Nicole Hao
Wall Street Journal pada (22/2) mengutip orang-orang dalam yang mengatakan bahwa Boyu Capital di Tiongkok, sebuah perusahaan ekuitas swasta yang didirikan oleh cucu mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok, Jiang Zemin yaitu Jiang Zhicheng, memindahkan sebagian bisnisnya dari kantor pusat di Hong Kong ke Singapura. Dua orang co-founder Boyu Capital juga pindah ke Singapura.
Peralihan tersebut terutama dipicu oleh kekhawatiran akan pengaruh Jiang Xemin yang semakin lemah, di mana cenderung meninggalkan keluarga dan sekutu Jiang Zemin lebih rentan terhadap penyingkiran politik di Tiongkok, menurut sumber-sumber itu.
Didirikan oleh Jiang Zhicheng pada tahun 2010, Boyu Capital terkenal sebagai sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh pangeran Partai Komunis Tiongkok.
Taipan Hong Kong, pendiri Li Ka-shing maupun Temasek, yaitu dana tanpa batas yang dimiliki pemerintah Singapura adalah di antara para investor selama ronde pertama peningkatan dana Boyu Capital pada tahun 2011.
Hanya dalam satu setengah tahun, setelah didirikan, Boyu Capital memecahkan rekor keuntungan dari IPO Alibaba dan Cinda International Holdings.
Boyu Capital mengajak kerjasama investasi skala-besar dengan lembaga-lembaga keuangan milik negara Tiongkok.
Dalam 10 tahun terakhir, Boyu Capital menggunakan hubungan-hubungan politik dan komersial dari fraksi Jiang zemin untuk mengumpulkan sebuah kekayaan komersial raksasa.
Orang-orang dalam kepada Wall Street Journal mengatakan bahwa dibandingkan dengan Hong Kong, Singapura menawarkan rentang yang lebih besar dari potensi pengamatan atau aksi yang merugikan oleh otoritas pusat di Beijing kepada Boyu Capital.
Orang-orang dalam dilaporkan harus mengatakan bahwa, pemimpin komunis Tiongkok, Xi Jinping telah memusatkan kekuasaan dan membatasi pengaruh mantan para pemimpin rezim Tiongkok, sehingga mantan para pemimpin rezim Tiongkok menjadi lebih rentan untuk disingkirkan.
Tong Xiaomeng, CEO dan salah satu co-founder Boyu Capital yang sudah menjadi penduduk tetap di Singapura, baru-baru ini tinggal di sana.
Salah satu orang dalam mengungkapkan bahwa, Boyu Capital juga memindahkan bagian operasi-operasinya di Hong Kong ke sebuah kantor cabang di Shanghai. Jiang Zhicheng yang berbasis di Hong Kong, kini menghabiskan sebagian besar waktunya di Shanghai.
Pengamat Tiongkok, Xue Chi mengatakan, dikarenakan Boyu Capital adalah sebuah dana ekuitas swasta, Boyu Capital fokus pada investasi di Tiongkok Daratan. Oleh karena itu, model bisnis Boyu Capital memastikan, bahwa Boyu Capital adalah tidak terpisahkan dari Tiongkok Daratan. Jadi apa maksud laporan Wall Street Journal? fraksi Jiang Zemin mungkin merosot karena pertikaian di dalam Partai Komunis Tiongkok. Pada keadaan ini, cucu Jiang Zemin ingin menemukan sebuah tempat yang aman bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang.”
Pada 17 Februari 2021, Wall Street Journal melaporkan bahwa Penawaran Saham Perdana (IPO) Ant Group milik Jack Ma diblokir oleh pihak berwenang terkait dengan struktur kepemilikan Ant Group yang rumit. Beijing dibuat gelisah oleh orang-orang yang mempertahankan keuntungan dari IPO maha besar.
Beberapa dari orang-orang tersebut melibatkan keluarga-keluarga politisi, yang mana memiliki sebuah ancaman yang potensial bagi Xi Jinping. Di antara investor-investor yang dirahasiakan ini, Boyu Capital dimiliki hampir satu persen oleh Ant Group, dalam sebuah cara yang tidak langsung melalui Beijing, Pusat Investasi Jinguan, perusahaan ekuitas swasta yang lain.
Tang Jinyuan, seorang komentator masalah terkini yang tinggal di Amerika Serikat, yakin bahwa pertikaian di dalam Partai Komunis Tiongkok kini sangat sengit. Pasalnya, akan terjadi perubahan selama Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok tahun depan.
Wall Street Journal memaparkan kisah-kisah yang terjadi di dalam Partai Komunis Tiongkok. Yang mana, berulang kali menunjukkan bahwa para pemberi informasi dari dalam Partai Komunis Tiongkok, dengan sengaja mengungkapkan informasi rahasia kepada dunia luar. (vv)
Keterangan Foto : Logo Boyu Capital terlihat di kantor perusahaan di Hong Kong 11 Desember 2013. (Tyrone Siu / File Photo / Reuters)