oleh Cheng Rong
EurekAlert, sebuah platform siaran pers nirlaba yang dioperasikan oleh American Association for the Advancement of Science (AAAS) pada (17/2/2021) menyebutkan bahwa hasil studi CORONADO terhadap situasi pasien diabetes yang dirawat di rumah sakit karena terinfeksi virus komunis Tiongkok atau COVID-19, menemukan ada seperlima atau 20% dari jumlah pasien meninggal dunia dalam 28 hari. Hanya sekitar setengah dari jumlah pasien diabetes itu yang diizinkan pulang.
Studi ini dipublikasikan di Diabetologia, jurnal akademis resmi Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes, – EASD. Penulisnya adalah profesor Bertrand Cariou dan Samy Hadjadj, pakar diabetes dari Institut Thoracic Rumah Sakit Universitas Nantes, Prancis.
Sebuah studi oleh University of Nantes di Perancis juga menemukan bahwa 1 dari 8 orang pasien diabetes yang terinfeksi COVID-19 masih belum bisa meninggalkan rumah sakit meskipun sudah 28 hari rawat inap.
Data di atas merupakan update terbaru dari hasil studi. Hasil studi terdahulu yang dipublikasikan pada bulan Mei 2020 menunjukkan bahwa 10% penderita diabetes dan COVID-19 meninggal dalam waktu 7 hari rawat inap, walaupun hasil awal berasal dari ukuran sampel yang lebih kecil daripada yang sekarang.
Hasil survei terbaru ini berasal dari 2796 orang pasien diabetes, di mana 577 atau 21% orang pasien meninggal dalam 28 hari setelah masuk rumah sakit.
Hampir 50% pasien sudah bebas dari rawat inap. Dengan median rawat inap di rumah sakit adalah 9 hari, pada hari ke 28, terdapat 12% dari jumlah pasien yang tetap dirawat di rumah sakit, sedangkan 17% pasien sudah dipindahkan ke unit lainnya.
Meskipun hingga sekarang belum jelas apakah penderita diabetes lebih mungkin terinfeksi oleh virus komunis Tiongkok daripada populasi umum lainnya. Namun demikian, menurut American Diabetes Association, penderita diabetes cenderung lebih mudah mengalami komplikasi serius setelah terinfeksi virus COVID-19.
Orang dengan mengalami gangguan kesehatan lebih besar resikonya mengalami komplikasi jika tertular virus tersebut.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat merekomendasikan bahwa orang dengan penyakit berisiko tinggi harus mendapat prioritas pertimbangan sebelum divaksin.
Di antara penyakit yang terdaftar oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, terdapat 2 jenis diabetes. Diabetes tipe 1 diklasifikasikan sebagai penyakit dengan risiko lebih rendah daripada diabetes tipe 2.
The American Diabetes Association mempertanyakan hal ini dalam sebuah surat kepada Pusat Pengendalian Penyakit. Bagi asosiasi tersebut pasien dengan diabetes tipe 1 harus dianggap memiliki resiko terinfeksi Covid -19 yang sama.
Pada 2018, 10,5% dari populasi Amerika Serikat atau 34,2 juta orang menderita penyakit diabetes. Menurut American Diabetes Association, dari 34,2 juta pasien diabetes dewasa, 7,3 juta tidak terdiagnosis. (sin)
Keterangan Foto : Penderita diabetes perlu memeriksa kadar gula darahnya beberapa kali dalam sehari. (Sumber gambar: domain publik / pixabay)