oleh Lin Yan
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan tingkat tinggi di Jenewa pada Rabu (16/6/2021). Kemudian dalam konferensi pers terpisah, ia mengatakan bahwa pihak Tiongkok sedang berusaha untuk membentuk dirinya sebagai negara yang bertanggung jawab dalam situasi pandemi virus komunis Tiongkok (COVID-19). Namun, sampai saat ini dunia belum tahu secara jelas, apakah Beijing benar-benar ingin memahami tentang asal mula munculnya virus tersebut.
Reuters melaporkan bahwa, ketika Biden ditanya soal apakah dirinya akan menelepon Presiden Xi Jinping melalui hubungan teman lama untuk memintanya menerima kembali tim investigasi dari Organisasi Kesehatan Dunia ? Biden menjawab : “Mari kita blak-blakan saja bahwa kita saling mengenal dengan baik. (tetapi) kami bukan teman lama, murni hanya hubungan bisnis”.
Biden menjelaskan bahwa, dirinya tetap bersikap skeptis tentang kerja sama Tiongkok dengan tim investigasi dari WHO.
Biden mengatakan : “Komunis TIongkok berusaha keras untuk membentuk dirinya menjadi negara yang bertanggung jawab dan sangat aktif. Mereka berusaha sangat keras untuk berbicara, tentang bagaimana mereka berupaya untuk membantu dunia mengatasi COVID-19 melalui pengembangan vaksin”.
Biden menambahkan, ada hal-hal tertentu yang tidak perlu dijelaskan kepada masyarakat dunia, karena masyarakat sendiri yang akan melihat hasilnya.
Dia malahan berbalik menanyakan, Dari perspektif hasil “Apakah Tiongkok benar-benar ingin mencari tahu sumber dari masalah ini (penyebaran virus) ?”
Pada Mei, Biden memerintahkan departemen intelijen untuk terus menyiapkan laporan yang lebih rinci tentang sumber virus COVID-19, termasuk apakah sumbernya disebabkan oleh kontak dengan hewan yang terinfeksi atau kecelakaan laboratorium.
Tim investigasi yang dipimpin WHO itu, menghabiskan empat minggu di Kota Wuhan dan sekitarnya, bersama dengan peneliti dari komunis Tiongkok antara Januari hingga Februari tahun ini. Laporan tahap pertama mereka menyebutkan bahwa virus itu mungkin ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain. Tetapi sangat kecil kemungkinannya virus bocor dari laboratorium.
Tetapi, para ahli yang berpartisipasi dalam investigasi mengatakan bahwa mereka tidak sepenuhnya diizinkan untuk mengakses ke data yang telah disimpulkan oleh rekan-rekan Tiongkok mereka. Yang mana membuat mereka merasa frustrasi.
Pada bulan Maret, tim yang dipimpin WHO menyarankan studi tahap ke-2, tetapi ditolak dan ditentang oleh pemerintah komunis Tiongkok.
Pihak komunis Tiongkok menyatakan bahwa “mempolitisasi” masalah ini, akan menghambat penyelidikan. “Politisasi” adalah alasan umum yang digunakan Beijing untuk melakukan penolakan.
Gedung Putih selalu menyatakan bahwa, investigasi tahap pertama WHO kurang transparan dan tidak memadai dan tanpa kesimpulan.
Institut Virologi Wuhan adalah salah satu laboratorium penelitian virus teratas di daratan Tiongkok. Setelah pecahnya wabah SARS pada tahun 2003, mereka beralih ke pengembangan dari virus corona kelelawar. Mereka menghadapi kritik atas transparansi selama pandemi COVID-19.
Otoritas komuni Tiongkok, berusaha menolak dengan menggunakan teori yang belum terbukti. Bahkan, mengklaim bahwa virus mungkin berasal dari negara lain atau masuk melalui komoditas yang diimpor, seperti makanan laut beku yang terkontaminasi virus. Klaim ini telah ditentang oleh beberapa ilmuwan dan lembaga internasional. (sin)