TIM KEBUDAYAAN THE EPOCH TIMES
Menaati Konfusius, Mengadakan Sekolah, Merekrut Orang Berbakat
1.Menaati “Prinsip Tiga Generasi”, untuk mewujudkan tanggung jawab “mendidik” seluruh negeri, terlebih dahulu mengadakan pendidikan pejabat pusat, lalu diterapkan secara meluas di seluruh daerah.
2.Menetapkan pejabat doktoral mengajar lima puluh orang murid resmi. Pemimpin ritual memilih rakyat yang berusia 18 tahun ke atas, berpenampilan baik untuk dijadikan murid pejabat doktoral, membebaskan mereka dari kerja paksa dan pajak negara.
3.Membentuk murid pendengar yang “seperti murid”. Para pemuda unggul yang “terpelajar, menghormati senioritas, taat pada pemerintah dan ajaran, direstui oleh kampung halaman, tidak memalukan berada dimana saja”, direkomendasikan oleh daerah dan wilayah, setelah diperiksa kebenarannya oleh pengawas daerah dan bangsawan lalu dilaporkan kepada pimpinan pejabat doktoral (Pemimpin Ritual), untuk menjadi murid pendengar. Murid pendengar tidak ditentukan jumlahnya.
4.Secara rutin mengadakan ujian dan sistem rekrut. Ditetapkan setelah genap setahun diadakan ujian, bagi yang menguasai lebih dari satu kitab, maka bisa mengisi kekosongan pejabat sastra, yang brilian dapat menjadi pejabat luar. Bagi yang kurang pintar dan tidak bisa menguasai satu kitab, diperintahkan drop out.
Kaisar Wu menerima usulan dari Gongsun Hong, mendirikan akademi imperium di ibukota, dan memilih 5 orang ahli ajaran Konfusius yang menguasai lima kitab sebagai pejabat doktoral, 50 orang pemuda yang paling unggul menjadi murid pejabat doktoral (mahasiswa).
Pelajaran yang diajarkan kepada para murid adalah lima kitab (Wu Jing, red.) bagi yang lulus ujian salah satu bidang ilmu akan diberi gelar pejabat konsultan tingkat rendah, bagi yang berprestasi akan diangkat menjadi pelayan kaisar, yang lebih unggul lagi akan diangkat secara pengecualian. Mulai dari membangun akademi imperium sejak awal dinasti, hingga menetapkan “doktoral lima kitab”, sampai dibentuknya sistem murid doktoral di tahun Yuan Guang (134 SM), sistem akademi imperium pun akhirnya mencapai sempurna.
Yang sejalan dengan diadakannya akademi imperium adalah, di daerah dan wilayah juga satu persatu mulai mendirikan sekolah, membentuk pejabat pendidik, menempatkan murid bagi pejabat pendidik. Di seluruh batas lingkup kekaisarannya Kaisar Wu mendorong pendidikan versi Konfusius, sekaligus memerankan fungsi penting dalam membangkitkan perkembangan ajaran Konfusius.
Karena pejabat doktoral adalah pejabat imperium, maka muridnya yang berprestasi juga bisa menjadi pejabat, bidang ilmu lima kitab itu pun terkait erat dengan politik dan karir. Di dalam dinasti Han, banyak pejabat ternama sebelumnya adalah murid dari mahaguru atau pejabat doktoral, sehingga pada masa itu muncul kondisi banyak “pangeran, pejabat tinggi, pejabat administrasi yang sangat berpendidikan” seperti disebut dalam kitab “Hanshu: Ru Lin Zhuan”.
Khususnya Gongsun Hong yang disebutkan di atas, dengan pengalaman inspiratifnya diangkat sebagai menteri dan diberi gelar bangsawan di masa tuanya, telah menciptakan suasana mempelajari kitab di kalangan para sastrawan pada zaman itu.
Seiring dengan perkembangan ekonomi dan bertambah kuatnya imperium, skala akademi imperium pada Dinasti Han Barat juga terus membesar, murid pejabat doktoral di masa Dinasti Han Barat mencapai ribuan orang, di akhir masa Dinasti Han Timur meningkat menjadi 30.000 orang.
Akademi imperium tidak hanya menjadi tempat pembinaan pejabat dan para ahli Konfusius bagi imperium, juga menjadi pondasi bagi cita-cita Kaisar Wu untuk menyatukan seluruh Tiongkok.
Lewat pengembangan akademi imperium, menempatkan doktoral lima kitab dan para muridnya serta berbagai tindakan politik lainnya, Kaisar Wu berhasil menggantikan ajaran Huang-Lao dengan ajaran Konfusius, dan menjadi pemikiran pemerintahan ortodoks bagi imperium di Tiongkok. Status arus utama ajaran Konfusius ini terus berlanjut hingga ke Dinasti Qing tanpa ada perubahan.
Menghargai berbagai aliran
Kaisar Wu menerapkan “hapus segala aliran, hanya menaati Konfusius” bukan berarti otokratis secara budaya, ia tidak hanya tidak menyingkirkan ajaran lain, terlebih lagi tidak mengambil tindakan ekstrem memusnahkan aliran lain, yang dimaksud “hapus segala aliran” hanya memberhentikan para pejabat akademis aliran lain.
Dengan prasyarat Konfusius sebagai akademisi resmi kekaisaran, dalam hal budaya, ilmu pengetahuan, dan pemikiran, Kaisar Wu justru menerapkan kebijakan “menghargai ajaran berbagai aliran”.
Pemikiran pengelolaannya tidak hanya ada prinsip kekaisaran, juga ada Konfusius, termasuk aliran lain yakni Legalisme (Fajia), Taoisme, aliran Yin-Yang dan lain-lain.
Sebenarnya ajaran Konfusius sendiri memiliki pemikiran toleransi yang sangat kuat, satu kitab “Yi Jing” (I-Ching, red.) dari kelima kitabnya juga merupakan kitab klasik dari aliran Taoisme dan Yin-Yang, sedangkan “Shu Jing” juga merupakan kitab klasik hukum administrasi dari tiga dinasti yakni Dinasti Xia, Dinasti Shang, dan Dinasti Zhou.
Dalam kitab “Shiji: Gui Che Lie Zhuan” disebutkan: “Sejak menjabat hingga kini, membuka lebar jalan bidang ilmu, menghargai aliran lain, orang yang menguasai satu bidang ilmu bisa mengabdi.”
Setelah Kaisar Wu naik takhta, hanya mengangkat pejabat pendidikan yang menerapkan ajaran Konfusius, sedangkan di bidang lain dibuka jalan selebar mungkin, segala aliran direkrut, merekrut orang yang mahir berdasarkan bidang tertentu yang dikuasai. Ada yang dapat mendampingi dan menunjukkan niat kedekatan hubungan yang baik; ada yang sampai pejabat menteri menampilkan keahliannya baik dalam akademis maupun militer.
Seperti pejabat tua dinasti sebelumnya yang menganut ajaran Huang-Lao yakni Ji An, masih diperhitungkan di masa pemerintahan Kaisar Wu, dengan berbagai jabatannya. Pejabat yang terkenal tegas yakni Zhang Tang, adalah perwakilan Fajia (Legalisme), sangat tegas dalam menegakkan hukum namun sangat jujur dan bersih, sangat dipercaya oleh Kaisar Wu dengan berbagai jabatan.
Zhufu Yan sangat mahir dalam melobi, karena menulis rekomendasi bagi kekaisaran sehingga dengan status rakyat sipil diangkat sebagai pejabat luar, dalam setahun empat kali mengalami pengecualian dinaikkan jabatannya. Dan di kalangan masyarakat, Kaisar Wu tetap mengizinkan berbagai aktivitas aliran lain.(sud)
Bersambung