China Insider – The Epoch Times
Wuhan adalah ibukota Provinsi Hubei, tengah Tiongkok, yang dijuluki ‘Kota Yangtze’ karena Wuhan adalah kota terbesar di tengah jangkauan Sungai Yangtze serta terletak di pertemuan Sungai Yangtze dengan Sungai Han, yaitu salah satu dari delapan anak sungai utama.
Itulah sebabnya mengapa saat sebuah video yang menunjukkan bagian kering Sungai Yangtze di Wuhan beredar di Internet, orang-orang terkejut. Mereka bertanya satu sama lain, “Apakah ini berita nyata atau palsu?” Wuhan dikenal memiliki air yang melimpah.
Di video tersebut ditunjukkan bantaran Sungai Yangtze yang sangat lebar itu sangat mirip seperti pasir-pasir di pantai. Tampak dua mobil melintasi bantaran Sungai Yangtze tampak seperti melintasi gurun pasir. Seorang pria berbahasa Mandarin dengan aksen Wuhan yang kental menjelaskan bahwa bagian ini adalah bagian Sungai Yangtze yang dalam.
“Saya baru saja menyadari betapa lebarnya Sungai Yangtze ini. Saya bahkan tidak dapat mencakup lebar keseluruhan Sungai Yangtze dengan menggunakan kamera saya. Benar-benar lebar, melampaui imajinasi saya. Namun, pasir-pasir itu sangat kering. Demikian juga pada sisi ini. Semua yang tersisa adalah pasir,” ujar penjelasan dalam video itu.
Seorang netizen Tiongkok mengatakan ia memiliki sebuah video yang direkamnya pada bulan Februari pada tempat yang sama. Pada saat itu, Sungai Yangtze sudah kering. Ia memperingatkan semua orang, bahwa Wuhan mencatat sejarah mengalami ketinggian air yang tinggi pada musim panas tahun lalu.
Kenyataannya, pada pertengahan Juli tahun lalu, Sungai Yangtze di daerah Wuhan mengalami banjir dengan ketinggian air 16 kaki lebih tinggi dari rata-rata dataran Wuhan. Banyak video online yang menunjukkan situasi tersebut. Sungai yang besar dan lebar itu dipikirkan oleh setiap penduduk Wuhan.
Wang Weiluo, seorang insinyur hidrologi Tiongkok yang tinggal di Jerman, memberitahu The Epoch Times bahwa ia telah membuktikan bahwa video tersebut adalah benar. Karena bagian Sungai Yangtze yang kering terletak, di daerah pinggiran kota, sebagian besar penduduk di Wuhan tidak ada kesempatan untuk melihatnya.
Wang Weiluo menjelaskan bahwa masalah tersebut terletak pada konstruksi di hulu bendungan, terutama Bendungan Tiga Ngarai.
Wang Weiluo menjelaskan bahwa pihak berwenang Tiongkok, kecewa dengan bangunan bendungan raksasa tersebut karena pihak berwenang Tiongkok ingin belajar dari Uni Soviet, bagaimana caranya mengendalikan sungai dengan membangun reservoir-reservoir dan bendungan-bendungan.
“Gagasan tersebut, selama musim banjir, reservoir-reservoir dapat menampung air; selama musim kering, reservoir-reservoir akan mengeluarkan air meredakan kekeringan,” kata Wang Weiluo.
“Namun, kenyataan malah sebaliknya. Selama musim banjir, bendungan-bendungan itu gagal untuk menghalangi banjir, dan harus mengucurkan air ke hilir, sehingga mengakibatkan bajir di kota-kota di hilir semakin parah.”
Wang Weiluo mengatakan : “Pada musim kering, bendungan-bendungan membendung air sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk pembangkit listrik, oleh karena itu memperparah dampak kekeringan.”
Wang Weiluo juga mengatakan, berdasarkan pengamatannya pada video, pasir di bantaran sungai itu tampak pasir yang segar, sama sekali tidak ada rumput di sungai. Ia curiga banjir pada musim panas tahun lalu telah menghanyutkan sangat banyak pasir ke hilir.
Sebelum dimulai konstruksi Bendungan Tiga Ngarai, para ahli hidrologi Tiongkok sudah memperingatkan bahwa bendungan tersebut, akan membahayakan dengan memperlambat aliran sungai dan sedimen akan menjadi masalah yang serius.
Sejauh ini, media milik pemerintah Tiongkok tetap bungkam untuk tidak memberitakan berita yang menghebohkan itu dan bagian Sungai Yangtze yang benar-benar kering di Wuhan. (Vv)
Video Rekomendasi :