Jack Phillips
CEO media sosial, Parler merespon laporan tentang algoritma Facebook yang diduga mengurangi jangkauan situs berita alternatif dan mempromosikan media perusahaan. Parler adalah media sosial alternatif atau saingan dari Twitter.
John Matze, dalam wawancara dengan Fox News, mengatakan bahwa “Algoritma internal rahasia adalah semacam Orwellian,” mengacu pada novel distopia, “1984,” oleh George Orwell.
Untuk diketahui, istilah Orwellian” menggambarkan tentang situasi, ide, atau kondisi masyarakat yang oleh George Orwell disebutkan sebagai merusak kesejahteraan masyarakat yang bebas dan terbuka. Novel ini menunjukkan sikap dan kebijakan brutal kontrol keras oleh propaganda, pengawasan, informasi yang salah, penolakan kebenaran , dan manipulasi.
“Parler percaya orang harus membuat keputusan untuk diri mereka sendiri tentang apa yang mereka anggap hiperpartisan atau yang mereka yakini dan apa yang ingin mereka ikuti dan mereka dapat memilih sendiri di Parler tentang apa yang ingin mereka ajak terlibat,” katanya .
The New York Times, mengutip sumber anonim, menuduh Facebook mengubah algoritma setelah pemilu 3 November untuk mendukung CNN, NPR, NY Times, dan outlet berita legacy lainnya di laman tertentu seperti Breitbart News dan Occupy Democrats.
Matze menjelaskan dia percaya “dengan memiliki algoritma kronologis sederhana yang memungkinkan orang menyaring dan menentukan apa yang ingin mereka lihat dan menurut saya itulah cara terbaik.”
“Saya rasa tidak ada di antara kita yang menyukai konten hiperpartisan, jadi, ketika orang dapat memutuskan sendiri apa yang mereka yakini dalam norma masyarakat dan apa yang ingin mereka bicarakan, kita harus membiarkan mereka sendiri yang memilihnya,” tambahnya.
Menanggapi laporan NY Times, juru bicara Facebook Joe Osborne mengatakan kbahwa “ada banyak variabel yang berperan dalam setiap keputusan produk yang kami buat, semuanya bertujuan untuk menciptakan pengalaman terbaik bagi orang-orang.”
Jubir Facebook tampaknya tidak mengonfirmasi atau menyangkal apakah algoritma yang dilaporkan mengurangi sebaran untuk media berita tertentu.
“Penegasan dalam laporan ini didasarkan pada sumber yang tidak memiliki otoritas pengambilan keputusan produk dan menyampaikan kesan sempit mereka sendiri tentang bagaimana proses kami bekerja,” lanjut Osborne.
Staf The Epoch Times memperhatikan jangkauan halaman mereka di Facebook menurun sejak Hari Pemilihan.
“Kami tak berpura-pura menjadi ahli tentang berita atau berpura-pura menjadi ahli tentang pemeriksaan fakta,” tambah Matze tentang platform pemula.
“Kami hanya menawarkan platform kepada orang-orang dan membiarkan orang lain memutuskan apa yang mereka inginkan dan ingin terlibat soal apa, dan menurut saya itulah cara yang tepat untuk melakukannya,” tambahnya.
Selama beberapa minggu terakhir, CEO Facebook Mark Zuckerberg dan CEO Twitter Jack Dorsey dikecam oleh anggota parlemen Republik karena menyensor outlet berita konservatif, sudut pandang, dan beberapa artikel. Mereka menyarankan Federal Communications Commission (FCC) perlu mengubah Undang-Undang Pasal 230 yang melindungi perusahaan media sosial dari tuntutan hukum. (asr)
Keterangan Foto : Gambar ilustrasi ini memperlihatkan logo aplikasi media sosial dari Parler yang ditampilkan di smartphone di Arlington, Va., Pada 2 Juli 2020. (Olivier Douliery / AFP via Getty Images)
Video Rekomendasi :