Jack Phillips
Para peneliti Israel pada Senin (21/6/2021) mengatakan bahwa mereka menemukan sebuah hubungan antara vaksin COVID-19 Pfizer dengan sebuah penyakit darah langka yang disebut purpura trombositopenik trombotik (PTT). Para peneliti menekankan bahwa penelitian tersebut, sebaiknya tidak menghalangi orang-orang untuk menerima vaksin COVID-19.
Para ilmuwan dari Institut Hematologi di Pusat Medis Shamir mengatakan, mereka mulai meneliti hubungan yang mungkin terjadi setelah laporan-laporan adanya peningkatan kasus purpura trombositopenik trombotik yang mendadak di seluruh Israel.
Tim tersebut mengatakan bahwa, mereka menemukan “hubungan kronologis” antara kapan suntikan Pfizer diberikan kepada pasien dengan timbulnya gejala-gejala penyakit darah tersebut. Tim tersebut mengatakan bahwa empat kasus terdeteksi.
“Para dokter dan pasien perlu waspada terhadap gejala-gejala klinis: letih lesu, gangguan-gangguan saraf, perdarahan, dan nyeri dada,” kata Institut Hematologi di Pusat Medis Shamir kepada The Jerusalem Post.
Seorang juru bicara dari Institut Hematologi di Pusat Medis Shamir mengatakan kepada The Jerusalem Post, bahwa penelitian ini adalah penelitian yang sangat kecil dan tidak boleh menghalangi orang-orang untuk mendapatkan vaksin COVID-19. Ia menambahkan bahwa orang-orang Israel yang belum menerima vaksin COVID-19 sebaiknya tetap divaksin.
Para peneliti juga mencatat, ada empat kasus purpura trombositopenik trombotik yang terdeteksi dalam satu bulan dibandingkan dengan dua hingga tiga kasus purpura trombositopenik trombotik yang biasanya dilaporkan per tahun.
Kementerian Kesehatan Israel saat ini sedang meninjau temuan tim tersebut, kata para peneliti.
Menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat, purpura trombositopenik trombotik adalah sebuah kelainan langka yang menyebabkan bekuan-bekuan darah terbentuk di pembuluh-pembuluh darah kecil di dalam tubuh.
“Bekuan-bekuan darah ini dapat menyebabkan masalah-masalah medis yang serius jika bekuan-bekuan darah memblokir pembuluh-pembuluh darah dan membatasi aliran darah ke organ-organ seperti otak, ginjal, dan jantung,” kata Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat di situs webnya.
Selain itu disebutkan bahwa : “Komplikasi-komplikasi akibat bekuan-bekuan darah ini dapat mencakup masalah-masalah neurologis (seperti perubahan kepribadian, nyeri kepala, kebingungan, dan bicara cadel), demam, fungsi ginjal abnormal, nyeri perut, dan masalah-masalah jantung.”
The Epoch Times telah menghubungi Kementerian Kesehatan Israel dan Pfizer untuk meminta komentar.
Pada 1 Juni 2021, Kementerian Kesehatan Israel melaporkan bahwa pihaknya menemukan sejumlah kecil kasus peradangan jantung, yang dikenal sebagai miokarditis, diamati terutama pada pria-pria muda yang menerima vaksin COVID-19 Pfizer, mengatakan bahwa hal tersebut cenderung terkait dengan vaksin yang mereka terima.
Sebuah komite di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada Rabu 23 Juni, dijadwalkan untuk membahas kasus-kasus miokarditis yang jarang terjadi di kalangan anak muda yang menerima vaksin Moderna atau Pfizer. Badan tersebut seharusnya mengadakan diskusi kedaruratan minggu lalu tetapi ditunda.
Hal itu terjadi sekitar sebulan setelah CDC mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki beberapa puluh kasus peradangan jantung yang langka.
Laporan-laporan miokarditis sebagian besar terjadi pada remaja dan pemuda —dan lebih cenderung terjadi pada pria. Gejala-gejalanya juga muncul setelah pemberian dosis kedua vaksin, sekitar empat hari setelah vaksinasi. Demikian disampaikan Komite Penasihat untuk Praktik-Praktik Imunisasi CDC AS dalam sebuah pernyataan 17 Mei. (Vv)