Apa yang terbayang dalam benak Anda ketika mendengar cerita tentang peri ? Film kartun atau The Lord of the Rings ? Yakin semua orang pasti pernah mendengar cerita dongeng tentang peri semasa kanak-kanak. Jika ada yang bertanya, apakah Anda percaya peri itu ada ? Saya yakin sebagian besar orang akan menjawab dengan negatif, tetapi jika Anda menanyakan pertanyaan yang sama di Islandia, Anda akan menemukan bahwa lebih dari setengah orang di Islandia percaya peri itu memang eksis.
Legenda peri
Pada Tahun 2013, pemerintah Islandia berencana membangun jalan langsung baru di dekat ibu kota Reykjavik, Islandia. Fasilitas yang bermanfaat untuk umum itu akhirnya terhenti karena protes penduduk setempat. Pasalnya, lokasi yang direncanakan untuk membangun jalan itu akan melewati sebuah batu tempat tinggal peri. Ternyata orang Islandia percaya bahwa selain makhluk yang terlihat dengan mata telanjang, ada makhluk halus tersembunyi di negeri ini, yakni Peri.
Menurut statistik, sekitar 62% warga Islandia percaya bahwa keberadaan makhluk-makhluk ini lebih dari sekadar dongeng. Dalam legenda Islandia, peri adalah anak Adam dan Hawa, hanya saja ketika Hawa melahirkan bayi peri, dia menyembunyikan bayi itu dari Tuhan.
Namun, Tuhan sangat marah ketika mengetahui hal itu, Tuhan kemudian menyatakan: “Apa yang disembunyikan manusia dari Tuhan, Tuhan akan sembunyikan dari manusia.” Inilah sebabnya mengapa elf atau peri tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Biasanya mereka hidup di gundukan tanah dan di dalam batu besar. Wujud sangat mungil dengan tinggi sekitar 10 sentimeter, dan rambut mirip manusia, dengan telinga dan hidung lancip. Mereka sangat mencintai perdamaian, dan biasanya hidup di tanah ini seperti manusia. Tetapi jika mereka melihat manusia dalam bahaya, mereka pasti akan segera membantu. Meskipun sebagian besar peri sulit dilihat oleh manusia, namun ada orang Islandia yang beruntung telah melihat peri, seperti misalnya ibu Sigtryggur Baldursson.
Ibunya kerap melihat peri sejak kecil. Pada tahun 2.000, neneknya tiba-tiba jatuh sakit dan bahkan dokter tidak dapat menemukan penyebabnya. Hari demi hari terus berlalu, namun kondisi neneknya tidak juga menunjukkan tanda-tanda membaik.
Suatu sore, ibu Sigtryggur Baldursson tertidur saat menjaga neneknya di rumah sakit. Dalam tidurnya dia melihat kawanan peri mengunjungi nenek, dan peri-peri ini sepertinya berkomunikasi dalam bahasa kuno yang belum pernah didengarnya.
Ketika ibu Sigtryggur Baldursson bangun, dia merasa apa yang dialaminya itu hanyalah mimpi, tetapi anehnya, sejak itu, neneknya pulih secara ajaib, bahkan dokter yang menanganinya pada saat itu juga terkejut.
Selain itu juga ada cerita yang sama dari seorang penyanyi terkenal Islandia Bjork Guomundsdottir. Semasa kecil, saat sedang bermain, Bjork pernah naik ke atas batu yang diyakini masyarakat setempat sebagai batu yang dihuni oleh peri.
Ketika Bjork naik ke atas batu itu, dia sangat yakin melihat sesosok peri terbang di depannya. Karena sangat terkejut saat itu, tanpa sengaja Bjork terpeleset dari batu. Sejak saat itu, dia semakin yakin dengan keberadaan peri. Banyak kejadian yang mirip seperti yang dialami Bjork Guomundsdottir di Islandia.
Contoh kejadian berikut ini juga terkait dengan batu tempat tinggal para peri. Pada awal abad yang lalu, ayah Lisbeth adalah seorang kuli bangunan, saat itu ayahnya sedang membangun rumah di sekitar. Ketika para pekerja meledakkan tanah beku dengan bahan peledak, mereka melihat sebuah batu yang berdiri di dalam lubang di tanah yang membeku. Beberapa pekerja pada saat itu percaya batu tersebut merupakan rumah tempat tinggal para peri, tetapi pimpinan perusahaan konstruksi tetap saja bersikeras untuk melanjutkan pembangunan.
Tak lama kemudian, hal-hal aneh terus terjadi di lokasi konstruksi, excavator tiba-tiba mati dan karyawan berpengalaman sering mengalami kecelakaan. Tak lama setelah itu, ayah Lisbeth bermimpi. Dalam mimpinya, seorang peri yang mengaku sebagai ratu peri mengatakan kepadanya agar melindungi habitat peri, jangan mengebor batu besar tempat tinggal mereka.
Para pekerja kemudian konstruksi menghindari batu tersebut, dan pekerjaan selanjutnya menjadi sangat lancar dan cepat selesai. Banyak bebatuan besar seperti ini di mana-mana di jalanan Islandia. Dan itu adalah tempat tinggal para peri yang diyakini orang-orang Islandia.
Bahkan ada peta di Islandia yang menunjukkan tempat tinggal para peri. Beberapa orang biasanya dengan sengaja pergi ke tempat-tempat ini, dengan harapan bertemu dengan para peri, tetapi peta ini lebih sering digunakan untuk mengingatkan semua orang agar berhati-hati dan tidak mengganggu hunian para peri saat melewati tempat-tempat tersebut. Ada yang membuat statistik bahwa lebih dari 90% orang di Islandia akan mengikuti instruksi tersebut untuk tidak mengganggu para peri. Selain batu, orang Islandia juga membantu para peri membangun rumah, jadi jika sempat berkunjung ke Islandia dan melihat rumah-rumah kecil ini, jangan lupa untuk mampir, siapa tahu mungkin Anda akan melihat peri yang dilegendakan itu!
Penampakan di seluruh dunia
Pada tahun 2014, the Mirror melaporkan, John Hyatt, seorang profesor di Universitas Manchester Inggris berulang kali memotret sekelompok makhluk halus yang sedang terbang mengepakkan sayapnya di Lembah Rosendale, Lancashire. John Hyatt mengatakan kepada media bahwa dia mulai mengabadikan foto-foto serangga sejak puluhan tahun yang lalu.
Suatu hari ketika dia sedang menyortir foto-foto yang dipotretnya, tiba-tiba dia melihat serangga-serangga di beberapa foto itu agak berbeda. Makhluk-makhluk itu tidak hanya memiliki anggota tubuh yang ramping, tetapi juga memancarkan sinar. Meskipun dia sudah merasa bahwa itu bukan serangga, tapi sebagai seorang profesor, dia harus mencari fakta itu dengan menelusuri buku-buku ilustrasi serangga. Namun tidak peduli berapa banyak buku yang ditelusuri, tidak juga ditemukan makhluk seperti itu. John Hyatt juga mencari tahu dari pakar di bidang terkait, tetapi mereka juga tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan.
Karena Hyatt berstatus profesor universitas dan fotonya juga tidak diduga palsu setelah diidentifikasi, orang-orang pun kembali berdebat apakah peri itu bukan hanya ada dalam dongeng.
Sementara itu, seorang wanita Inggris, Phyllis Bacon, secara tidak sengaja memotret makhluk yang sama wujudnya pada tahun 2007. Wanita berumur 53 tahun itu menemukan makhluk putih terang sedang terbang di pekarangan rumahnya di New Addington, London Selatan.
Malam itu, Phyllis Bacon baru saja selesai makan malam di rumah bersama keluarganya. Seusai makan mereka ke taman untuk melanjutkan obrolan. Saat itu, Phyllis Bacon merasa bulan yang disaksikannya malam itu sangat indah, lalu dia mengabadikan pemandangan bulan yang langka ini, tetapi ketika dia pulang ke rumah dan melihat-lihat foto yang dipotretnya, dia melihat ada sesuatu yang memancarkan cahaya dalam foto yang diabadikannya. Dia melihat lebih seksama dan menemukan bahwa benda bercahaya itu sangat mirip dengan peri dalam legenda.
Phyllis Bacon, yang memotret peri itu tampak sangat gembira. Menurutnya, sejak kecil, dia sangat terpesona dengan peri dalam buku-buku dongeng. Sayangnya, setelah itu, Phyllis Bacon tidak pernah lagi melihat para peri. Tentunya foto yang dipotretnya itu juga telah diverifikasi oleh para ahli. Pakar terkait mengatakan bahwa fenomena dalam foto tidak mungkin disebabkan oleh pantulan cahaya atau flash.
Faktanya, para ahli juga mengakui bahwa mereka tidak bisa menemukan faktor apapun atas fenomena itu. Selain foto-foto di atas, kini banyak gambar peri di seluruh dunia yang terekam kamera CCTV.
Ditemukan bukti fisik
Sampai disini, pasti ada beberapa teman yang mungkin bertanya-tanya mengapa peri hanya tampak di foto atau video?
Berikutnya, mari kita lihat seorang produser film dokumenter Amerika secara tidak sengaja menemukan spesimen mirip peri di Meksiko. Saat mengetahui hal ini, dia langsung membentuk tim untuk syuting film dokumenter ini.
Dalam film dokumenter ini, peneliti profesional juga diundang untuk penelitian, dan ditemukan bahwa makhluk ini merupakan spesies yang belum diketahui. Kerangkanya sangat-sangat unik, bahkan sayapnya ditopang oleh kerangka. Dan ketika sang produser bertanya kepada para peneliti apakah mayat itu palsu. . .
Jadi bukan palsu?
Tidak tidak Tidak
Karena X-ray menunjukkan kerangkanya nyata ?
Ya!
Peri tak bersayap
Sebenarnya, tidak semua peri punya sayap. Pada Tahun 2014, Silvia, seorang ibu di Argentina, mendapati putranya sering bergumam saat berusia satu tahun. Awalnya mengabaikannya, mengira itu adalah fenomena alami dalam pertumbuhan anak.
Suatu hari saat dia ingin merekam adegan bermain putranya, tanpa diduga dia menangkap sesosok makhluk humanoid berlari dari belakang putranya. Ketika makhluk kecil itu berlari, bahkan anak laki-laki Silvia yang berusia 5 tahun itu juga menoleh ke makhluk itu.
Belakangan, Silvia mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa ketika makhluk itu tiba-tiba berlari keluar, tercium aroma yang aneh di rumahnya. Sekarang dia baru sadar bahwa putranya tidak bergumam seperti yang diduganya.
Pada tahun 2003, British Daily Mail melaporkan, seorang lelaki bernama Oscar Munoz menemukan kerangka mirip manusia ketika dia sedang mencari benda purbakala di Kota La Noria, di Gurun Atacama. Ini di sebuah gereja yang ditinggalkan dekat Gurun Atacama.
Waktu itu Munoz menemukan sebuah kain putih berisi kerangka aneh itu. Mayat itu memiliki gigi, kepala membesar di bagian atas hingga ke belakang.
Mayat itu berwarna gelap dan bersisik. Tak seperti manusia, mayat itu memiliki sembilan rusuk.
Kerangka mayat tubuh menyerupai manusia berukuran 6 inci atau sekitar 15.24 sentimeter. Ini adalah situasi yang belum dilihat para ahli. Selain kepalanya yang jelas berbeda dengan manusia, ia hanya memiliki sembilan pasang tulang rusuk.
Umumnya manusia memiliki 12 pasang tulang rusuk, bahkan orangutan dan monyet memiliki 12 pasang tulang rusuk. Jadi, aneh rasanya kerangka mayat ini hanya memiliki sembilan pasang tulang rusuk, selain itu juga bukan janin keguguran manusia! Faktanya, dia telah hidup setidaknya enam sampai delapan tahun lamanya sebelum mati! Menurut Guinness Book of World Records, Chandra Bahadur Dangi adalah pria terpendek di dunia, berukuran 54.6 cm tingginya, namun kerangka yang disebutkan di atas tersisa hanya 15 cm.
Garry Nolan, Direktur Stanford Institute for Stem Cell Biology, juga mengatakan bahwa penderita dwarfis dengan tinggi di bawah 30 cm sulit untuk bertahan hidup, apalagi mayat ini bertahan selama enam hingga delapan tahun. Tidak hanya sulit dibayangkan, tapi juga tidak ada kasus serupa dalam rekam medis terkait saat ini. Penemuan ini memicu banyak perdebatan ketika itu.
Pemirsa mungkin bertanya-tanya apakah mayat itu adalah kerangka alien? Mengenai hal ini, sebelumnya disebutkan di atas bahwa dalam legenda Islandia, peri adalah anak Hawa dan Adam. . . lantas, apakah ada kemungkinan lain peri itu sama dengan putri duyung? Mereka adalah cabang dari manusia lainnya. Dan, di dunia mereka juga terbagi dari ras kuning, putih dan hitam seperti kita. Tetapi perbedaan di antara mereka, ada yang memiliki sayap dan ada yang tidak.
Singkatnya, mereka mungkin memiliki kekuatan gaib. Jadi umumnya sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Hanya mereka yang cukup beruntung yang berkesempatan melihat sekilas wujud mereka yang sebenarnya. Dan pertanyaannya, mungkinkah kita memiliki kesempatan untuk menjadi orang yang beruntung melihat wujud mereka yang sebenarnya ? (jon)
Keterangan Foto : Ilustrasi, Bermimpi di Dunhuang (Epoch Times)
Sumber : berbagaisumber