oleh Li Zhaoxi
Pada saat hubungan antara komunis Tiongkok dan Rusia dengan pemerintahan Biden Amerika Serikat sedang tidak harmonis, atas undangan Anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri Wang Yi, Sergey Lavrov tiba di Guilin, Guangxi pada (22/3/2021) untuk kunjungan selama 2 hari.
Sergey Lavrov dan pejabat Partai Komunis Tiongkok menyatakan bahwa, mereka berharap untuk melawan kebijakan luar negeri AS. Alasannya, bahwa sekutu Barat berusaha untuk mempertahankan dominasi mereka atas ekonomi global dan politik internasional dengan segala cara.
Untuk melemahkan kekuatan sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, Sergey Lavrov sangat berharap pemerintah komunis Tiongkok untuk menghilangkan ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional.
Kepada media daratan Tiongkok ia mengatakan : “Oleh karena itu, kita harus mengurangi risiko sanksi dengan memperkuat kemandirian teknologi kita dan menggunakan mata uang selain dolar AS dalam penyelesaian transaksi bilateral (settlement currency). Kita perlu menyingkirkan sistem pembayaran internasional yang dikendalikan oleh Barat”.
Sanksi keuangan yang dijatuhkan oleh Kementerian Keuangan AS, telah terbukti menjadi senjata pamungkas yang ampuh di tangan para pembuat kebijakan AS. Sanksi tersebut dapat melarang siapa pun yang terlibat berbisnis dengan pemerintah yang “dikucilkan”, untuk masuk ke dalam sistem keuangan AS.
Saran untuk melemahkan senjata pamungkas AS tersebut adalah tujuan Sergey Lavrov berkunjung ke Tiongkok. Rusia mendapat sanksi dari Barat karena invasi ke Ukraina. Dan, Beijing pun menghadapi persaingan yang meningkat dengan Washington yang memaksanya untuk bekerja sama dengan Moskow.
Seorang pengamat kebijakan luar negeri dari kubu konservatif di Amerika Serikat mengatakan bahwa, Kremlin dan rezim komunis Tiongkok saat ini sedang “mengeksplorasi kelemahan Joe Biden”.
“Orang-orang Tiongkok dan Rusia sangat jelas mencari cara untuk memprovokasi pemerintah baru”, kata James Carafano, pakar dari wadah pemikir AS ‘The Heritage Foundation’.
Ia mengatakan : “Dolar AS adalah….. pada kenyataannya merupakan mata uang global. Satu-satunya cara yang dapat mengubahnya adalah pudarnya kepercayaan orang-orang terhadap dolar AS.”
James Carafano berpendapat bahwa, sehubungan dengan pelanggaran HAM yang dilakukan komunis Tiongkok yang memicu kemarahan komunitas internasional, peluang komunis Tiongkok dan Rusia membentuk front persatuan justru akan menimbulkan kerugian bagi kepentingan mereka sendiri.
Carafano mengatakan, Ketika orang-orang semakin kurang berminat untuk menjadi mitra dari Beijing atau Moskow, ia yakin bahwa pernyataan semacam ini hanya akan menambah penentangan dari orang-orang terhadap mereka”.
James Carafano menunjukkan bahwa, Uni Eropa hanya menjatuhkan sanksi kepada beberapa pejabat komunis Tiongkok dan Rusia. Sedangkan ucapan yang disampaikan oleh para politisi komunis Tiongkok dan Rusia itu cenderung berbau “buta nada” (tone deaf).(sin)
Keterangan Foto : Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov (kiri) dan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi (kanan). (Madoka Ikegami-Pool/Getty Images)