Pilih Uang Dibanding Nyawa? Warga Panik, Target Vaksinasi 50 Juta Warga Tiongkok Selesai Sebelum Imlek

oleh Luo Tingting

‘South China Morning Post’ terbitan 17 Desember 2020 melaporkan, hasil vaksin yang dilemahkan produksi China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) dan Sinovac Biotech Co,. Ltd. (Sinovac) segera akan didistribusikan ke seluruh daratan Tiongkok.

Pihak berwenang menargetkan penyuntikan vaksin selesai sebelum liburan Tahun Baru Imlek. Tahap pertama dari 50 juta ampul vaksin harus diberikan paling lambat 15 Januari tahun depan. Tahap kedua harus selesai disuntikkan paling lambat 5 Februari 2021.

Pihak berwenang menetapkan bahwa vaksin pencegahan tidak termasuk dalam cakupan pembayaran asuransi kesehatan dan harus dibiayai sendiri oleh warga. Vaksin harganya mahal, dan biayanya bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya. 

Seorang relawan komunitas di Wuhan, Mrs. Chen mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa biaya vaksinasi lokal adalah RMB. 2.700,- per satu kali suntikan, sedangkan vaksinasi perlu tiga kali suntikan dengan total biaya RMB. 8.100,-  atau setara Rp.17.400.000,-

Mrs. Chen mengatakan bahwa banyak warga Wuhan ingin mendapat vaksinasi tetapi tidak punya cukup uang, dan mereka menantikan penurunan harga vaksin. Namun lebih banyak warga yang khawatir dengan keamanan vaksin dan enggan mendapatkannya.

Mrs. Chen mengungkapkan bahwa ada orang dalam yang memberitahunya agar jangan  tergesa-gesa untuk menerima vaksinasi, lebih baik menunggu terlebih dahulu. 

“Karena waktu uji klinis masih belum lama, jadi mereka (dokter) mengingatkan saya agar jangan tergesa-gesa menerima vaksinasi,” kata Mrs. Chen.

Financial Times pada 16 Desember menerbitkan sebuah artikel yang isinya menyebutkan bahwa tidak satupun vaksin virus komunis Tiongkok yang dikembangkan perusahaan komunis Tiongkok saat ini yang merampungkan proses pengembangan. Bahkan ada beberapa vaksin yang tidak mempublikasikan hasil uji klinis tahap pertama, yakni tahap uji coba terhadap hewan. Namun sudah diberikan kepada manusia. Manusia dijadikan kelinci percobaan. 

Karena itu muncul keraguan apakah tidak mungkin nantinya terjadi masalah dengan orang yang menerima vaksin produksi Tiongkok ?

Guo Li, orang tua dari anak yang menjadi korban susu bubuk tercemar di Beijing mengatakan bahwa keprihatinan publik tentang kualitas vaksin sangat beralasan, karena fakta telah menunjukkan bahwa resikonya sangat tinggi.

Mr. Chao, warga Kota Guangzhou mengatakan, beberapa anggota komunitas memberikan vaksin virus komunis Tiongkok secara gratis, tetapi dirinya menolak karena takut.

Xie Lijuan, seorang eksekutif yang bekerja di sebuah perusahaan milik Inggris di Shanghai mengungkapkan, bahwa vaksin tersebut sekarang digunakan di dalam negeri Tiongkok, mereka yang menerima vaksinasi termasuk pejabat, dan personil dalam institusi medis.

Xie Lijuan mengatakan, “Saya mendengar kabar dari saudara perempuan saya yang bekerja di institusi medis. Dia mengatakan bahwa rumah sakit meminta para staf medis mendaftar diri untuk menerima vaksinasi, tetapi tidak seorang pun yang berani mendaftar karena tidak ada yang tahu tentang keamanan vaksin, apalagi masuk gelombang pertama penerima vaksin.”

Sebelumnya, ada pejabat Shanghai yang secara diam-diam mencari tahu tentang seberapa banyak staf medis rumah sakit yang enggan menerima vaksinasi produk dalam negeri, ternyata jumlahnya mengejutkan, yakni mencapai 93,4%.

Vaksin produksi perusahaan Tiongkok menimbulkan banyak masalah

Faktanya, vaksin produksi Tiongkok telah menimbulkan masalah serius ketika masih berada dalam tahap uji klinis. Badan Pengawas Kesehatan Nasional Brasil, Anvisa pada 9 November menyatakan bahwa mereka telah menangguhkan uji klinis vaksin Sinovac Tiongkok karena subjek vaksin atau relawan mengalami reaksi serius setelah disuntik pada 29 Oktober.

Menurut stasiun rádio CBN Brasil (Central Brasileira de Notícias), insiden tersebut telah mengakibatkan kematian relawan bersangkutan, dan penyebab kematian belum diketahui. Tetapi Sinovac membantah bahwa relawan meninggal karena reaksi serius yang terkait dengan vaksinasi.

Pada 1 November 2020, puluhan ribu warga Brasil berkumpul di area komersial utama di São Paulo untuk memprotes pemerintah. Mereka memegang slogan yang bertuliskan, “Kami bukan tikus putih dan menolak vaksin.”

Pekerja Tiongkok mendapatkan vaksinasi tetapi masih tertular virus COVID-19

Meskipun vaksin buatan Tiongkok belum lolos verifikasi, tetapi sejak sebulan yang lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Zhejiang, Jiaxing menyatakan kepada publik bahwa lebih dari satu juta orang di Zhejiang telah mendapatkan vaksinasi yang diproduksi dalam negeri.

Selain itu, menurut sumber resmi dari komunis Tiongkok, warganya yang bepergian ke luar negeri terutama para pekerja migran yang diberangkatkan ke luar negeri oleh perusahaan yang langsung berada di bawah pemerintah pusat, sejak bulan Juni sudah mulai divaksinasi. Namun, sejumlah besar penerima vaksinasi masih saja positif terinfeksi virus komunis Tiongkok. Kejadian itu menyebabkan kepanikan soal kualitas vaksin Tiongkok di komunitas internasional.

Radio Free Asia mengutip berita dari sebuah sumber pada 15 Desember melaporkan bahwa 4 hari sebelumnya, setidaknya ada 17 orang warga negara Tiongkok di Angola telah terinfeksi virus Komunis Tiongkok. 16 di antaranya adalah karyawan perusahaan milik negara Tiongkok di provinsi Lunda Norte. Padahal sebelum berangkat ke luar negeri mereka telah mendapat vaksinasi dengan vaksin buatan Sinopharm.

Laporan tersebut juga mengutip informasi dari sumber di Serbia yang menyebutkan bahwa sekitar 300 dari 400 orang lebih karyawan departemen proyek Perusahaan Konstruksi Tenaga Listrik Tianjin di Pančevo telah didiagnosis tertular virus komunis Tiongkok. 

Itu termasuk sejumlah besar tenaga pekerja yang didatangkan dari daratan Tiongkok yang sebelum berangkat sudah mendapatkan vaksinasi dengan vaksin produksi Sinopharm.

Pada 5 Desember, Kedutaan Besar Tiongkok untuk Uganda mengumumkan bahwa 47 orang pekerja asal daratan Tiongkok telah terinfeksi virus komunis Tiongkok di Uganda. Mereka seharusnya juga sudah divaksinasi sewaktu di Tiongkok.

Dikhawatirkan vaksin buatan komunis Tiongkok malahan memicu ledakan virus lebih besar

Profesor Li Dunhou, mantan guru besar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Harvard pernah mengemukakan bahwa sulit untuk menjamin bahwa produk vaksin dilemahkan yang dikeluarkan oleh perusahaan Tiongkok itu tidak membahayakan keselamatan penerimanya, karena proses produksinya mengandung sifat menantang.

Li Dunhou mengaku dirinya pasti akan menolak divaksinasi dengan vaksin yang diproduksi oleh perusahaan di daratan Tiongkok.

Pakar pencegahan epidemi Taiwan juga telah menjelaskan bahwa Taiwan tidak akan mengembangkan vaksin yang dilemahkan dan tidak akan memberikan vaksinasi dengan vaksin tersebut.

Pada awal tahun ini, karena pemerintah komunis Tiongkok menyembunyikan fakta tentang epidemi virus Komunis Tiongkok, maka virus menyebar secara cepat ke seluruh dunia dan membahayakan manusia. 

Saat ini, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara lain telah mengembangkan vaksin untuk mencegah orang tertular virus komunis Tiongkok. Tetapi untuk merebut pasar vaksin, pemerintah komunis Tiongkok telah memberikan vaksin yang belum berhasil dikembangkan dan menimbulkan risiko keselamatan kepada rakyat Tiongkok, bahkan mengekspornya ke negara lain. 

Tindakan komunis Tiongkok ini sama saja dengan usaha untuk menyebarkan virus ke seluruh dunia untuk yang kedua kalinya, untuk itu langkah Komunis Tiongkok itu perlu mendapat kutukan dunia internasional. (sin)

Keterangan Foto : Gambar ilustrasi vaksin. (Bao_5/Pixabay)

https://www.youtube.com/watch?v=B_XtHCsD_po