oleh Xiao Jing
Biaya hidup yang terus meningkat di daratan Tiongkok menyebabkan semakin banyak pasangan muda memilih menjadi kelompok DINK. Para pria memilih pergi ke klinik atau rumah sakit untuk menjalani vasektomi. Apa itu kelompok DINK?
Biaya hidup yang terus meningkat di daratan Tiongkok menyebabkan semakin banyak pasangan muda memilih menjadi kelompok DINK. Bahkan ketika pemerintah komunis Tiongkok telah menerapkan kebijakan 3 anak, sebagian besar pasangan muda masih belum tertarik untuk memiliki anak, justru yang pria memilih pergi ke klinik atau rumah sakit untuk menjalani vasektomi.
Menurut situs web ‘New York Times’ berbahasa Mandarin, semakin banyak pasangan muda di daratan Tiongkok yang memilih untuk menjadi kelompok DINK, yakni kelompok pasangan muda yang memilih berpenghasilan ganda dengan tanpa anak.
Istilah dalam bahasa Inggrisnya Double Income, No Kids yang sebenarnya sudah populer di negara-negara Eropa dan Amerika selama beberapa dekade, dan dalam beberapa tahun terakhir mulai dianut oleh masyarakat di Tiongkok.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa selama beberapa dekade, melahirkan anak di Tiongkok terutama karena alasan tradisi berbakti dan mempertimbangkan soal andalan di hari tua. Namun, kenaikan biaya hidup dan beban keuangan lainnya, seperti memilih sekolah, membeli rumah, kendaraan dan lainnya telah menjadi alasan utama membengkaknya jumlah DINK di daratan Tiongkok.
Menurut sebuah penelitian oleh media Tiongkok “Funü yanjiu luncong” (the Collection of Women’s Studies) yang diterbitkan pada tahun 2018, disebutkan bahwa biaya ekonomi langsung yang diperlukan untuk membesarkan anak dari usia 0 hingga 17 tahun adalah RMB. 191 ribu. Jumlah ini merupakan 7 kali pendapatan tahunan rata-rata warga Tiongkok.
Pada tahun 2018, jumlah lajang di Tiongkok ada sekitar 240 juta orang, terhitung sekitar 17% dari total populasi Tiongkok, tetapi sejak tahun 2010, jumlahnya meningkat sekitar 1/3.
“Membesarkan anak-anak itu sangat merepotkan” menjadi omongan banyak anak-anak muda.
Menurut hasil sensus terakhir, rata-rata ukuran rumah tangga Tiongkok saat ini adalah 2,62 orang, telah mengalami penurunan dibandingkan dengan 3,1 orang yang merupakan hasil sensus tahun 2010.
Laporan tersebut mengatakan tidak sedikit kaum DINK yang secara sukarela melakukan vasektomi untuk memastikan bahwa mereka tidak akan memiliki anak. Misalnya, Huang Yulong, seorang pria yang tinggal di Provinsi Guangdong, telah menjalani vasektomi pada usia 26 tahun.
Dia menceritakan karena orang tuanya harus bekerja di pabrik yang jauh dari tempat tinggalnya untuk menghidupi keluarga, dia terpaksa diasuh di rumah kerabat sejak masih kecil dan hanya berjumpa dengan orang tua sekali dalam setahun. Pengalaman semacam ini membuatnya tidak pernah merasakan pentingnya memiliki keturunan.
“Jika saya juga menikah dan memiliki anak, anak-anak akan tetap menjadi orang rendahan”, kata Huang Yulong.
“Suatu hari nanti saya juga akan menitipkan anak sebagaimana yang dilakukan oleh orang tua saya. Jadi saya pikir tidak usahlah,” tambahnya.
“Bagi generasi kita, anak-anak sebenarnya bukanlah suatu kebutuhan. Apalagi kita sekarang bisa memiliki bisa tidak, jadi lebih baik kita menghabiskan uang, tenaga, dan waktu untuk hidup kita sendiri”, kata Mr. Huang yang tinggal di Kota Guangzhou.
Saat ini beberapa perusahaan asuransi dan agen perjodohan di daratan Tiongkok telah mulai menjual produk untuk kaum DINK, termasuk para agen real estat juga telah mendirikan agen khusus untuk menyediakan apartemen bagi DINK. Kamar tidur yang pernah diiklankan sebagai kamar bayi diubah menjadi ruang untuk senam.
Untuk mengatasi krisis kependudukan, pemerintah komunis Tiongkok pada 31 Mei menerapkan kebijakan 3 anak beserta beberapa langkah pendukung demi mensukseskan kebijakan tersebut. Namun opini masyarakat meresponnya negatif. Ada netizen yang mengomentari pemerintah dengan menyebutkan bahwa sebentar keluarga berencana dengan 1 anak, dan sekarang menganjurkan kelahiran 3 anak.
Dia menuntut pemerintah minta maaf atas hal ini. Beberapa orang percaya bahwa karena berbagai faktor ekonomi, satu keluarga tidak dapat menghidupi 3 orang anak, dan lain-lain.
Ada juga netizen juga menyebutkan : “Satu saja sudah membuat kelabakan apalagi tiga. Pada saat itu, kita terbebani oleh biaya perawatan keempat orang tua dan tiga orang anak yang masih kecil. Mudah digambarkan tetapi sulit dilakukan. Jika ini terus berlanjut, tekanan terhadap kaum perempuan di masyarakat dan tempat kerja akan semakin besar”.
“Bagi anak muda, walaupun punya keinginan untuk memiliki 3 orang anak sesuai yang didengungkan pemerintah, tetapi begitu melihat isi dompetnya dan mempertimbangkan beban utang keluarga. Yang muncul dalam hatinya adalah jauh kemampuan dari keinginan,” komentar netizen.
Mereka berpendapat, ada hal lain yang tidak kalah penting yakni biaya pernikahan, kelahiran, mengasuh, memelihara, melindungi, dan mendidik anak yang cukup mahal itu berat untuk dipikul”.
Karena tidak ada komentar yang bersifat antusias dalam mendukung kebijakan baru komunis TIongkok, maka media corong pemerintah ‘Xinhua’ kemudian menutup fungsi komentar dari berita tersebut. (sin)