EKSKLUSIF : Dokumen Domestik Komunis Tiongkok Mengungkapkan Tentang Keamanan dari Vaksin Produksi Mereka

 oleh Long Tengyun

Pengunduran diri dari 2 orang eksekutif produsen vaksin Tiongkok Sinopharm Group yang terjadi secara tiba-tiba, telah menambah rasa kekhawatiran masyarakat dalam dan luar negeri terhadap keamanan menggunakan satu-satunya vaksin produksi domestik, yang meskipun sudah disetujui pemasarannya oleh pihak berwenang komunis Tiongkok. Sebuah dokumen internal partai komunis Tiongkok terkait pencegahan epidemi yang diperoleh oleh epochtimes mengungkapkan apa yang terjadi. 

Baru-baru ini, Epoch Times telah memperoleh dokumen rahasia tentang pencegahan epidemi virus komunis Tiongkok (COVID-19). Dokumen mengungkap tentang vaksin penangkal COVID-19 produksi domestik yang digembar-gemborkan penguasa sangat aman untuk digunakan, ternyata oleh internal institusi medis Tiongkok belum mau “distempel” aman. Vaksin masih perlu sangat berhati-hati dalam penggunaannya. 

Untuk itu, pihak berwenang komunis Tiongkok menyiapkan rencana perawatan dan proses penyelamatan, tentunya bagi pasien yang mengalami efek samping yang serius akibat penyuntikan vaksinnya.

Pada 31 Desember tahun lalu, pihak berwenang komunis Tiongkok untuk pertama kalinya memberikan izin pemasaran bersyarat kepada vaksin COVID-19 produksi Sinopharm. Namun, belum sampai setengah bulan 2 orang eksekutif dari Sinopharm Holdings dan Sinopharm Corp, memilih mengundurkan diri pada 12 Januari 2021.

Alasan pengunduran diri kedua orang eksekutif Sinopharm, juga sejauh mana keefektifan sebenarnya dari vaksin Sinopharm tidak diketahui oleh dunia luar, tetapi keamanan dari menggunakan vaksin buatan daratan Tiongkok kembali menjadi fokus pemberitaan.

Benarkah efek samping serius yang muncul dari 9 juta dosis vaksinasi komunis Tiongkok cuma 1/1juta sebagaimana yang dilaporkan ?

Apakah vaksin produksi daratan Tiongkok aman digunakan ?

Beberapa waktu lalu, seorang ahli vaksin Shanghai memposting di Weibo tulisan ‘Vaksin yang paling tidak aman di dunia’, yang isinya membeberkan 73 jenis efek samping yang muncul akibat divaksin dengan vaksin buatan Sinopharm. 

Namun, artikel tersebut dihapus dan penulis pun mengeluarkan permintaan maaf, itu setelah artikelnya memicu diskusi panas di internet.

Pada 9 Januari 2021, Dewan Negara Tiongkok mengadakan konferensi pers, dan menyatakan bahwa lebih dari 9 juta dosis vaksinasi virus COVID-19 telah dilakukan, dan efek samping serius yang muncul hanya sekitar satu per satu juta kasus.

Zeng Yixin, Wakil Direktur Komisi Kesehatan mengatakan bahwa efek samping yang umum dari vaksin COVID-19, terutama muncul berupa kemerahan, bengkak, indurasi, dan nyeri pada bagian tubuh kita yang disuntik vaksin. Ada juga manifestasi klinis seperti demam, kelelahan, mual, sakit kepala, dan nyeri otot.

Sejak komunis Tiongkok secara resmi meluncurkan penggunaan darurat vaksin COVID-19 di daratan Tiongkok pada 22 Juli 2020, situasi vaksinasi dengan vaksin buatan domestik di seluruh Tiongkok terus menerus dilaporkan sebagai “tidak ada efek samping merugikan yang serius”.

Dokumen rahasia komunis Tiongkok tentang pencegahan epidemi mengungkap soal aman tidaknya vaksin buatan dalam negeri

Namun, dari sebagian dokumen rahasia komunis Tiongkok tentang pencegahan epidemi yang diperoleh Epoch Times, baru-baru ini menunjukkan, bahwa pihak berwenang tidak hanya telah merumuskan rencana pengobatan untuk kemungkinan pasien yang mengalami efek samping serius, tetapi juga melakukan pelatihan khusus kepada staf medis rumah sakit untuk menangani reaksi alergi (yang timbul dari efek samping) pasien setelah divaksinasi.

Keterangan Foto : Pada 23 Desember 2020, Tim Penyelamat Medis dari Mekanisme Pencegahan dan Pengendalian Bersama Dewan Negara Tiongkok mengeluarkan edaran tertutup berjudul ‘Pemberitahuan tentang Rencana Teknis dalam Penanganan Reaksi Abnormal’. Gambar adalah surat edaran tertutup tersebut. (Epoch Times)

Pada akhir tahun lalu, sebelum vaksin produksi domestik dipasarkan, Tim Penyelamat Medis dari Mekanisme Pencegahan dan Pengendalian Bersama Dewan Negara Tiongkok pada 23 Desember 2020, mengeluarkan edaran tertutup berjudul ‘Pemberitahuan tentang Rencana Teknis dalam Penanganan Pasien yang Mengalami Reaksi Abnormal’ kepada komite kesehatan di seluruh daratan Tiongkok. Dokumen tersebut juga dibubuhkan tulisan : Tidak untuk dipublikasikan.

Keterangan Foto : 001+ : Pada akhir bulan Desember 2020, Rumah Sakit Keempat Universitas Kedokteran Hebei, sesuai dengan petunjuk dari Dewan Negara Tiongkok, dan Komisi Kesehatan Shijiazhuang, merumuskan metode : ‘Implementasi untuk Penanganan dan Perawatan Pasien yang Mengalami Reaksi Abnormal Setelah Vaksinasi’. Gambar berkaitan dengan hal ini. (Epoch Times)

Pada akhir bulan Desember 2020, Rumah Sakit Keempat Universitas Kedokteran Hebei, sesuai dengan petunjuk dari Dewan Negara Tiongkok, dan Komisi Kesehatan Shijiazhuang, merumuskan metode : ‘Implementasi untuk Penanganan dan Perawatan Pasien yang Mengalami Reaksi Abnormal Setelah Vaksinasi’, dan ‘Penyelamatan Darurat terhadap Pasien yang Mengalami Reaksi Alergi Setelah Vaksinasi’.

Keterangan Foto : Pada akhir bulan Desember 2020, Rumah Sakit Keempat Universitas Kedokteran Hebei, sesuai dengan petunjuk dari Dewan Negara Tiongkok, dan Komisi Kesehatan Shijiazhuang, merumuskan metode : ‘Penyelamatan Darurat terhadap Pasien yang Mengalami Reaksi Alergi Setelah Vaksinasi’. Gambar berkaitan dengan hal ini. (Epoch Times)

“Rencana Perawatan” telah merumuskan proses perawatan yang ditetapkan, bagaimana mengalihkan pasien dengan reaksi abnormal, pertolongan darurat, penilaian dari pakar dan lain sebagainya. “Bagan tentang Penyelamatan” mencantumkan rencana khusus tentang penilaian dan perawatan darurat.

Dokumen vaksinasi rumah sakit ini menunjukkan bahwa, jumlah efek samping yang timbul dalam praktik seharusnya jauh lebih serius daripada yang dinyatakan secara resmi oleh komunis Tiongkok.

Grup Sinopharm menyatakan bahwa pihaknya telah memberikan vaksinasi darurat kepada lebih dari 1 juta orang. Mereka itu terdiri di berbagai industri dengan resiko tinggi tertular COVID-19, tetapi tidak ada dari mereka yang mengalami efek samping merugikan yang serius. Begitu pula, tak satupun dari puluhan ribu orang penerima vaksin itu tertular COVID-19. Padahal mereka pergi ke luar negeri atau wilayah yang berisiko tinggi terinfeksi COVID-19.

Namun, pada 15 Desember 2020, Radio Free Asia mengutip informasi yang disampaikan sumber dari dalam melaporkan bahwa pekerja asal daratan Tiongkok di Uganda, Angola, Serbia dan negara lain, dikonfirmasi terinfeksi virus komunis Tiongkok, padahal orang-orang yang terinfeksi ini sudah disuntik dengan vaksin produksi Sinopharm sebelum berangkat ke luar negeri. 

Data statistik internal di Kota Shenyang menunjukkan pro dan kontra tentang disuntik dengan vaksin buatan domestik Tiongkok sangat besar

Keterangan Foto : Daftar isian tentang ‘Daftar informasi terperinci dari penerima vaksin yang diserahkan oleh departemen industri yang kompeten’ yang diajukan oleh Perusahaan Real Estat Distrik Huanggu, Kota Shenyang pada 8 Januari 2021 malam. (Epoch Times)

Keterangan Foto : Daftar isian tentang ‘Daftar informasi terperinci dari penerima vaksin yang diserahkan oleh departemen industri yang kompeten’ yang direvisi oleh Perusahaan Real Estat Distrik Huanggu, Kota Shenyang pada 9 Januari 2021 siang. (Epoch Times)

Dari daftar isian tentang ‘Daftar informasi terperinci dari penerima vaksin yang diserahkan oleh departemen industri yang kompeten’ yang diajukan oleh Perusahaan Real Estat Distrik Huanggu, Kota Shenyang pada 8 Januari 2021 malam dapat terlihat bahwa hanya 13 orang yang telah divaksinasi.

Pada saat yang sama, dari daftar isian tentang ‘Daftar informasi terperinci dari penerima vaksin yang diserahkan oleh departemen industri yang kompeten’ yang direvisi oleh Perusahaan Real Estat Distrik Huanggu, Kota Shenyang pada 9 Januari 2021 siang, diketahui bahwa jumlah karyawan yang tidak divaksinasi karena berbagai alasan adalah 148 orang. Hampir sepertiga dari mereka (48 orang) mengatakan mereka memiliki alergi, yang lain mengatakan mereka sakit. Beberapa mengaku sebagai pekerja sosial di jalanan, ada yang diisolasi di rumah, dan beberapa orang mengatakan bahwa “kondisi fisik tidak menunjang”.

Pihak berwenang komunis Tiongkok pernah mengklaim bahwa tingkat perlindungan dari vaksin Sinopharm adalah 79,34%, tetapi berbeda dari hasil investigasi dan pemberitaan media asing seperti Radio Free Asia. 

Vaksin Sinovac yang telah digunakan besar-besaran dalam keadaan darurat di Tiongkok, malahan memiliki data tingkat perlindungan yang lebih aneh : Tingkat efektif uji klinis di Brasil semula diumumkan sebagai 78%, tetapi beberapa hari kemudian tingkat efektif vaksinnya menurun, hanya mencapai 50,38%. (sin)

https://www.youtube.com/watch?v=37dQG3Mbnqc

FOKUS DUNIA

NEWS