oleh Jinshi
Media AS melaporkan bahwa perusahaan Johnson & Johnson (J&J) berharap dapat membentuk aliansi bersama rekan-rekan sesama produsen vaksin untuk mengatasi masalah trombosis yang sedang mengganggu kalangan medis belakangan ini. Akan tetapi, belum mendapat tanggapan serius dari rekan. Selain itu, perusahaan Pfizer mengatakan bahwa dosis vaksin mungkin perlu diberikan setiap tahun.
Akibat munculnya sejumlah kasus trombosis, Amerika Serikat dan Uni Eropa baru-baru ini menghentikan penggunaan vaksin buatan Johnson & Johnson.
Menurut pengungkapan media “Wall Street Journal” pada hari Jumat, bahwa Johnson & Johnson secara pribadi telah menghubungi beberapa rekan sesama produsen vaksin untuk membentuk aliansi informal. Tujuannya, dalam rangka mengatasi risiko vaksin dan kekhawatiran yang menyelimuti masyarakat saat ini.
Namun demikian, hanya AstraZeneca yang menyatakan kesediaannya untuk bergabung, sedangkan dua raksasa vaksin lainnya Pfizer dan Moderna menolak.
Vaksin yang diproduksi oleh Johnson & Johnson dan AstraZeneca sebelumnya telah terpapar menyebabkan trombosis, sedangkan vaksin Pfizer dan Modena belum menimbulkan gejala abnormal.
Masyarakat Amerika sebelumnya telah menerima sekitar 7 juta dosis vaksin Johnson & Johnson. Kasus trombosis terjadi pada diri 6 orang yang muncul 6 sampai 13 hari setelah mereka menerima vaksinasi. Keenam orang penderita ini semuanya adalah wanita berusia antara 18 hingga 48 tahun.
Perusahaan Johnson & Johnson dan AstraZeneca memproduksi vaksin dengan teknik non-tradisional, yang dinamakan vaksin yang berbasis vektor virus. Vaksin ini mengandung virus yang telah dimodifikasi menjadi tidak berbahaya. Virus tersebut mengandung instruksi genetik untuk memicu respon imun.
Apakah teknik ini menyebabkan peristiwa trombotik masih belum dapat disimpulkan. Namun demikian, beberapa ahli menunjukkan bahwa vaksin vektor virus ini dapat membentuk gumpalan darah dalam proses menginduksi antibodi.
Para ahli dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan pada Jumat 16 April, bahwa mereka akan mengadakan pertemuan minggu depan untuk memutuskan apakah penghentian penggunaan vaksin Johnson & Johnson akan diteruskan atau tidak.
Dr. Rochelle Walensky, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan : “Tim ahli sebelumnya pernah mengusulkan untuk memperpanjang periode penangguhan, agar memiliki lebih banyak waktu untuk menguji lebih banyak kasus yang mungkin muncul, dan memberikan kesempatan kepada tim ahli melakukan penilaian risiko yang komprehensif. Kelompok ahli akan bertemu lagi pada Jumat 23 April untuk memberikan saran yang diperlukan”.
Kasus trombosis yang muncul akibat menerima vaksinasi, jelas memperburuk kekhawatiran masyarakat terhadap keamanan vaksin. Selain itu, masyarakat juga bertanya-tanya soal berapa lama vaksin pencegah COVID-19 dapat melindungi tubuh manusia.
CEO perusahaan Pfizer, Albert Bourla mengatakan pada hari Kamis bahwa, akibat virus masih terus bermutasi, maka masyarakat mungkin memerlukan suntikan penguat dalam setahun meskipun sudah divaksin. Jadi, vaksinasi ulang untuk melindungi tubuh dari terpapar virus komunis Tiongkok (COVID-19).
Namun demikian, Albert Bourla menegaskan bahwa masih membutuhkan lebih banyak penelitian untuk memastikan apakah perlu melakukan vaksinasi setiap tahun. (sin)
Video Rekomendasi :