He Yating
Seorang mantan pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas penyelidikan asal mula epidemi virus Komunis Tiongkok atau Covid 19 mengungkapkan kepada media bahwa seorang anggota keluarga peneliti dari Institut Virologi Wuhan, Tiongkok, meninggal karena virus khusus pada Desember 2019 silam dengan menunjukkan gejala. Gejalanya sama dengan Pneumonia virus Komunis Tiongkok atau COVID-19. Hal itu memberikan petunjuk penting bahwa penularan virus dari manusia ke manusia telah disembunyikan oleh Komunis Tiongkok. .
“Sound of Hope”, pada 29 Mei melaporkan bahwa David Asher, mantan kepala investigasi asal muasal wabah di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, melapor ke News Foundation, yang termasuk dalam situs konservatif Amerika “The Daily Caller .
Asher mengungkapkan bahwa data intelijen yang diperoleh badan intelijen Amerika Serikat menyebutkan bahwa istri seorang peneliti yang mengkhususkan diri dalam penelitian virus corona di laboratorium Institut Angkatan Bersenjata Institut Virologi Wuhan meninggal karena virus khusus pada Desember 2019 silam. Gejalanya mirip dengan gejala pneumonia Komunis Tiongkok.
Ini awalnya merupakan petunjuk penting tentang “penularan dari manusia ke manusia” dari virus di hari-hari awal wabah, tetapi pejabat Komunis Tiongkok menyembunyikan informasi yang relevan itu.
Tidak sampai sebulan setelah kasus muncul, otoritas lokal mengumumkan bahwa pneumonia Komunis Tiongkok bisa menular “dari orang ke orang.” Itu adalah penyembunyian yang disengaja oleh otoritas Tiongkok atas petunjuk penting yang menyebabkan meledaknya penyebaran epidemi global.
Selama pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Departemen Luar Negeri Amerika mengeluarkan pemberitahuan pada awal Januari 2020 silam. Pemberitahuan itu mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa tiga pekerja laboratorium Wuhan dirawat di rumah sakit pada November 2019 karena gejala yang mirip dengan pneumonia Komunis Tiongkok.
Belum lama, “Wall Street Journal” menyebutkan pesan penting ini lagi dan mengungkapkan rincian yang lebih rinci tentang insiden tersebut. Hal itu menimbulkan kekhawatiran luas di masyarakat Amerika bahwa epidemi pneumonia Komunis Tiongkok mungkin berasal dari kebocoran laboratorium Angkatan Bersenjata Institut Virologi Wuhan.
Menanggapi pemberitaan di atas, Asher lebih lanjut mencontohkan bahwa staf Institute Virologi yang sakit parah pada November 2019 kebetulan berada di laboratorium virus yang sedang melakukan percobaan peningkatan virus Corona RaTG13. Asher mempertanyakan seberapa besar kemungkinan beberapa orang yang bekerja bersama seperti ini “kebetulan” sakit parah bersama?
“Berapa banyak orang normal berusia 30-an hingga 40-an yang begitu sakit sehingga mereka harus dirawat di rumah sakit karena flu? Saya diberi tahu bahwa staf laboratorium hampir pasti telah divaksinasi untuk melawan flu,” kata Asher.
Menurut informasi publik, strain RaTG13 diduga dikumpulkan oleh personel Institut Virus Wuhan dari Gua Kelelawar di Yunnan beberapa tahun yang lalu. Strain tersebut lebih dari 96% mirip dengan strain yang menyebabkan epidemi virus Komunis Tiongkok global.
Berita tentang kemungkinan merebaknya virus Komunis Tiongkok di Wuhan pertama kali diungkapkan oleh beberapa dokter garis depan di Wuhan pada akhir Desember 2019, tetapi berita tersebut segera diblokir oleh otoritas Komunis Tiongkok.
Para dokter yang pertama kali mengungkap berita tersebut kepada dunia luar bahkan pernah ditahan oleh polisi dan dipaksa menandatangani pengakuan untuk memastikan bahwa mereka tidak akan merilis berita apapun ke dunia luar. Baru pada 20 Januari 2020 Komunis Tiongkok secara resmi mengakui wabah epidemi di Wuhan untuk pertama kalinya.
Amerika Serikat menyatakan bahwa soal peneliti Institut Virologi telah terinfeksi wabah, Komunis Tiongkok selalu membantahnya dan bersikeras bahwa tidak ada peneliti di Institut Virologi yang terinfeksi virus Komunis Tiongkok.
Namun, ketika epidemi meletus dalam skala besar di seluruh dunia, pihak berwenang Tiongkok telah berulang kali menolak organisasi investigasi internasional untuk pergi ke Wuhan guna melakukan penyelidikan independen terhadap sumber epidemi. Komunis Tiongkok dituding sengaja menutupi fakta.
Tidak sampai setahun setelah wabah, Komunis Tiongkok mengizinkan tim ahli yang dikirim oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memasuki Institut Virologi Wuhan pada Januari tahun ini. Akan tetapi, Komunis Tiongkok masih menolak untuk mengizinkan ahli asing dari tim investigasi memiliki akses ke data utama apa pun dari laboratorium.
Para ahli juga tidak diizinkan mengunjungi gua kelelawar di Yunnan, tempat strain RaTG13 dikatakan pertama kali ditemukan. Tidak hanya itu, seluruh proses penyelidikan tim ahli WHO di Tiongkok daratan juga telah berada di bawah pengawasan otoritas Komunis Tiongkok. (hui)