Lin Jiawei dan Shen Weitong – NTD Asia Pasifik
Christina Liu, mantan Menteri Perekonomian Taiwan, mengatakan bahwa dalam satu hingga tiga tahun ke depan, mungkin ada inflasi yang belum pernah terlihat oleh publik dalam 40 tahun. Hal demikian disampaikannya dalam sebuah forum yang bertemakan, “Akankah Inflasi Datang? Bagaimana Pengaruhnya terhadap Pasar Saham, Nilai Tukar, dan Suku Bunga?”
Liu dikutip dari NTD Asia Pasifik (30/03/2021) mengatakan : “Jika inflasi di Amerika Serikat terjadi, meskipun inflasi di Taiwan tidak akan sebesar di Amerika Serikat, kenaikan harga masih menular secara global. Ia mencontohkan seperti 100.000 yuan sekarang, dan 100.000 yuan lima tahun kemudian, nilainya sudah berbeda. “
Kekhawatiran para pakar bukan tidak masuk akal. Dalam setahun terakhir, harga bahan baku curah telah meningkat dari US $ 0,78 menjadi US $ 1,4 untuk tembaga, dari US $ 1514 menjadi US $ 2,234 untuk aluminium. Sedangkan karet telah hampir dua kali lipat menjadi US $ 263. Sementara harga-harga tersebut naik yang berarti membuat pengeluaran orang-orang lebih tinggi.
Shea Jia-dong, mantan wakil presiden bank sentral Taiwan memiliki pandangan berbeda. Ia yakin lebih mengkhawatirkan deflasi daripada inflasi. Ia mengatakan bahwa Federal Reserve akan melonggarkan kebijakannya. Jika hal itu berlanjut hingga 2025, sulit untuk percaya bahwa penggelembungan aset akan tidak terjadi!
Profesor dari Universitas Soochow, Taipei itu mengatakan : “Gelembung aset dapat meledak. Jika gelembung aset pecah. Mak aitu disebabkan oleh deflasi daripada inflasi. Karena semua orang tahu bahwa banyak pasar saham dan uang real estat sebenarnya, semua pinjaman berasal dari lembaga keuangan. Jika pasar saham runtuh atau menggelembung, investor akan mengalami kerugian besar, dan bank akan mengalami kerugian besar. Seperti apa ekonomi global saat itu? “
Ia mengatakan bahwa banjir modal global hingga 10 tahun, dapat memicu “resesi neraca” serupa dengan Jepang pada 1990-an. Sektor swasta tidak punya uang untuk konsumsi, dan ekonomi akan menyusut.
Kuanliang International Strategy, Hase Yuehan: “Saham Taiwan juga mencakup semua saham pasar. Tahun ini mereka akan memasuki tahap yang relatif spekulatif. Apalagi crash, itu hanya tahap penurunan yang relatif positif. Kalimat ini tidak mudah. Ia menatakan, tidak tahu kapan itu akan terjadi. Ia mengibarakan tahapan seperti itu hanyalah seperti masalah “musim”.
Sedangkan, Pemerintahan Biden Amerika Serikat mengucurkan dana talangan 1,9 triliun dolar AS. Tahap selanjutnya adalah meluncurkan rencana revitalisasi 3 triliun dolar AS yang lebih besar. Efek mempengaruhi modal mungkin bakal melanda dunia. Bank sentral dan investor di berbagai negara mungkin tidak bisa menganggapnya remeh. (hui)