Mantan Wakil Penasehat Keamanan Nasional AS : Dokter Tiongkok Berbagi Informasi yang Benar Tentang Epidemi, Tetapi Komunis Tiongkok Menyembunyikannya

oleh Zhang Ting

Dalam wawancara program berita CBS “Face the Nation” pada Minggu (21/2/2021), mantan Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS, Matt Pottinger mengatakan bahwa, dokter Tiongkok memberitahukan kepadanya pada bulan Januari tahun lalu, bahwa virus ini (COVID-19) tidak sama dengan virus SARS. Akan tetapi, cenderung mirip pandemi influenza tahun 1918.

Menggunakan koneksi yang dibangun untuk mencari fakta tentang epidemi di Tiongkok

Pottinger mengatakan bahwa, pemerintah komunis Tiongkok tidak membagikan informasi yang berguna dengan negara manapun di dunia. Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia -WHO- layaknya seperti burung beo. Pasalnya, WHO begitu saja meniru dan membenarkan informasi palsu tentang virus, yang mana dikeluarkan oleh pemerintah komunis Tiongkok. Mereka mengatakan bahwa virus tidak akan menyebar dari manusia ke manusia.

Mereka bahkan bertahan selama berminggu-minggu, sampai berbulan-bulan untuk mengklaim bahwa tidak ada penularan asimtomatik yang signifikan. Karena itu, pakar kesehatan masyarakat Amerika lalu terkecoh oleh informasi yang menyesatkan itu. Amerika Serikat harus mendengarkan pendapat dari masing-masing dokter di Tiongkok. 

“Mereka sebenarnya telah memberi kita petunjuk. Dibandingkan dengan pemerintah komunis Tiongkok, dokter-dokter Tiongkok itu berbagi informasi yang lebih akurat kepada kita”, kata Pottinger.

Matt Pottinger, Asisten Khusus Presiden AS Donald Trump dan Direktur Senior Dewan Keamanan Nasional (NSC) untuk Asia Timur, (kanan), tiba untuk upacara pembukaan Belt and Road Forum di Pusat Konvensi Nasional Tiongkok (CNCC) di Beijing, pada 14 Mei 2017. (Mark Schiefelbein – Pool / Getty Images)

Pottinger mengatakan pada paruh kedua Januari tahun lalu, ia menelepon dokter lokal di Tiongkok. Mereka mengatakan, Anda tahu, virus ini menyebar dengan tanpa gejala. Sebagian atau sebagian besar dari kasus adalah tidak menunjukkan gejala. Apa yang mereka informasikan itu, berbeda dengan apa yang dikatakan pemerintah komunis Tiongkok.

Pembawa acara “Face The Nation” Margaret Brennan bertanya kepada Pottinger, apakah dia menelepon seseorang yang dia kenal di Tiongkok. Itu mengingat Pottinger pernah menjadi reporter yang bertugas di Tiongkok selama bertahun-tahun, hal mana memungkinkannya untuk menelepon pejabat non-pemerintah Tiongkok.

Pottinger menjawabnya dengan mengatakan, pada tahun 2003 ia pernah melakukan reportase tentang epidemi SARS yang berkecamuk, dan kebetulan pada saat itu saya berada di daratan Tiongkok, menulis naskah untuk Wall Street Journal. Jadi (kali ini) ia coba menghubungi beberapa kontaknya. Ia berbicara dengan para dokter Tiongkok yang memiliki informasi langsung tentang epidemi. Mereka sangat jujur. Mereka mengatakan bahwa memang benar, penyebaran virus kali ini tidak akan seperti epidemi SARS tahun 2003. Ini lebih cenderung menyebar seperti pandemi influenza tahun 1918, karena virus menyebar secara tenang.

Pandemi influenza tahun 1918 juga dikenal sebagai flu Spanyol, mengacu pada pandemi influenza mematikan yang terjadi antara bulan Januari 1918 hingga bulan Desember 1920.

Menurut BBC Inggris, orang sering menyebut flu Spanyol sebagai “induk dari semua pandemi”. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia -WHO- dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, flu Spanyol yang terjadi antara tahun 1918 hingga 1920,  telah menyebabkan 40 hingga 50 juta orang di dunia meninggal dunia. Banyak ilmuwan dan sejarawan percaya, bahwa sepertiga dari populasi dunia (sekitar 1,8 miliar orang) telah terinfeksi oleh virus tersebut pada saat itu.

Matt Pottinger : Komunis Tiongkok menggunakan militer untuk menghalangi penyebaran fakta terkait epidemi

Pottinger mengatakan bahwa, kezaliman rezim komunis Tiongkok menyebabkan orang luar tidak dapat memperoleh informasi tentang karakteristik virus, Mereka (komunis Tiongkok) memiliki motivasi yang kuat untuk menyesatkan rakyat mereka sendiri, dan orang-orang di belahan dunia lain.

Margaret Brennan bertanya, mengapa pejabat kesehatan AS dan komunitas intelijen tidak mengetahui ancaman ini lebih awal ? Padahal WHO telah menyampaikan bahwa pada akhir tahun 2019, COVID-19 telah menyebar di Kota Wuhan.

Pottinger mengatakan bahwa komunitas intelijen AS tidak bertanggung jawab terhadap masalah ini, karena ini merupakan bidang perhatian dari CDC-AS. Masalahnya adalah, Partai Komunis Tiongkok tidak meminta bantuan kepada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok untuk menangani krisis ini. Mereka justru menggunakan kekuatan militer. Sedangkan CDC-AS tidak menjalin hubungan dengan militer komunis Tiongkok.

“Menurut laporan publik, direktur CDC-Tiongkok baru mengetahui adanya penyebaran virus korona jenis baru (juga dipanggil virus komunis Tiongkok atau COVID-19) hingga hari terakhir bulan Desember 2019, sungguh sulit dipercaya, bukan?! Jadi tampaknya CDC-Tiongkok sampai batas tertentu telah diabaikan fungsinya. Karena pemerintah komunis Tiongkok telah beralih ke militer (untuk menangani penyebaran epidemi), mencoba untuk menutupi masalah ini, mencoba menahan (penyebaran virus) sampai semuanya sudah terlambat”, kata Matt Pottinger.

Pada 9 Februari 2021, tim investigasi WHO mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan, bahwa pandemi virus komunis Tiongkok tidak mungkin dimulai dengan kebocoran di laboratorium Wuhan (Institut Virologi Wuhan). Menanggapi laporan ini, Pottinger mengatakan : “WHO telah membuat berbagai pernyataan … yang tidak sesuai fakta atau yang keliru tentang virus ini. Jadi WHO harus mempertanggungjawabkannya”.

Ia juga mengatakan bahwa di antara anggota tim investigasi WHO yang dikirim ke Tiongkok, ada yang telah dipilih secara pribadi oleh pemerintah komunis Tiongkok. Itu dikarenakan, komunis Tiongkok berhak memveto siapa orang yang bisa masuk ke Tiongkok untuk melakukan penyelidikan. (sin)

Keterangan Foto : Pekerja medis dalam pakaian pelindung mendatangi pasien di Pusat Konferensi dan Pameran Internasional Wuhan, yang telah diubah menjadi rumah sakit darurat untuk menerima pasien dengan gejala ringan yang disebabkan oleh Novel Coronavirus, di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada 5 Februari 2020. (China Daily via Reuters)