oleh Xiao Jing
Lebih dari 120 orang anggota Partai Republik yang anti mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengadakan pertemuan secara online pada 5 Februari lalu. Seperti dilansir dari Reuters, pertemuan itu membahas soal pemisahan diri dari Partai Republik, dan mendirikan partai baru atau membentuk fraksi baru.
Tetapi gagasan tersebut langsung mendapat penolakan dari sejumlah pemimpin senior Partai Republik, termasuk ketua pertemuan DPR dari Partai Republik yang mendukung pemakzulan Trump dan Anggota Kongres Liz Cheney dari Negara Bagian Wyoming, Amerika Serikat.
Juru bicara Liz Cheney menyatakan bahwa Cheney menentang setiap langkah untuk memecah belah Partai Republik, dan percaya bahwa perpecahan di dalam partai hanya akan memudahkan Partai Demokrat merumuskan kebijakan yang menyimpang dari konservatisme.
Beberapa orang anggota Partai Republik juga beranggapan bahwa membentuk partai baru dengan meninggalkan Partai Republik akan menyebabkan kehilangan hak menggunakan sumber daya politik dan tenaga kerja yang besar yang telah dikumpulkan oleh Partai Republik sejak partai tersebut didirikan. Bahkan partai baru kehilangan kontak dengan para donatur dan pemilihnya, harus memulai dari nol dan membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga puluhan tahun untuk menjadi kuat.
Alex Conant, ahli strategi dari Partai Republik yang pernah menjabat sebagai konsultan Senator Marco Rubio percaya bahwa jika pemimpin partai baru ini tidak memiliki reputasi yang mempesona menarik sejumlah besar pemilih, mungkin saja membuat partainya berjalan “Senin Kamis”.
Menurut Conant jika ada orang yang mampu mendirikan partai terbesar ketiga di Amerika Serikat, itu adalah Donald Trump, bukan lawan-lawannya.
Menurut laporan bahwa kesimpulan dari pertemuan tersebut menunjukkan hanya sekitar 40% dari peserta yang setuju untuk membuat partai baru. Sementara sekitar 20% setuju untuk membentuk faksi baru di dalam Partai Republik, dan 20% lainnya setuju untuk mendirikan partai baru yang berada di luar Partai Republik.
Ronna McDaniel, ketua Republican National Committee- RNC atau Komite Nasional Partai Republik mengatakan bulan lalu bahwa jika Partai Republik tidak memiliki konsensus dan terus menyerang satu sama lain, maka akan kalah dalam pemilihan paruh waktu tahun 2022.
Menanggapi masalah pertemuan anggota Partai Republik anti-Trump, Jason Miller, penasihat senior kampanye Trump tahun 2020 mengatakan bahwa para pecundang itu sesungguhnya telah meninggalkan Partai Republik sejak mereka memberikan suaranya kepada Joe Biden dari partai pesaing.
Menurut survei yang dilakukan oleh Columbia Broadcasting Service, jika Trump membentuk partai baru, lebih dari dua per tiga dari anggota Partai Republik akan mempertimbangkan untuk bergabung.
Selain itu, di antara semua responden dari Partai Republik, 46% mengatakan bahwa mereka menganggap sangat penting bagi Partai Republik untuk mempertahankan loyalitas kepada Donald Trump.
27% responden menyatakan bahwa itu cukup penting, dan hanya 12% yang menyatakan tidak penting sama sekali.
Namun, tak lama setelah Trump meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari lalu, ia mengaku tidak berniat untuk membentuk partai baru. Menurut Miller, Trump telah memperjelas bahwa tujuannya adalah memberikan dukungan kepada Partai Republik untuk memenangkan kembali kursinya di DPR dan Senat pada 2022. (sin)