oleh Thomas Del Beccaro
Baru-baru ini, saya menulis dalam tulisan berjudul bahwa dunia akan menjadi “Tempat Tinggal yang Berbahaya Selama Empat Tahun di pemerintahan Joe Biden.” Secara sederhana, Joe Biden tidak secara fisik atau mental cocok untuk pekerjaan itu.
Dengan menepis kekejaman rezim komunis Tiongkok terhadap warga Uighur, minoritas Muslim yang tinggal di Xinjiang di barat laut Tiongkok, sebagai bagian “norma-norma yang berbeda.” Joe Biden dapat menjerumuskan dunia ke dalam sebuah krisis internasional lebih cepat dari yang dapat kita bayangkan.
Pada tahun 1968, sejarawan Will Durant menulis dalam bukunya “Lessons of History,” atau “Pelajaran-Pelajaran Sejarah”, bahwa “Perang adalah salah satu konstanta dalam sejarah, dan belum berkurang seiring peradaban atau demokrasi. Dalam 3.421 tahun terakhir, sejarah yang tercatat hanya 268 tahun saja tanpa perang.” Sayangnya, selalu ada perang di suatu tempat di dunia ini setiap tahunnya.
Terlepas dari kemewahan hidup orang Amerika Serikat, adalah tetap benar bahwa, di setiap era, ada rezim yang biadab atau mencari dominasi rakyatnya dan seringkali daerah di sekitar rezim tersebut, jika tidak lebih.
Tiongkok adalah salah satu negara semacam itu. Baru-baru ini, dilaporkan oleh New York Post bahwa “Kementerian Luar Negeri mengatakan pihaknya merasa ‘sangat terganggu’ oleh laporan itu yang mengklaim wanita Muslimah ditahan di kamp pendidikan ulang di Tiongkok, menahan jutaan orang Uighur secara sistematis diperkosa, dilecehkan secara seksual dan disiksa.”
Meskipun tidak setiap kekejaman dapat diperbaiki oleh Amerika Serikat, tidak satupun dari kekejaman tersebut harus ditoleransi.
Semua kekejaman itu, harus dipenuhi oleh pernyataan dari Panglima Tertinggi Amerika Serikat yang menginginkan kebebasan untuk semua orang, dan bahwa tidak ada kekejaman yang dapat dibenarkan atau ditoleransi.
Di luar itu, suatu pemerintahan harus menggunakan sanksi minimum di bidang diplomasi dan ekonomi untuk menghadapi kekejaman. Intervensi militer, sementara upaya terakhir, tidak boleh ditiadakan.
Sehubungan dengan Tiongkok, sebuah negara yang mengizinkan panen organ secara hidup-hidup, intervensi militer bukanlah pilihan untuk kekejaman tersebut. Namun, ketetapan yang diputuskan secara jelas, diplomasi, dan sanksi, adalah suatu keharusan.
Semuanya membawa kita pada pernyataan Joe Biden terkait dengan Tiongkok dan warga Uighur. Dalam sebuah tanggapan yang bertele-tele di televisi nasional, Joe Biden lebih dulu membenarkan pelanggaran yang dilakukan Tiongkok dengan mengatakan:
“Jika anda tahu sesuatu mengenai sejarah Tiongkok, itu adalah selalu, waktu di mana Tiongkok telah dikorbankan oleh dunia luar adalah ketika dalam negeri Tiongkok tidak bersatu. Jadi pusat — yah, sangat dibesar-besarkan — prinsip pusat [pemimpin Tiongkok] Xi Jinping adalah harus ada persatuan, secara ketat mengendalikan Tiongkok. Dan, Xi Jinping menggunakan alasannya untuk hal-hal yang ia lakukan berdasarkan hal-hal itu.”
Xi Jinping juga mengatakan, “Secara kebudayaan ada norma-norma yang berbeda di mana setiap negara dan para pemimpinnya diharapkan untuk mengikuti norma-norma tersebut. “
Kekejaman bukanlah norma yang dapat dibenarkan dan kesalahan sebelumnya, tidak membenarkan kekejaman yang terjadi saat ini.
Komentar Joe Biden dapat menjadi kesalahan kebijakan luar Amerika Serikat yang terburuk, itu sejak pidato Menteri Luar Negeri Dean G. Acheson di National Press Club pada 12 Januari 1950.
Dalam pidatonya, Joe Biden “mendefinisikan ‘perimeter pertahanan’ Amerika Serikat di Pasifik sebagai garis yang melintasi Jepang, Ryukyu, dan Filipina. Hal ini membantah sebuah jaminan perlindungan militer Amerika Serikat ke Republik Korea.”
Tidak lama kemudian, dunia terlibat dalam Perang Korea setelah Korea Utara menginvasi Korea Selatan pada Juni 1950.
Banyak orang percaya bahwa pernyataan Dean G. Acheson bahwa wilayah perhatian Amerika Serikat, yaitu perimeter pertahanan Amerika Serikat, tidak termasuk apakah Korea Selatan saat ini adalah sebuah lampu hijau bagi Korea Utara, dengan dukungan Tiongkok dan Rusia, untuk menginvasi Korea Selatan.
Komentar Joe Biden justru memberi penghiburan bagi Tiongkok, bahwa Amerika Serikat tidak akan mengganggu kekejaman Tiongkok di dalam negerinya.
Kata-kata yang sama akan memberikan kenyamanan bagi Iran, Rusia, dan setiap diktator di seluruh dunia — terlepas dari apakah pernyataan klarifikasi dibuat oleh pemerintahan Joe Biden dalam beberapa hari dan beberapa minggu ke depan.
Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan mereka lakukan dengan lampu hijau Joe Biden. Dunia, sebaliknya, kini baru tahu betapa lemahnya Joe Biden.
Salah satu pelajaran sejarah adalah bahwa, perang dimulai berdasarkan kelemahan seorang musuh. Dan, itulah sebabnya dunia akan hidup dalam bahaya di bawah pemerintahan Joe Biden.
Thomas Del Beccaro, seorang penulis terkenal, pembicara, Fox News, Fox Business, dan penulis opini Epoch Times, dan mantan ketua Partai Republik California. Dia adalah penulis buku perspektif sejarah “The Divided Era” dan “The New Conservative Paradigm.