Jack Phillips
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) AS mengatakan lebih dari 4.000 orang warga negaranya dirawat di rumah sakit atau meninggal dunia karena kasus-kasus “terobosan” COVID-19
Dalam sebuah pembaruan akhir pekan lalu, CDC mengatakan bahwa sebanyak 4.115 orang telah dirawat di rumah sakit atau telah meninggal karena COVID-19 meskipun telah menerima vaksinasi lengkap.
Jumlah total orang yang meninggal karena COVID-19 setelah divaksinasi adalah 750 orang, menurut CDC AS.
Tercatat bahwa 76 persen dari kasus rawat inap dan kasus kematian dari kasus-kasus terobosan, terjadi di antara orang-orang yang berusia di atas 65 tahun.
“Per 21 Juni 2021, lebih dari 150 juta orang di Amerika Serikat telah menerima vaksinasi lengkap terhadap COVID-19,” kata CDC AS dalam pembaruan 25 Juni.
Lembaga itu juga mengatakan : “Selama waktu yang sama, CDC menerima laporan-laporan dari 47 negara bagian dan wilayah di Amerika Serikat di mana 4.115 penderita infeksi terobosan yang telah menerima vaksin COVID-19 adalah dirawat di rumah sakit atau meninggal.”
Para pejabat kesehatan federal telah meremehkan data baru tersebut dan mengatakan bahwa mereka telah mengantisipasi kasus-kasus terobosan, penyakit-penyakit, dan kematian.
“Seperti yang diharapkan, Vaksin-vaksin tersebut adalah tidak 100 persen efektif, bahkan melawan penyakit parah. Persentase yang sangat kecil dari 600.000 kematian,” ujar Dr. Paul Offit, seorang penasihat utama Food and Drug Administration -FDA-AS atau Administrasi Makanan dan Obat di bidang vaksin anak-anak, mengatakan kepada CNBC pada tanggal 25 Juni.
Pada tanggal 1 Mei, CDC AS mengumumkan bahwa, pihaknya berhenti menghitung semua kasus terobosan dan hanya melaporkan kasus-kasus yang mengarah ke rawat inap atau kematian.
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Partai Komunis Tiongkok, atau dikenal sebagai jenis Coronavirus yang baru.
Pembaruan dari CDC AS muncul saat para pejabat Israel mengatakan minggu lalu, bahwa selama wabah COVID-19 baru-baru ini, sekitar setengah orang dewasa yang terinfeksi pada wabah baru-baru ini menerima vaksinasi lengkap.
Ran Balicer, yang memimpin sebuah panel penasihat ahli untuk pemerintah Israel, dalam mengumumkan temuan pada tanggal 25 Juni, mengatakan bahwa Israel mungkin akan menerapkan karantina lagi.
Ran Balicer dan para pejabat lainnya mengatakan bahwa 90 persen kasus yang baru disebabkan oleh apa yang disebut varian Delta COVID-19.
“Masuknya varian Delta telah mengubah dinamika-dinamika penularan,” kata Ran Balicer kepada The Wall Street Journal.
Departemen Kesehatan Masyarakat Massachusetts melaporkan minggu lalu bahwa hampir 4.000 orang yang menerima vaksinasi lengkap dinyatakan positif mengidap varian Delta COVID-19.
“Kami belajar bahwa banyak infeksi terobosan tidak menunjukkan gejala, atau durasinya sangat ringan dan singkat,Muatan virus tersebut tidaklah terlalu tinggi,” kata ahli penyakit Universitas Boston Davidson Hamer, menurut media setempat.
Hamer — seperti Offit — juga meremehkan infeksi-infeksi terobosan, dengan mengatakan infeksi-infeksi terobosan tersebut diperkirakan terjadi.
“Infeksi-infeksi terobosan diperkirakan terjadi, dan kita perlu lebih memahami siapa yang berisiko dan apakah orang-orang yang menderita sebuah infeksi terobosan dapat menularkan virus tersebut kepada orang-orang lainnya,Dalam beberapa kasus, mereka akan melepaskan kadar virus yang begitu rendah dan tidak akan menularkan ke orang-orang lain,” kata Hamer. (Vv)