Li Yun
Ketika Komunis Tiongkok memperkuat anti-monopoli untuk menekan perusahaan swasta, raksasa platform video pendek Tiongkok “Tik Tok” menggugat “Tencent”. Pasalnya “Tencent” dinilai menyalahgunakan monopoli di Beijing pada 2 Februari 2021 lalu.
“Tik Tok” melalui pengadilan menuntut untuk segera menghentikan tautan Tencent TikTok yang dilarang di WeChat dan QQ. “Tik Tok” juga meminta kompensasi sebesar RMB 90 juta.
TikTok menuduh bahwa Tencent membatasi pengguna untuk berbagi konten dari TikTok melalui WeChat dan QQ, yang merupakan “perilaku monopoli yang menyalahgunakan dominasi pasar dan menghilangkan atau membatasi persaingan” yang dilarang oleh Undang-Undang Anti-Monopoli.
TikTok meminta pengadilan untuk memerintahkan Tencent agar segera menghentikan perilakunya itu dan menerbitkan pernyataan publik guna menghilangkan efek samping. Disamping itu Tencent dituntut memberikan kompensasi kepada TikTok atas kerugian ekonomi dan biaya yang wajar, sebesar 90 juta yuan.
Dalam pengaduan tersebut, TikTok menyatakan bahwa WeChat dan QQ telah melarang TikTok selama hampir 3 tahun.
Pengguna yang membagikan tautan TikTok ke platform WeChat dan QQ tidak dapat diputar secara normal, tetapi Tencent dan aplikasi video pendek pihak ketiga lainnya Weishi dan Kuaishou dapat berbagi dan diputar normal di WeChat.
Keluhan itu juga menyatakan bahwa jumlah pengguna aktif WeChat dan QQ masing-masing melebihi 1,2 miliar dan 600 juta, ditambah dengan komunikasi instan dan fungsi berbagi serta efek jaringan, hampir tidak mungkin bagi pengguna untuk bermigrasi secara kolektif.
Selain itu, saat ini tidak ada operator lain di pasar yang dapat memberikan layanan yang setara dengan WeChat dan QQ. Artinya, Tencent memiliki posisi pasar yang dominan.
TikTok percaya bahwa pelarangan Tencent atas TikTok adalah tanda “penyalahgunaan dominasi pasar.”
Larangan ini tidak hanya merugikan hak pengguna dan mengganggu pengoperasian normal produk dan layanan TikTok, tetapi juga menghilangkan dan membatasi persaingan pasar dan menghambat kemajuan inovasi teknologi.
Pengaduan tersebut menyatakan bahwa larangan Tencent terhadap TikTok tidak akan membantu meningkatkan efisiensi ekonomi dan kesejahteraan sosial, tetapi hanya akan membantunya mendistorsi persaingan di bidang lain dan mengkonsolidasikan posisi pasar yang ada.
Di hari yang sama, Tencent langsung menanggapi secara terbuka tuduhan Tik Tok itu. Menurut Tencent, tuduhan terkait Bytedance yakni perusahaan induk TikTok adalah “murni palsu dan jebakan jahat.”
Tencent menuduh TikTok melakukan banyak pelanggaran ekologi platform dan hak pengguna. Gugatan itu akan dilanjutkan.
Ikon WeChat dan TikTok. (Gambar komposit)
Saat TikTok menggugat Tencent karena monopoli pada saat Komunis Tiongkok terus menggunakan “anti-monopoli” dan “anti-persaingan tidak sehat” guna menekan perusahaan swasta Tiongkok.
Pada akhir tahun lalu, Konferensi Kerja Ekonomi Komite Sentral Komunis Tiongkok mengusulkan bahwa salah satu tugas utama pada tahun 2021 adalah melanjutkan “anti-monopoli.”
Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar Komunis Tiongkok kemudian memberlakukan persyaratan pada enam operator platform online utama, termasuk Alibaba, Tencent, JD.com, Meituan, Pinduoduo, dan Didi.
Mereka harus secara ketat mematuhi bahwa tidak ada perilaku persaingan yang tidak adil untuk membahayakan persaingan yang sehat dari lingkungan pasar.
Merespon kasus gugatan TikTok terhadap monopoli Tencent itu, netizen daratan Tiongkok hanya ingin memposisikan sebagai penonton.
“Ternyata itu dua arah. Saya tidak peduli menang atau kalah. Saya hanya ingin melihat Anda bertarung. Melihat keramaian tidak takut urusan menjadi besar! Semakin banyak ramai semakin baik,” komentar netizen.
Menurut “Laporan Data 2020” yang dirilis oleh TikTok, pada Agustus 2020, pengguna aktif harian TikTok melebihi 600 juta pengguna, per Desember tahun lalu. Jumlah rata-rata pencarian video harian untuk TikTok melebihi 400 juta. Sementara itu pengguna aktif bulanan WeChat dan QQ di bawah Tencent masing-masing melebihi 1,2 miliar dan 600 juta.
Untuk diketahui, paltform TikTok, WeChat, dan QQ semuanya telah dikritik karena mencuri informasi penggunanya dan menjual informasi pengguna internet kepada Komunis Tiongkok.
Sementara pada tahun lalu, kebijakan mantan presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengusulkan sanksi pada perusahaan induk TikTok “ByteDance” dan WeChat. (hui)