oleh Li Zhaoxi
Laporan ‘Thai PBS World’ pada 29 Juni, Thai FDA pada 28 Juni telah mengirim surat ke seluruh unit vaksinasi di seluruh negeri, untuk menginformasikan penemuan zat mirip agar-agar dalam 110 botol vaksin CoronaVac / Sinovac, semua departemen vaksinasi termasuk rumah-rumah sakit diminta untuk lebih memperhatikan vaksin CoronaVac / Sinovac yang diproduksi pada 10 Mei 2021 dan berakhir pada 9 November dengan betch no. C202105079.
Laporan menyebutkan bahwa botol-botol itu ditemukan di tempat vaksinasi dan sekarang telah dikembalikan ke Thai FDA. Saat ini, pihak berwenang Thailand meminta penangguhan vaksinasi yang menggunakan vaksin CoronaVac / Sinovac, yang terdapat zat mirip agar-agar dan segera melaporkan temuan kepada Thai FDA.
Menurut laporan ‘Coconuts Media’, dalam pernyataan yang dikeluarkan Thai FDA pada hari Selasa disebutkan bahwa pihaknya menemukan ada satu botol vaksin CoronaVac / Sinovac, yang mana cairannya tidak dapat tercampur dengan baik saat dikocok. Sehingga vaksin tidak dapat digunakan.
Menurut pernyataan itu, Thai FDA menduga bahwa kejadian itu mungkin disebabkan oleh penanganan dalam rantai pengiriman vaksin yang tidak tepat. Tampaknya bukan karena kesalahan produsen vaksin.
Thai FDA memperkirakan bahwa beberapa vaksin bermasalah ini mungkin telah disuntikkan ke pasien. Badan tersebut mendesak pekerja medis untuk memberitakan kepada penerima vaksin, bahwa meskipun ada insiden temuan ini, namun vaksin masih dianggap aman buat penerimanya.
Sejak bulan Februari tahun ini, 10,5 juta dosis vaksin CononaVac / Sinovac telah dikirim dari Tiongkok ke Thailand, dan masih ada jutaan dosis vaksin yang akan dikirim lagi pada tahun ini dan tahun depan. Vaksin merk tersebut memang yang paling banyak digunakan di negara ini.
Meskipun pada April beberapa pasien mengalami efek samping seperti stroke yang tidak biasa sebagaimana dilaporkan oleh Reuters, namun rezim yang berkuasa di Thailand yang memiliki hubungan erat dengan pemerintah komunis Tiongkok, masih ingin terus bertahan menggunakan vaksin ini sebagai produk vaksinasi utamanya.
Seperti Seychelles dan Chili, setelah menyelesaikan vaksinasi dalam skala besar dengan vaksin CoronaVac / Sinovac, jumlah kasus infeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19) yang tercatat di Thailand terus meningkat dan mencapai puncaknya pada Mei 2021. Tercatat hingga Selasa 29 Juni, Thailand yang berpopulasi hampir 70 juta jiwa, terdapat 254.515 orang terinfeksi virus komunis Tiongkok dan 1.970 orang meninggal dunia karenanya.
Menurut Central News Agency (CNA) Singapore, terlepas dari upaya pemerintah untuk meyakinkan masyarakat Thailand mempercayai vaksin CoronaVac / Sinovac, tetapi tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah saat ini sangat rendah dan mereka kurang percaya diri terhadap keamanan vaksin yang diperoleh pemerintah. Publik Thailand skeptis dan bahkan memusuhi Partai Komunis Tiongkok. Produk dari daratan Tiongkok secara luas dianggap murah dan berkualitas rendah.
Pemerintah komunis Tiongkok secara aktif berusaha untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan pemerintah Prayut Chan-o-cha di Thailand, dan telah banyak berinvestasi di bidang ekonomi.
CNA menyebutkan bahwa bagian dari investasi pemerintah komunis Tiongkok di pemerintahan Prayut adalah dalam bentuk bantuan militer. Para aktivis pro-demokrasi khawatir bahwa bantuan ini akan digunakan untuk melawan mereka. (sin)