oleh Yang Wei
Sejak Presiden Joe Biden menjabat, pemerintahannya berulang kali menekankan bahwa “Amerika Serikat telah kembali.” Kebijakan luar negeri pemerintahan Joe Biden telah berusaha untuk mencakup semua dengan cara menunjukkan kepemimpinan di semua bidang. Akan tetapi sejauh ini, pemerintahan baru tersebut masih belum memiliki sebuah pendekatan yang efektif untuk menangani rezim komunis Tiongkok.
Oleh karena itu, memimpin dunia hanya akan menjadi sebuah omong kosong jika Amerika Serikat tidak dapat menghimpun sebuah serangan balik yang kuat untuk melawan Partai Komunis Tiongkok.
Kini, Partai Komunis Tiongkok secara terbuka menantang kekuatan Amerika Serikat, dan hal tersebut telah dipersiapkan selama 71 tahun ini.
Partai Komunis Tiongkok mengirim pasukan ke semenanjung Korea, menginvasi Korea Selatan, dan berperang dengan Amerika Serikat pada tahun 1950.
Sejak itu, Partai Komunis Tiongkok tidak pernah berhenti meluncurkan propaganda anti-Amerika Serikat. Sejak permulaan, Partai Komunis Tiongkok menganggap Amerika Serikat sebagai musuh.
Pendekatan Deng Xiaoping untuk “menyembunyikan kemampuan seseorang dan menunggu waktu seseorang” adalah cara untuk menutup mata dan menipu Amerika Serikat dan Barat. Dan, pendekatan Deng Xiaoping tersebut membodohi banyak orang. Hanya setelah Xi Jinping berkuasa dan secara terbuka menyatakan, “Samudra Pasifik yang luas memiliki ruang yang memadai untuk mengakomodasi Tiongkok maupun Amerika Serikat” di mana Amerika Serikat benar-benar sadar.
Pada 10 Februari, saat Joe Biden berbicara dengan Xi Jinping di telepon, Xi Jinping masih mengklaim bahwa masalah Taiwan dan masalah-masalah yang berkaitan dengan Hong Kong dan Xinjiang adalah urusan-urusan dalam negeri Tiongkok. Xi juga mengatakan, bahwa Amerika Serikat harus menghormati dan bertindak dengan hati-hati.
Kemudian, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi dan Duta Besar Tiongkok untuk Amerika Serikat Cui Tiankai, menarik langsung sebuah “garis merah” dalam hal ini.
Selama panggilan itu, Xi Jinping juga mengatakan bahwa Tiongkok dan Amerika Serikat, sebagai anggota-anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, memiliki tanggung jawab dan kewajiban internasional yang khusus. Kedua belah pihak harus mengikuti tren dunia dan bersama-sama bekerja menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik.
Menghadapi tantangan langsung dan terbuka dari Partai Komunis Tiongkok, Amerika Serikat perlu meluncurkan sebuah serangan balik yang kuat untuk menunjukkan kemampuannya untuk memimpin dunia.
Dengan bersikap bertahan sendirian atau menghindari Partai Komunis Tiongkok, tanpa mengambil tindakan-tindakan serangan balik, maka hal tersebut tidak hanya akan gagal untuk mengendalikan provokasi-provokasi Partai Komunis Tiongkok. Akan tetapi, sebaliknya akan mendorong Partai Komunis Tiongkok untuk mengintensifkan upaya-upayanya. Penulis khawatir kepemimpinan Amerika Serikat di dunia akan terus terkikis secara terus-menerus. Bahkan, Amerika Serikat akan sulit untuk menjaga keamanan dan kepentingannya sendiri.
Tantangan langsung Partai Komunis Tiongkok terhadap Amerika Serikat, mungkin kurang dari satu dekade lamanya. Akan tetapi, penyusupan Partai Komunis Tiongkok ke Amerika Serikat dan perjuangan Partai Komunis Tiongkok ke seluruh dunia secara terselubungnya telah berlangsung selama beberapa dekade.
Rezim Tiongkok adalah Ancaman Terbesar Bagi Amerika Serikat
Dalam beberapa tahun terakhir, ekspansi militer Partai Komunis Tiongkok telah berjalan lancar di Laut China Selatan, Selat Taiwan, dan Laut China Timur.
Selain itu, Partai Komunis Tiongkok berupaya untuk memulai sebuah kerangka militer global, secepat mungkin melalui Inisiatif Belt and Road. Partai Komunis Tiongkok mengklaim rudal balistik jarak-menengah DF-26 miliknya, yang juga dikenal sebagai “Pembunuh Guam,” memiliki jangkauan 3.400 mil. Yang mana, artinya rudal tersebut berpotensi menargetkan Pangkalan Angkatan Udara Andersen Amerika Serikat di Guam.
Jika Amerika Serikat tidak mampu melawan dengan kekuatan, tetapi sebaliknya memungkinkan Komunis Tiongkok untuk memperluas dan menetapkan kerangka kerja globalnya, maka keamanan Amerika Serikat sendiri akan dipertanyakan. Jadi, bagaimana kita dapat berbicara mengenai kepemimpinan?
Dengan menggunakan subsidi-subsidi secara besar-besaran dan dumping ekspor di satu sisi, dan mendirikan penghalang-penghalang perdagangan di sisi lain, Komunis Tiongkok telah berhasil menghancurkan sebuah porsi yang bermakna dari industri-industri manufaktur Amerika Serikat.
Terlalu banyak orang-orang yang terkejut, Amerika Serikat sangat bergantung pada impor-impor dari Tiongkok untuk banyak barang penting, termasuk masker, jarum suntik vaksin, sejumlah besar obat-obatan, dan berbagai produk industri.
Di balik angka-angka defisit perdagangan yang sangat besar, ada sebuah ancaman langsung terhadap mata pencaharian dasar Amerika Serikat, dan hal tersebut telah menyebabkan angka pengangguran yang tinggi. Komunis Tiongkok terus-menerus memperoleh dolar-dolar Amerika Serikat untuk memperluas persenjataannya, memperluas Inisiatif “belt and road,” dan mengerahkan pengaruh di arena internasional.
Komunis Tiongkok telah menantang AS, tidak hanya untuk kepemimpinan dunia, tetapi Komunis Tiongkok juga telah mengganggu di tanah Amerika Serikat.
Pencurian teknologi seperti “Rencana Seribu Bakat”, telah membuat Amerika Serikat lengah, dengan adanya keterlibatan langsung dan berskala besar dari kedutaan-kedutaan besar dan konsulat-konsulat Partai Komunis Tiongkok. Seandainya Konsulat Tiongkok di Houston tidak membakar materi-materi, dunia luar tidak akan tahu seberapa seriusnya Konsulat Tiongkok tersebut.
Rencana Seribu Bakat Tiongkok adalah salah satu rencana-rencana perekrutan bakat yang paling terkemuka oleh Tiongkok. Yang mana, dirancang untuk menarik, merekrut, dan memupuk bakat ilmiah tingkat-tinggi dalam memajukan perkembangan ilmiah, kemakmuran ekonomi, dan keamanan nasional di Tiongkok.
Rencana Seribu Bakat Tiongkok, berusaha untuk memikat orang-orang Tiongkok di luar negeri Tiongkok dan para ahli asing untuk membawa pengetahuan dan pengalamannya ke Tiongkok, dan mereka sering memberi penghargaan kepada orang-orang tersebut karena mencuri informasi hak milik, demikian kata Kementerian Kehakiman.
Bagaimana Amerika Serikat dapat benar-benar menghentikan pencurian yang dilakukan Komunis Tiongkok, hanya dengan menghalangi Komunis Tiongkok tanpa membawa para bandit itu ke pengadilan dan menempatkan para bandit itu di balik jeruji besi?
Amerika Serikat tidak dapat mempertahankan diri dari sebuah serangan dunia maya yang dilakukan Komunis Tiongkok. Dan, jika Amerika Serikat tidak melawan balik, maka Amerika Serikat adalah sebuah negara tanpa perlindungan terhadap sebuah serangan.
Institut Konfusius sedang berkembang di Amerika Serikat. Penyusupan yang sangat luas yang dilakukan Institut Konfusius di dunia politik, maupun bisnis Amerika Serikat dan memerangkap para anggota Kongres Amerika Serikat oleh para mata-mata “perangkap madu” yang cantik, hanyalah puncak gunung es.
Dunia akan tercengang jika terungkap berapa banyak orang Amerika Serikat yang bertindak sebagai mata-mata Komunis Tiongkok dan melobi Gedung Putih, Gedung Capitol Amerika Serikat, dan semua tingkat pemerintahan Amerika Serikat.
Komunis Tiongkok telah “mengekspor revolusi” ke Amerika Serikat, dan semakin banyak slogan dan agenda sosialis dan komunis sedang dikedepankan.
Semakin banyak orang Amerika Serikat yang sadar, kekuatan-kekuatan roh jahat juga telah membangun kekuatannya selama beberapa dekade.
Corong Komunis Tiongkok secara langsung terlibat dalam kampanye-kampanye propaganda Partai Komunis Tiongkok di Amerika Serikat. Semua jenis media sosial, telah menjadi saluran-saluran propaganda untuk Partai Komunis Tiongkok, dan iklan-iklan yang mengagungkan Partai Komunis Tiongkok diputar sesuka hati di Times Square di New York.
Jika pemerintahan Donald Trump tidak melarang keras dan memblokir Huawei, jaringan 5G di Amerika Serikat dapat saja jatuh ke tangan Komunis Tiongkok, dan Eropa dapat saja jatuh ke tangan Komunis Tiongkok.
Apakah Amerika Serikat masih memiliki sebuah posisi kepemimpinan? Pemblokiran terhadap Huawei mencontohkan sebuah serangan balik yang berhasil melawan tantangan Komunis Tiongkok. Hanya secara terus menerus menerapkan serangan-serangan balik semacam itu, Amerika Serikat dapat benar-benar meredakan provokasi-provokasi Komunis Tiongkok dan menghancurkan ambisi-ambisinya.
Serangan Balik Adalah Cara untuk Menang
Amerika Serikat tidak dapat menghentikan provokasi-provokasi dan serangan-serangan Komunis Tiongkok dengan cara bertahan sendirian. Penghindaran adalah merusak diri sendiri.
Amerika Serikat perlu melawan rezim Komunis yang jahat di semua aspek, untuk membuat Komunis Tiongkok kehilangan kemampuannya untuk memprovokasi. Tak lain, supaya benar-benar menegakkan keadilan dan nilai-nilai universal serta untuk meyakinkan dunia agar berpihak pada Amerika Serikat.
Inilah cara Amerika Serikat mempertahankan kepemimpinannya di dunia.
Komunis Tiongkok secara terbuka memprovokasi nilai-nilai demokrasi dan kebebasan Barat, dan secara terbuka memprovokasi nilai-nilai universal di Hong Kong. Amerika Serikat perlu “menggembleng” Barat untuk menghentikan Komunis Tiongkok merusak kebebasan dan demokrasi di Hong Kong. Jika Hong Kong kalah, bagaimana Myanmar dan Taiwan dapat bertahan?
Jika Amerika Serikat gagal menjadi yang terdepan dalam perang melawan Komunis Tiongkok, posisi kepemimpinan global Amerika Serikat akan terancam.
Demikian pula, Amerika Serikat harus memimpin dalam mengejar Komunis Tiongkok karena merahasiakan epidemi. Upaya Komunis Tiongkok untuk memanfaatkan pandemi untuk hegemoni ditujukan terutama di Amerika Serikat, dan memang Komunis Tiongkok telah mencapai sebagian tujuannya, di mana penderitaan yang sangat besar di Amerika Serikat karena kehilangan nyawa dan harta benda sebagai akibatnya.
Jika pemerintah Amerika Serikat menghindar dari meminta pertanggungjawaban Komunis Tiongkok atas pandemi, maka Amerika Serikat akan kehilangannya pengaruh utama di dunia dan akan ditimpa tipu muslihat Komunis Tiongkok yang jauh lebih berbahaya.
Selama rezim Komunis Tiongkok tetap ada, maka rezim Komunis Tiongkok tidak akan menyerah menjadi musuh Amerika Serikat. Ini bukanlah gagasan Xi Jinping sendiri, tetapi ini adalah inti rezim Komunis Tiongkok.
Kediktatoran Partai Komunis Tiongkok, dalam menghadapi dunia bebas, akan selalu merasakan sebuah krisis dan inferioritas. Ini adalah kebutuhan bawaan rezim Partai Komunis Tiongkok untuk menjatuhkan Amerika Serikat dan dunia bebas. Menguasai dunia adalah tujuan rezim Partai Komunis Tiongkok yang tidak berubah.
Sedangkan Amerika Serikat telah gagal total dalam upaya-upaya masa lalunya, tak lain untuk mengubah kebijakan Partai Komunis Tiongkok, Partai Komunis Tiongkok telah berupaya untuk mengubah Amerika Serikat.
Jika Amerika Serikat ingin tetap menjadi pemimpin dunia, melawan rezim komunis Tiongkok harus menjadi benang merah yang paling kritis dalam hubungan luar negeri Amerika Serikat.
Jika Amerika Serikat terus mengabaikan penyusupan dan tantangan yang dilakukan Komunis Tiongkok, bahkan jika Komunis Tiongkok berupaya memajukan agenda-agenda diplomatik yang lebih banyak dan berbeda, maka Komunis Tiongkok melakukan hal dalam urutan yang salah.
Amerika Serikat tidak boleh pasif dan bersikap bertahan dalam menghadapi provokasi-provokasi rezim Tiongkok, tetapi juga harus bersikap proaktif dan mengambil tindakan yang bersifat menyerang maupun bertahan untuk meraih kemenangan.
Tidak ada lomba di dunia yang dapat dimenangkan dengan cara bertahan saja, serta penghindaran dan pengelakan akan menyebabkan kekalahan. Adalah tidak sulit untuk membuat kebijakan-kebijakan untuk melayani tujuan ini.
Situasi internasional mungkin tampak rumit, tetapi situasi internasional menjadi sederhana saat seseorang memeriksa masalah inti. Saat fokus pada manuver politik tentu mudah tersesat, tetapi berdiri di atas ketinggian kesesuaian dengan sejarah, maka hal tersebut akan segera menjadi jelas.
Pemerintahan Joe Biden harus merumuskan sebuah strategi untuk melawan Partai Komunis Tiongkok secepat mungkin, agar tentu saja Amerika Serikat dapat terus dirangkul sebagai pemimpin dunia. (Vv)
Yang Wei telah mengikuti urusan Tiongkok selama bertahun-tahun. Dia telah berkontribusi dalam komentar politik tentang Tiongkok untuk Epoch Times berbahasa Mandarin sejak 2019.