oleh Liang Zhen
Diberitakan di halaman depan oleh surat kabar ‘Epoch Times’ Hongkong pada hari Kamis, 26 November 2020 bahwa pada tanggal 18 dan 19 November 2020 sekitar pukul 4 pagi kendaraan yang mengirim surat kabar ‘Epoch Times,’ menemukan ada sebuah mobil Toyota V warna hitam yang berkapasitas 7 orang penumpang diparkir di luar gedung percetakan. Itu dilakukan selama dua hari berturut-turut untuk melakukan pengawasan. Pada 20 November sore hari, kendaraan itu bahkan menguntit kendaraan staf percetakan yang bepergian ke tempat lain.
Setahun yang lalu, Parta Komunis Tiongkok (PKT) menyewa preman untuk membakar tempat percetakan surat kabar ‘Epoch Times’ Hongkong dan menghancurkan peralatan percetakan.
Media ‘Epoch Times’ Hongkong mengutuk Partai Komunis Tiongkok yang kerap menciptakan teror putih, yang mana bertujuan untuk mengintimidasi mereka yang berani berbicara jujur lewat media. Selain itu, media ‘Epoch Times’ Hongkong juga menekankan bahwa mereka tidak akan mundur, karena intimidasi dan akan terus melaporkan kebenaran.
Cheng Xiang, seorang yang dianggap sesepuh di dunia media percaya bahwa setelah diberlakukannya Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hongkong, PKT telah memperketat upaya pengawasannya terhadap dunia pendidikan, media, dan peradilan. Ini adalah sinyal untuk menekan keberanian berbicara di media.
Cheng Xiang menuturkan, “Media ‘Epoch Times’ sangat luar biasa (lain daripada yang lain), ia sering melaporkan berita-berita yang tidak boleh disebarkan oleh mereka (PKT). Sekarang di Hongkong, tidak ada lagi surat kabar yang masih berani mengkritik Partai Komunis Tiongkok dengan cara ini. Tentu saja hal ini menjadi “duri dalam daging” yang mengganjal sehingga melakukan pemantauan terhadap aktivitasnya”.
Namun, Cheng Xiang menekankan bahwa penindasan PKT justru menimbulkan kontraproduktif dan mendorong ‘Epoch Times’ untuk terus maju sesuai dengan prinsip dasarnya.
“Totaliter tidak lebih dari mencoba untuk menggunakan intimidasi dan penipuan untuk menekan semua lawan-lawannya. Dalam hal ini, kita lebih membutuhkan, baik itu ‘Epoch Times’ atau semua orang yang berkecimpung di dunia media lainnya, kita semua harus menjunjung tinggi sikap bertanggung jawab terhadap fakta, sejarah, hati nurani, serta berani menghadapi arus yang berlawanan dengan sikap-sikap tersebut”, kata Cheng Xiang. (sin/asr)