Selama ini ilmuwan tidak dapat menelusuri secara detail misteri Piramida. Rumor mengatakan bahwa ada ruang rahasia di bagian bawahnya, yang berisi harta yang hilang.
Meskipun ilmuwan bukan pemburu harta karun profesional, namun mereka cukup tertarik dengan rumor semacam itu, dan para ilmuwan juga memiliki keinginan kuat untuk menelusuri struktur dalam piramida secara detail.
Lalu bagaimana ilmuwan menemukan ruang rahasia tersembunyi ini? Bagaimana dengan struktur bagian dalam piramida? Mari kita simak ulasan selanjutnya
Untuk mengetahui secara detail tentang Piramida, ilmuwan juga tidak mungkin menggalinya, apalagi pemerintah Mesir juga tidak akan setuju.
Oleh karena itu, ilmuwan hanya dapat melakukan pemindaian secara ilmiah. Dengan sinar-X ? Mikroskop elektron ? Agar partikel-partikel ini menembus piramida, seperti pencitraan tubuh manusia, membuat gambar bagian dalam Piramida dari partikel yang lewat di atas detektor ?
Cara itu jelas tidak dapat diterapkan. salah satunya karena piramida terlalu besar dan tidak bisa dimasukkan ke dalam ruang CT; dan daya tembus sinar-X juga terbatas, juga tidak dapat menghasilkan elektron berkecepatan tinggi dalam jumlah besar (mendekati kecepatan cahaya) untuk menembus bagian dalam piramida.
Oleh karena itu, metode artifisial tidak memungkinkan, kita perlu menggunakan kekuatan kosmik ! Pertama-tama, kita harus memahami partikel elementer muon μ
Partikel muon (μ) adalah partikel elementer yang dihasilkan oleh sinar kosmik ketika menembus ke permukaan bumi.
Dalam model standar fisika partikel, muon (dari kata Yunani huruf mu digunakan untuk mewakilinya) adalah sebuah partikel fundamental semi stabil dengan muatan listrik negatip dan spin ½.
Muon (simbol μ) adalah salah satu keluarga lepton. Ditemukan pada tahun 1936 ketika Carl D. Anderson mempelajari radiasi kosmis. Kita tahu bumi dibombardir oleh sinar kosmik berenergi tinggi (proton) setiap hari;
Ketika sinar kosmik (kecepatan setara dengan kecepatan cahaya) mengenai inti atom dari molekul atau atmosfer, akan terjadi reaksi kaskade yang menghasilkan banyak partikel sekunder, proses benturan ini setara dengan proses tabrakan partikel dalam sebuah akselerator.
Beberapa dari partikel yang dihasilkan ini, akan menjadi partikel lain yang lebih stabil, kemudian mencapai permukaan bumi, sedangkan beberapa diantaranya akan mencapai permukaan bumi sebelum membusuk. Neutron bukan satu-satunya partikel subatomik mengejutkan yang ditemukan.
Pada tahun yang sama (1932) Carl Anderson menganalisis lintasan sinar kosmik dalam ruang awan dan menemukan satu yang tampak seperti berasal sebuah elektron, hanya saja melengkung ke arah yang salah. Ternyata menjadi positron, yang merupakan anti-partikel dari elektron (Anderson menyebutnya sebagai “elektron positif”.
Kita tahu partikel ini adalah muon, massanya 207 kali lipat dari elektron, dan tidak stabil. Muon akan meluruh menjadi elektron, neutrino, dan antineutrino setelah 2,2 mikrodetik.
2,2 mikrodetik sekilas tampak sangat pendek. Tapi di antara partikel yang tidak stabil, usianya cukup panjang, terpanjang kedua setelah neutron. Namun, waktu peluruhan neutron bebas adalah 15 menit, jauh lebih lama dari muon.
Meskipun muon terbentuk pada ketinggian ratusan kilometer, namun, ia bergerak dengan kecepatan relativistik, sehingga efek pemuaian waktu menyebabkan muon mencapai tanah sebelum membusuk.
Setiap menit, sekitar 10.000 muon akan mencapai permukaan bumi per meter persegi.
Jadi mengapa muon dapat digunakan untuk menggambarkan bagian dalam piramida?
Pertama, muon dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan mencapai permukaan tanah secara merata.
Kedua adalah kehilangan energi yang sangat sedikit ketika berinteraksi atau menembus materi. Apalagi kecepatan gerak muon setara dengan kecepatan cahaya, energi kinetik yang dibawa sangat besar, dan kemampuan penetrasinya juga sangat kuat.
Kemudian dibandingkan dengan elektron, ketika mengalami interaksi elektromagnetik, derajat defleksinya jauh lebih kecil daripada elektron. Karakteristik ini menjadikan muon sebagai partikel yang paling kuat menembus di antara partikel bermuatan dasar, dapat menembus ratusan meter batuan, kemudian melemah atau menyimpang karena diserap oleh atom (Namun, neutrino memiliki daya tembus yang lebih kuat, tetapi tidak bermuatan elektron dan sulit dideteksi).
Oleh karena itu, muon memiliki umur yang pendek, tetapi sangat berguna, mereka dapat melakukan CT scan pada seluruh bagian piramida seperti sinar-X.
Fisikawan Jepang pernah menggunakan teknologi pencitraan transmisi muon untuk mengambil gambar gunung berapi aktif. Para ilmuwan menempatkan detektor di sekitar gunung berapi aktif untuk mengukur perubahan fluks muon.
Jika ditemukan fluks muon relatif besar pada suatu tempat, artinya muon telah menembus rongga, sehingga kondisi bagian dalam gunung berapi dapat diketahui melalui perubahan fluks muon. Selain itu, teknologi ini juga dapat digunakan untuk memprediksi apakah gunung berapi akan meletus dalam waktu singkat, karena saat magma naik, maka fluks muon di rongga tersebut juga akan berubah.
Oleh karena itu, para ilmuwan juga menggunakan teknologi pencitraan transmisi muon untuk mencari harta karun yang tersembunyi di piramida Mesir, dikabarkan bahwa ada ruang rahasia tersembunyi di bawah piramida, dan harta karun itu ada di sana.
Jika rumor itu benar, maka sama halnya dengan gunung berapi, bagian rongganya jauh lebih kecil dari batuan lainnya, namun aliran muon fluks akan meningkat.
Sayangnya, hasil deteksi tidak menunjukkan adanya bilik tersembunyi di bagian bawah piramida, jadi tidak ada harta karun.
Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Science pada tahun 1970. Meskipun agak mengecewakan karena tidak ditemukan harta karun, namun teknologi ini telah menarik minat para ilmuwan, ini artinya muon memiliki nilai praktis yang tinggi.
Piramida Khufu terdiri dari batu gamping dan granit dengan tinggi 139 meter dan lebar 230 meter, dengan usia sekitar 4.500 tahun. Orang-orang menemukan tiga ruang dengan tinggi yang tidak sama; ada ruang bawah tanah, kamar ratu dan kamar raja, yang terhubung ke beberapa koridor. Ini adalah ruang yang bisa dicapai melalui koridor, piramida besar ini memberi kesan kokoh pada orang yang melihatnya.
Oleh karena itu, para ilmuwan masih yakin terdapat ruang tersembunyi di dalam piramida.
Pada tahun 2015, ilmuwan dari Mesir, Prancis, dan Jepang kembali melakukan pencitraan menyeluruh terhadap piramida, menggunakan metode pencitraan berbasis sinar kosmik, tomografi muon, pencitraan termal inframerah, simulasi tiga dimensi, dan teknologi rekonstruksi untuk melakukan penelitian.
Ini adalah kombinasi sempurna antara teknologi modern dan arkeologi. Pada tahun 2016, tim peneliti menemukan rongga yang sebelumnya tidak diketahui di Piramida tersebut. (Bagian biru), dan membuat model bagian dalam Piramida dengan visualisasi 3D.
Ternyata tidak jauh berbeda dengan yang diketahui sebelumnya, titik putih pada gambar di atas adalah rongga/ruang yang baru ditemukan. Di area lain yang tidak diketahui, piramida besar itu bisa dikatakan solit. Tidak ada yang aneh. Ini pasti sangat mengecewakan banyak orang yang percaya bahwa piramida adalah menara sinyal luar angkasa, pembangkit listrik, atau pesawat ruang angkasa, tetapi ini adalah kondisi yang sebenarnya. Itu adalah kuburan yang disusun dengan batu.
Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal Nature. Rongga tersembunyi ini terletak di atas galeri besar, dekat kamar raja, dengan panjang sekitar 30 meter. Penelitian ini telah memberi kita pemahaman yang lebih baik tentang piramida, dan berbagai rumor seputar piramida kini menjadi tidak berarti lagi.
Selain itu, para arkeolog juga telah menyingkirkan keinginan untuk mencari harta karun di piramida, dan para ilmuwan juga tidak tertarik memasuki rongga sepanjang 30 meter itu.
Satu-satunya misteri terbesar yang menyelimuti piramida adalah bagaimana orang Mesir mengangkut batu-batu besar ini dan bisa menyatu dengan rapat tanpa celah. Penelitian tentang piramida ini merupakan kolaborasi antara fisika partikel dan arkeologi di era kontemporer, dapat dikatakan memiliki makna yang luar biasa. (jon)
Keterangan Foto : Piramida di dataran tinggi Giza, di luar Kairo Mesir, difoto pada 2 Oktober 2018. (Joseph Eid / AFP / Getty Images)
Sumber : Berbagaisumber