam sehingga berubah menjadi wujud monster yang menakutkan.
Untuk diketahui, Yotsuya Kaidan, adalah kisah Oiwa dan Tamiya Iemon, merupakan kisah pengkhianatan, pembunuhan dan balas dendam hantu. Bisa dibilang kisah hantu Jepang paling terkenal sepanjang masa, telah diadaptasi untuk film lebih dari 30 kali dan terus menjadi pengaruh pada horor Jepang hingga saat ini.
Poin-poin di atas merupakan beberapa analisa dan penjelasan berdasarkan kemungkinan latar belakang sejarah dari Kuchisake-onna / wanita bermulut robek tersebut, namun dalam kehidupan nyata, menurut saya kengerian dari wanita bermulut robek tersebut kala itu adalah karena dia mungkin sosok orang mencurigakan yang benar-benar ada disekitar sekolah.
Terkait peristiwa Kuchisake-onna / wanita bermulut robek, pada saat itu, seorang reporter ternama, melakukan investigasi mendalam dan menemukan bahwa wanita bermulut robek yang dilihat oleh petani seperti yang diberitakan di surat kabar Gifu Shimbun itu, sebenarnya adalah seorang pasien dengan gangguan jiwal yang sempat kabur dari rumah sakit jiwa.
Investigasi reporter tersebut bukanlah fantasi. Pada tahun 1970-an di Prefektur Gifu, ada berita yang melaporkan tentang pasien gangguan jiwa yang membuat wajah bagian bawahnya menjadi merah dengan lipstick. Selain itu juga ada kabar tentang pasien gangguan jiwa yang berkeliaran di luar, menakuti orang-orang yang lewat. Bagi anak-anak dan orang tua saat itu, berita tentang wanita bermulut robek itu pasti akan membuat mereka takut.
Setelah memasuki tahun 1990-an, operasi plastik dan industri terkait di masyarakat Jepang mulai berkembang pesat. Banyak pria dan wanita muda yang ingin tampil cantik menarik rela menghabiskan uangnya untuk hal ini. Namun, kisah malang tentang kelalaian operasi dan medis juga terus bertambah. Desas-desus tentang wanita bermulut robek pun kembali merebak.
Saat ini, identitas sebenarnya dari wanita bermulut robek dalam rumor tersebut, sebenarnya adalah seorang wanita yang irasional karena kegagalan operasi plastik. Pada poin ini, menurut asumsi wanita bermulut robek dapat dikatakan sebagai saksi penting dalam sejarah modern Jepang.
Dari ingatan kolektif para petani di zaman Edo hingga 1970-an dan 1990-an, beberapa bagian dari gejolak sekolah mencerminkan sejarah perkembangan Jepang. Selain menimbulkan kepanikan di kalangan anak-anak sekolah saat itu, legenda wanita bermulut robek juga secara tak terduga merefleksikan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin di masyarakat Jepang.
Setelah harian Gifu Shimbun memberitakan kejadian wanita bermulut robek, para orang tua dari keluarga miskin memanfaatkan kesempatan tersebut, membujuk anak-anaknya menyingkirkan keinginannya untuk sekolah intensif atau sekolah khusus, karena bagi keluarga yang tidak mampu, biaya sekolah memang merupakan beban yang sangat berat.
Legenda wanita bermulut robek tahun 1979 ketika itu, memang masih terbayang dalam ingatan banyak orang hingga sekarang. Melalui perkembangan internet, legenda ini juga melanda Korea Selatan pada tahun 2004, dan muncul legenda urban tentang seorang wanita bermasker merah di Korea Selatan.
Ceritanya mirip dengan kisah wanita bermulut robek di Jepang. Belakangan, kisah Kuchisake-onna/wanita bermulut robek diangkat ke layar lebar secara berulang, diantaranya film The Slit-Mouthed Woman yang dirilis tahun 2007 ini mungkin tidak asing lagi bagi banyak penggemar film horor Jepang.
Sementara itu juga banyak terjadi serangan di sekolah-sekolah Taiwan dalam beberapa tahun terakhir. Bayangkan jika sosok yang mencurigakan muncul di sekitar sekolah anak-anak kita, niscaya akan menimbulkan tekanan yang tinggi pada orang tua dan sekolah.
Keberadaan dari legenda wanita bermulut robek ini, mungkin dia bukan sosok orang sungguhan yang benar-benar ada dalam kehidupan kita sehari-hari, tapi dia memang merupakan cerminan dari banyak rasa tidak aman pada saat itu, dan secara nyata mencerminkan lambang dari sekolah-sekolah di Jepang pada saat itu. (jon/asr)
Sumber : berbagaisumber