oleh Li Yun
Baru-baru ini, situs politik Amerika ‘Politico’ mempublikasikan sebuah laporan setebal 80 halaman dengan berjudul “Telegram Lebih Panjang : Menuju Strategi Baru Amerika Mengenai Tiongkok” (The Longer Telegram :Toward A New American China Strategy) yang disediakan oleh Dewan Atlantik (Atlantic Council).
Disebutkan bahwa laporan ini ditulis secara anonim oleh seorang mantan pejabat AS, dengan “pengalaman luas dalam urusan komunis Tiongkok”.
Penulis menghendaki untuk memisahkan 91 juta orang anggota Partai Komunis Tiongkok (PKT) dari lingkaran pembuat keputusan yang dipimpin oleh Xi Jinping, dan memperlakukan PKT sebagai satu kesatuan.
Menurut laporan bahwa kebijakan AS, harus mampu memandu Beijing untuk kembali ke era Tiongkok sebelum Xi Jinping berkuasa. Namun, penulis yang mantan pejabat itu tidak mengusulkan tindakan khusus tentang bagaimana Amerika Serikat harus memandu Tiongkok kembali ke era Deng Xiaoping.
Dalam hal ini, pakar urusan Tiongkok Chen Pokong dalam siaran online mengatakan bahwa, penulis menghendaki pemerintah AS membagi lebih jauh mengenai kebijakannya terhadap komunis Tiongkok, tidak cuma untuk memisahkan rakyat Tiongkok dari Partai Komunis Tiongkok.
“Akan tetapi, perlu secara lebih detail memisahkan anggota-anggotanya di internal partai, dan membawa Tiongkok kembali ke status sebelum Xi Jinping berkuasa. Ini terutama, karena ambisi ekspansi Xi Jinping yang semakin membahayakan Amerika Serikat dan komunitas internasional,” ujarnya.
Chen Pokong mengatakan bahwa, laporan ini telah menetapkan sebuah garis bawah. Setidaknya membiarkan Tiongkok kembali pada statusnya sebelum Xi Jinping berkuasa. Target yang dituju hanya individu Xi Jinping. Apakah ini menyiratkan keinginan untuk menyingkirkan Xi Jinping ? Amerika perlu mendukung para petinggi dalam partai yang beroposisi dengan Xi, mendukung para petinggi dalam partai yang masih memiliki rasionalitas dan intelektualitas.
Chen Pokong mengataka meskipun laporan tersebut tidak menyebutkan orang lain selain Xi Jinping, dapat dibayangkan bahwa di antara ke-7 orang Komite Tetap Partai Komunis Tiongkok, Wang Huning adalah termasuk yang berbahaya. Dikarenakan, ia sebagai penganut ultra-kiri, sementara Li Keqiang dan Wang Yang masih tergolong pemimpin intelektual.
Chen Pokong berpendapat bahwa, laporan ini tidak hanya ditujukan kepada pemerintah AS yang baru, tetapi lebih diharapkan dapat menjadi pedoman bagi calon pemimpin AS di masa depan dalam menyusun kebijakan terhadap Tiongkok setelah mereka menjabat.
Pada dasarnya, isu melengserkan Xi Jinping telah banyak dibicarakan di kalangan politik dan bisnis Generasi Merah Kedua.
Keterangan Foto : Cai Xia, mantan profesor di Sekolah Partai Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan media bahwa menggantikan Xi Jinping telah menjadi konsensus di dalam partai. (Foto dari penggabungan)
Cai Xia, mantan profesor di Sekolah Partai Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan Radio Free Asia, bahwa menggantikan Xi Jinping telah menjadi konsensus di dalam partai. “Pemikiran itu bukan baru muncul hari ini. tetapi sejak paruh kedua fase pertama perang dagang dengan AS, kita sudah membahasnya”.
Tetapi, banyak kritikus berpendapat bahwa tidak akan banyak manfaat hanya melengserkan Xi tanpa menyingkirkan sistem yang dianut PKT. Siapa pun yang berkuasa akan sama saja. Mungkin saja Xi Jinping adalah ketua terakhir pilihan Yang Maha Kuasa untuk mempercepat musnahnya Partai Komunis Tiongkok.
Kolumnis media ‘secret china’ Zheng Zhongyuan mengatakan, Xi Jinping dinilai sebagai seorang ketua partai yang paling memahami krisis kematian partai dibandingkan dengan ketua generasi sebelumnya. Xi adalah ketua PKT yang pada kepemimpinan awalnya, berusaha menyelamatkan partai dengan gerakan anti-korupsi, dengan tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Gerakan “Memukul Harimau” bahkan sampai sekarang masih berlanjut. Tetapi, betapapun kerasnya ia berusaha membenahi partai, yang terlihat justru Xi Jinping sedang membawa partai dengan kecepatan tinggi menuju jurang kematian. Karena itu, ia dijuluki sebagai “akselerator utama” oleh para netizen daratan Tiongkok,” imbuhnya. (sin)
Foto : Xi Jinping (Greg Baker/AFP/Getty Images)