Trevor Loudon : Revolusi Sosialis Sedang Berlangsung di Amerika Serikat

Ella Kietlinska dan Joshua Philipp

Penulis dan pembuat film Trevor Loudon mengatakan, Amerika Serikat kini sudah berada di tengah-tengah revolusi komunis yang sedang berusaha memusatkan kekuasaan dengan menghadirkan setiap unsur pemerintah Amerika Serikat, dari tingkat terendah sampai tingkat atas, di bawah kendali cabang eksekutif.

“Oleh karena itu, kemerdekaan legislatif, kemerdekaan mahkamah agung, kemandirian sheriff dan polisi semuanya semuanya harus dihancurkan, dan kesetiaan angkatan bersenjata kepada Konstitusi harus dialihkan menjadi loyalitas kepada presiden,” kata Trevor Loudon dalam sebuah wawancara dengan program Crossroads The Epoch Times.

“Dan hal ini dipandu oleh kaum sosialis. Saya percaya hal ini dipandu oleh Partai Komunis Tiongkok,” kata Trevor Loudon. Revolusi tersebut menggunakan ras “daripada menggunakan kelas untuk membalikkan struktur-struktur yang ada dalam masyarakat dan memulai sesuatu yang baru.”

Teori eksploitasi Karl Marx, membagi orang-orang menjadi dua kelas yang berlawanan, kelas borjuasi dengan kelas kapital yang menindas kelas sosial yang rendah dan kelas pekerja.

Karena ada mobilitas antara kelas-kelas, karena para pekerja dapat membeli ekuitas di sebuah perusahaan atau memulai bisnisnya sendiri, teori ini belum mendapatkan banyak dukungan di Amerika Serikat, tetapi ras dapat digunakan untuk memecah belah masyarakat Amerika Serikat karena ras tidak dapat diubah, kata Trevor Loudon.

Gerakan Pendudukan Wall Street pada tahun 2011 berkembang atas dasar penindasan kelas dengan tujuan untuk melawan 1 persen orang terkaya atas nama 99 persen populasi yang tersisa. Walaupun gerakan tersebut memperoleh beberapa momentum, akhirnya gerakan tersebut gagal, lanjut Trevor Loudon.

Namun demikian, “anda memiliki pemain-pemain sepak bola kulit hitam yang multi-jutawan mengeluh mengenai penindasan kulit putih,” kata Trevor Loudon.

Presiden Joe Biden “menggunakan ras sebagai sebuah cara untuk menghancurkan struktur-struktur kekuasaan yang ada di militer, dan di masyarakat pada umumnya,” kata Trevor Loudon.

Menghancurkan Militer dan Polisi

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin memerintahkan pada Februari untuk “mundur” selama sehari di militer, untuk menilai ekstremisme dan rasisme di dalam barisan angkatan bersenjata dan mengarahkan komandan-komandan militer untuk menghabiskan waktu berbicara dengan pasukannya mengenai ekstremisme.

Menurut sebuah laporan Pentagon yang diterbitkan pada Maret, di dalam negeri para ekstremis menimbulkan sebuah ancaman serius bagi militer Amerika Serikat dengan berupaya menambah anggota-anggota layanan ke barisannya dan bergabung dengan angkatan bersenjata untuk meningkatkan keterampilan pertempurannya.

“Selain potensi kekerasan, supremasi kulit putih, dan nasionalisme kulit putih menimbulkan sebuah ancaman bagi ketertiban dan disiplin dalam militer,” demikian laporan itu menyatakan.

Tujuan kebijakan-kebijakan ini adalah untuk menciptakan sebuah militer yang loyal kepada rezim baru dan kepada sosialis Amerika Serikat yang  baru, demikian Trevor Loudon menjelaskan.

Mayoritas pangkat-pangkat yang lebih rendah di militer Amerika Serikat “pada dasarnya direkrut dari komunitas kulit putih dan sebagian besar di selatan Amerika Serikat. Mereka cenderung adalah umat Kristen yang taat, mereka cenderung konservatif secara politik dan sosial,” Trevor Loudon melanjutkan.

Oleh karena itu, militer perlu membersihkan atau meminimalkan basis yang lebih rendah dan membawa lebih banyak orang kulit berwarna, condong ke kiri, dan orang-orang yang akan setia kepada rezim baru, kata Trevor Loudon. Kepemimpinan militer Amerika Serikat telah diubah selama pemerintahan Obama, ketika para jenderal yang setia diganti dengan peretasan politik, globalis, dan kaum kiri, kata Trevor Loudon.

Seruan-seruan dari kelompok-kelompok sayap kiri radikal seperti Antifa dan Black Lives Matter untuk “mencabut anggaran polisi” memiliki tujuan yang sama, menurut Trevor Loudon.

Maksud di balik gerakan “mencabut anggaran polisi” adalah untuk menghilangkan patriotik, unsur-unsur konservatif di kepolisian, yang sebagian besar dijalankan oleh orang-orang yang patriotik, dan membuat polisi setia kepada sebuah pemerintah sosialis. Hingga akhirnya membuat polisi lebih mirip  seperti polisi komunis di Venezuela atau Kuba, yang dapat digunakan untuk menumpas pemberontakan, kata Trevor Loudon.

Sebuah batu sandungan besar dalam perjalanan menuju sosialisme adalah para gubernur yang konservatif dan para sheriff konservatif, demikian Trevor Loudon menjelaskan. Sheriff adalah salah satunya posisi terpenting di Amerika Serikat dan sheriff-sheriff daerah yang setia kepada Konstitusi, dapat melindungi negaranya dari peraturan-peraturan yang tidak berdasarkan undang-undang yang dipaksakan oleh pemerintah federal.

Meski tidak setuju dengan seruan untuk mencabut anggaran polisi, Joe Biden mendesak Senat untuk mengesahkan sebuah rancangan undang-undang reformasi polisi. Yang mana, akan melarang siasat-siasat polisi yang kontroversial seperti cara polisi menggunakan lengan atau kakinya untuk memiting leher seseorang dan penggeledahan/penangkapan tanpa pemberitahuan. Bahkan, menghilangkan kebal hukum yang memenuhi syarat untuk para petugas penegak hukum, sehingga memudahkan warga untuk mengejar klaim-klaim polisi yang berbuat salah.

Dalam kampanye kepresidenannya, Joe Biden berjanji akan membentuk sebuah komisi pengawasan polisi nasional, tetapi baru-baru ini ia menangguhkan rencana ini dan malah mendorong untuk meloloskan rencana undang-undang reformasi kepolisian.

Imigrasi Ilegal dan Pengeluaran secara Besar-besaran yang Menghancurkan Amerika Serikat

Mendorong imigrasi ilegal di perbatasan Selatan, juga merupakan sebuah strategi komunis yang bertujuan untuk menciptakan “sebuah blok suara secara besar-besaran” untuk Partai Demokrat yang bertujuan untuk mengubah Amerika Serikat menjadi negara satu partai, kata Trevor Loudon. “Seluruh rencana tersebut adalah untuk membanjiri basis suara konservatif.”

“Sebagian besar pemilihan umum dimenangkan atau dikalahkan oleh 5 juta suara atau kurang” kata Trevor Loudon, menambahkan bahwa 18 atau 20 juta pemilih baru dari Demokrat, dapat membuat negara-negara bagian Amerika Serikat yang konservatif seperti Texas atau Arizona menjadi “biru permanen.”

Perkiraan jumlah imigran ilegal yang tinggal di Amerika Serikat, bervariasi tergantung pada metodologi yang digunakan. Biasanya jumlah imigran ilegal diperkirakan sebesar sekitar 11 juta, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan di Yale pada tahun 2018, dengan niat untuk melakukan “pemeriksaan kewarasan” atas perkiraan yang ada, menunjukkan bahwa jumlah sebenarnya dari imigran gelap mungkin lebih dari 22 juta.

Pengeluaran infrastruktur secara besar-besaran akan menenggelamkan dolar Amerika Serikat, menyebabkan kenaikan dalam suku bunga dan menghancurkan bisnis Amerika Serikat, kata Trevor Loudon. 

“Infrastruktur yang baru akan ada untuk menyerap para pekerja yang mengungsi, jadi setiap orang akan ditempatkan pada tingkat upah subsisten, seperti pendapatan dasar universal… untuk membangun sebuah pasukan orang-orang muda yang sepenuhnya bergantung pada negara.”

“Ini adalah sebuah program yang sangat dibanggakan oleh Stalin. Ini akan mengakhiri industri energi seperti yang kita kenal di negara ini, ini akan menghancurkan ekonomi dan menghancurkan anggaran militer Amerika Serikat,” kata Trevor Loudon.

Joe Biden mengusulkan paket infrastruktur senilai USD 2,3 triliun, juga dikenal sebagai Rencana Pekerjaan Amerika Serikat, yang tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki jalan dan jembatan, tetapi juga memfasilitasi peralihan ke energi yang lebih bersih dan kesejahteraan sosial yang diperluas.

Paket infrastruktur tersebut, bersama dengan paket keluarga senilai USD 1,8 triliun, serta paket pendidikan dan paket bantuan COVID-19 senilai USD 1,9 triliun, di mana total USD 6 triliun dalam pembelanjaan baru dan melebihi sekitar 4 kali lipat total anggaran federal, menurut Senator Mitt Romney.

Tujuan dari semua kebijakan ini adalah menghancurkan republik konstitusional Amerika Serikat sepenuhnya, kata Loudon, menambahkan bahwa tujuan akhirnya adalah komunisme dunia.

Trevor Loudon memprediksi bahwa Amerika Serikat sedang menuju sebuah model sosialis yang akan menjadi persilangan antara sistem Tiongkok dengan sistem Brasil, di bawah mantan presiden yang komunis bernama Luiz Inacio Lula da Silva, yang dikenal sebagai Lula.

“Brasil memiliki semacam riasan ras yang mirip dengan Amerika Serikat… Lula mempermainkan etnis minoritas tersebut melawan satu sama lain, dan ia meningkatkan beberapa pengorbanan untuk mewujudkan revolusinya.… Tetapi model pamungkasnya adalah model Tiongkok,” kata Trevor Loudon.

Para elit dan globalis Amerika Serikat menyukai model Tiongkok, karena  membawa sebuah negara otoriter yang dapat membuat para pekerja tetap di bawah kendali sambil tetap memberi ruang bagi orang-orang kaya untuk menghasilkan banyak uang, kata Trevor Loudon. Namun, Trevor Loudon berpikir bahwa pada akhirnya mereka “akan berbaris ke dinding dan menembak seperti orang-orang lain yang merusak sistem tersebut.”

Tetapi, Trevor Loudon percaya rakyat Amerika Serikat masih dapat menghentikan revolusi tersebut dan membalikkan tren-tren sosialis. Ia menguraikan strateginya untuk melakukan hal ini dalam sebuah artikel ditulis untuk The Epoch Times.

Menurut saran Trevor Loudon, negara-negara bagian yang memiliki badan-badan legislatif Republik ataupun gubernur yang baik, seperti Ron DeSantis di Florida dan Greg Abbott di Texas harus membentuk sebuah koalisi negara untuk melawan tindakan-tindakan pemerintah federal yang inkonstitusional,  tidak memisahkan diri, kata Trevor Loudon.

Trevor Loudon juga menganjurkan, untuk memboikot perusahaan-perusahaan yang tidak patriotik dan mendukung perusahaan-perusahaan yang patriotik, serta memboikot “segala sesuatu yang berasal dari Partai Komunis Tiongkok, sekarang juga, setiap produk, setiap investasi.”

Trevor Loudon menyimpulkan bahwa pertempuran melawan sosialisme “harus dilakukan secara politis, secara intelektual, dan secara spiritual; kita harus memahami bahwa kita sedang bertempur, di sini, di antara baik dan buruk. Anda harus memilih di sisi mana anda berada. (Vv)

FOKUS DUNIA

NEWS