Yang Wei
Sebuah “pertunjukan politik” dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) kembali ditayangkan pada 25 Februari 2021. Para Anggota Tetap Komite Politbiro PKT, kembali menampakkan diri secara bersamaan, menghadiri acara akbar penghargaan pengentasan kemiskinan.
Penghargaan pengentasan kemiskinan kali ini sama seperti acara penghargaan protes 2020 lalu, dari atas sampai bawah sangat sadar sedang bersandiwara, juga mau tidak mau harus ikut bersandiwara pula.
Di atas panggung maupun di bawah panggung semuanya adalah pemain drama, dan tidak ada satupun penonton orisinil.
Pejabat besar maupun kecil, bekerja sama dengan petinggi mereka memainkan pertunjukan politik ini. Dalam hati setiap orang tentunya sangat memahami. Ini hanya sekedar membantu membebaskan petinggi Partai Komunis Tiongkok, yang mana sedang terlilit kesulitan dari luar maupun dalam negeri.
Ekonomi Tiongkok tidak tumbuh seperti yang digembar-gemborkan Partai Komunis Tiongkok. Sirkulasi dalam negeri pada kenyataannya sulit bersirkulasi, pandemi juga tidak bisa ditutup.
Para petinggi PKT tadinya berharap hubungan AS- Tiongkok akan membaik, namun ternyata kembali mengalami kebuntuan, pengucilan oleh dunia internasional pun semakin intens.
Petinggi PKT sangat memerlukan sebuah prestasi besar guna menutupi berbagai kesalahan dan kekalahannya. Baik di dalam maupun luar negeri, serta berusaha berdiri tegak di tengah konflik internal yang sengit. Xi Jinping juga sedang berjuang keras mengatur Kongres Nasional ke-20 mendatang agar dapat menjabat kembali.
Petinggi PKT seharusnya juga sangat memahami, hanya mengandalkan sebuah acara penghargaan pengentasan kemiskinan yang direkayasa, tidak akan bisa terlepas dari krisis ini, juga tidak akan bisa berada di atas angin dalam konflik internal, tapi trik apa
lagi yang bisa dilakukan?
Menurut pidato Xi Jinping, sekarang di Tiongkok terdapat 98,99 juta jiwa petani miskin yang seluruhnya telah terbebas dari kemiskinan. Sebanyak 832 kabupaten telah terlepas dari kemiskinan, dan 128.000 desa miskin telah terbebas dari kemiskinan. Secara regional seluruh kemiskinan telah teratasi.
Apapun definisi PKT terhadap kemiskinan atau terbebas dari kemiskinan, PKT sendiri mau tak mau telah mengakui, di Tiongkok setidaknya ada 98,99 Juta jiwa penduduk desa tani yang miskin. PKT sendiri telah mengungkap data ini.
Niat awalnya mungkin hendak membuat prasasti tanda jasa bagi para petinggi PKT, namun di saat yang sama telah mengungkap keburukannya sendiri. Selama 71 tahun pemerintahan rezim komunis Tiongkok, masih ada hampir 100 Juta jiwa rakyat Tiongkok hidup dalam kemiskinan, apakah ini bisa dibilang prestasi?
Siapakah yang telah menciptakan kemiskinan?
Xi Jinping menyebutnya sebagai “prestasi bersejarah”, “telah menciptakan satu lagi mukzijat manusia yang prestasinya dikenang dalam sejarah”.
Sejarah memang harus mencatat semua ini. Berkat adanya rezim komunis inilah, terciptalah penduduk miskin di Tiongkok dengan jumlah sedemikian banyak. Ini adalah prestasi pemerintahan sebuah rezim yang luar biasa buruk selama 71 tahun. tapi oleh PKT justru dijadikan penghargaan dan pengungkapan keburukannya sendiri. Berapa lama rezim seperti ini bisa bertahan?
PKT telah menyebabkan kesenjangan kota dengan desa, petani dibelenggu pada lahan yang awalnya telah ada, sebenarnya telah memutus jalan keluar bagi mereka untuk membebaskan diri dari kemiskinan.
Entah itu gerakan Reformasi Lahan Tiongkok, Komune Rakyat, Lompatan Jauh ke Depan, maupun Sistem Tanggung Jawab Produksi. PKT mati-matian mempertahankan kepemilikan lahan, dengan metode lumbung publik. Selama jangka waktu panjang, menguasai hasil jerih payah petani dengan harga murah. Bahkan, secara serius mencegah kemajuan berskala dan industrialisasi sektor pertanian. Lebih parah lagi, secara kaku membelenggu mayoritas rakyat petani pada pekerjaan pertanian secara manual, bagaimana petani bisa terbebas dari kemiskinan?
Setelah rantai pasokan global dialihkan ke Tiongkok, tadinya adalah pendorong bagi rezim Tiongkok untuk mengarah pada urbanisasi dan industrialisasi, tapi PKT justru terus mempertahankan sistem Hukou atau pendaftaran rumah tangga.
PKT tidak bisa melarang petani pergi untuk bekerja di kota (sebagai penduduk musiman), dan menghasilkan devisa bagi PKT. Tapi para petani tetap tidak bisa hidup di kota. PKT telah membentuk dua dunia yang berbeda di Tiongkok, juga telah menyebabkan kemiskinan bagi warga petani.
Petani Tiongkok tetap sulit temukan jalan keluar dari kemiskinan
Pada 25 Februari, PKT menggelar acara penghargaan pengentasan kemiskinan, sekaligus juga membentuk yang disebut sebagai Biro Revitalisasi Pedesaan, namun yang menghadiri upacara peresmiannya hanya Anggota Tetap Komite Politbiro merangkap Wakil PM Dewan Negara yakni Hu Chunhua.
Ia mengatakan, “kebijakan penting yang dibuat oleh pusat partai” dengan Xi Jinping sebagai pusat/inti kekuasaan, harus mengukuhkan hasil pengentasan kemiskinan, membangun mekanisme pengawasan yang membantu mencegah terjadinya kemiskinan kembali.
Para Anggota Tetap Komite Politbiro PKT dalam hatinya, tentu mengetahui bahwa pengentasan kemiskinan hanyalah rekayasa. Mengukuhkan pengentasan kemiskinan pun semakin tidak
berdasar. Tentu saja tidak ada juga orang yang benar- benar memperhatikan hal ini.
Dibentuknya Biro Revitalisasi Pedesaan juga menunjukkan, petinggi PKT sama sekali tak berniat untuk menyelesaikan masalah kemiskinan secara tuntas. Masih berniat membelenggu petani pada lahan yang ada dan terus menguras hasil jerih payah petani dengan harga murah. Petani pun tidak bisa melepaskan diri dari pengawasan cabang partai dari PKT di pedesaan.
Standar pengentasan kemiskinan PKT saat ini adalah, pendapatan tahunan per kapita mencapai RMB 4000 (8.838.700 rupiah), yakni rata-rata setiap bulan RMB 333 (735.820 rupiah). Apakah ini dikategorikan miskin atau pengentasan kemiskinan, yakin setiap orang memiliki jawaban masing- masing.
Kantor berita Xinhua baru pada 24 Februari lalu, bahkan memberitakannya seakan benar-benar terjadi, banyak wilayah telah menaikkan standar upah minimum 2021. Di antaranya di Shanghai upah terendahnya menduduki posisi tertinggi, yakni RMB 2.480 per bulan. Enam provinsi tertinggi yakni Shanghai, Guangdong, Beijing, Tianjin, Jiangsu, Zhejiang, standar upah terendah bulanannya di atas RMB 2.000.
Berdasarkan kriteria ini, keluarga dua orang dengan hanya 1 orang yang bekerja, maka pendapatan rata-rata per kapita adalah RMB 1.000 (2.209.675 rupiah) per bulan.
Persis sama dengan yang pernah dikatakan Li Keqiang bahwa sebanyak 600 juta jiwa penduduk Tiongkok, hanya memperoleh pendapatan RMB 1.000. Jumlah penduduk miskin di Tiongkok jauh di atas angka 100 Juta jiwa.
Upaya mayoritas warga tani Tiongkok dalam rangka melepaskan diri dari kemiskinan, adalah dengan masuk ke kota untuk bekerja, tapi solusi seperti ini kelihatannya sudah semakin sedikit.
Pada 24 Februari lalu, juru bicara Taiwan Affairs Office pada Dewan Negara Tiongkok mengatakan, “New Southbound Policy” Taiwan hanya akan menyebabkan kerugian terhadap perekonomian dan pengusaha Taiwan.” Mereka terus berusaha membujuk para pengusaha Taiwan agar tidak hengkang dari Tiongkok untuk pindah ke Asia Tenggara dengan “31 kebijakan” dan “26 kebijakan” PKT.
Bisa dilihat PKT sangat memahami, rantai pasokan meninggalkan Tiongkok sudah menjadi tren saat ini. PKT menutupi pandemi telah menonjolkan risiko yang teramat besar bagi rantai pasokan di Tiongkok. Posisi Tiongkok sebagai “pabrik dunia” sedang menguap, lapangan kerja bagi pekerja kaum tani semakin berkurang. Sekarang ini dikhawatirkan akan sulit terjadi puncak arus mudik pada Tahun Baru Imlek.
Pertunjukan politik sulit tutupi kesulitan
Pada 25 Februari lalu, media partai PKT berturut-turut mempropagandakan topik pengentasan kemiskinan ini. Di hari yang sama kantor berita Xinhua justru menerbitkan sebuah artikel ulasan berjudul “Kuasai Fokus Melakukan Pekerjaan Nyata, Belajar Penerapan Tuntas Semangat Pidato Penting Sekjend Xi Jinping Pada Konferensi Mobilisasi Pendidikan Sejarah Partai”.
Dalam artikel disebutkan, sejarah seratus tahun PKT, adalah sejarah yang “melakukan hal nyata”, pernyataan ini sebenarnya telah menjadi cermin penakluk siluman bagi acara penghargaan pengentasan kemiskinan pada hari itu.
Pada 25 Februari itu, dalam kolom studi sejarah partai PKT dijelaskan, “Pada 25 Februari 1982, Deng Xiaoping bertemu dengan PM Maroko Maati Bouabid saat membahas kebijakan keterbukaan luar negeri Tiongkok disebutkan: Tiongkok akan terus menerapkan kebijakan keterbukaan luar negeri. Kami terutama menyerap teknologi canggih dan pengetahuan manajemen, serta menyerap dana yang berguna bagi kami”.
Kalimat Deng Xiaoping ini, sebenarnya juga merupakan gambaran nyata pada hubungan diplomatik Komunis Tiongkok selama 40 tahun terakhir ini, tapi setelah 40 tahun sudah tidak bisa diteruskan lagi.
Tidak hanya hubungan AS-Tiongkok sulit diperbaiki, serangkaian jurus konyol petinggi PKT malah semakin membuatnya dikucilkan dunia internasional, diplomatik realistis “ambil semua” ala Deng Xiaoping itu telah sampai di penghujung jalan.
Petinggi sekarang tidak memiliki jurus yang mampu meniru jalan diplomatik yang telah bertahan 40 tahun terakhir. Oleh sebab itu terpaksa mengemukakan sirkulasi dalam negeri, tapi “pabrik dunia” sedang dalam pembongkaran.
Ekonomi Tiongkok jelas sulit untuk bersirkulasi sendiri. BUMN yang sangat diandalkan PKT telah disedot kering oleh para elit politik PKT. Perusahaan swasta terus digerogoti. Konflik internal PKT telah mengarah pada perebutan industri besar yang dikuasai oleh masing- masing pihak.
Di Distrik Xicheng Beijing pada 23 Februari lalu, telah terjadi suatu ledakan restoran, dikabarkan hanya berjarak 650 meter dari Gerbang Xinhua pada Kompleks Zhongnanhai (kediaman dan kantor para petinggi PKT pusat). Kejadian itu sontak menjadi perhatian di internet, namun dengan cepat berita itu pun dihapus. Hal ini semakin menarik berbagai kecurigaan pihak luar.
Keesokan harinya pada 24 Februari, kantor berita Xinhua memberitakan “Komisi Perencanaan Pembangunan Ibukota Menggelar Rapat Bersama – Pidato oleh Ding Xuexiang, Moderator Oleh Cai Qi”.
Ding Xuexiang menjabat sebagai Direktur Komisi Pusat PKT, tentu saja juga menangani perlindungan keselamatan Xi Jinping berikut para petinggi partai. Ding Xuexiang juga merupakan Anggota Komite Politbiro, bersama dengan Cai Qi selaku Sekretaris Kota Beijing yang merangkap sebagai Ketua Komisi Perencanaan Pembangunan Ibukota. Tapi dalam rapat tersebut justru Ding Xuexiang yang berpidato, hal ini jelas tidak lumrah.
Benar saja, perencanaan pembangunan ibukota yang diuraikannya harus “mempertahankan menonjolkan pusat politik”, “keamanan dan pengembangan harus direncanakan menyeluruh” dan “menerapkan pengendalian zona inti sebagai fokus utama”. Selain itu, “dengan teguh menghilangkan fungsi non-ibu kota”. Termasuk, “rencana menyeluruh menerapkan mekanisme penjaminan”, dan “sistem pelaporan permohonan yang ketat”.
Sulit dipastikan rapat yang diadakan ini, apakah terkait dengan ledakan tersebut atau tidak. Tapi setidaknya bisa dipastikan, petinggi PKT sangat menyoroti keamanan di sekitar Zhongnanhai. Seharusnya mereka tidak takut rakyat biasa akan membuat keonaran, melainkan mencemaskan ada orang akan melakukan insiden dari balik punggung. Tindakan antisipasi yang ketat dan anti-pencegahan di tengah konflik internal, jelas telah makin dipercepat tempo dan kekuatannya.
Di dalam pertunjukan politik pengentasan kemiskinan oleh petinggi PKT, belum terlihat sikap yang benar-benar optimis. Justru, telah merefleksikan kegalauan yang lebih besar. Yang mana sebenarnya selain tidak bisa mengatasi masalah, justru sebaliknya akan semakin terperosok lebih dalam. (Sud)
Keterangan Foto : Para petani di daerah pegunungan yang miskin di Guizhou. (Kevin Frayer / Getty Images)
Video Rekomendasi :