1 Juli di Hong Kong, Seorang Polisi Ditikam oleh Pelaku Pria yang Kemudian Bunuh Diri

 oleh Luo Tingting

Pada 1 Juli adalah hari peringatan seratus Tahun berdirinya Partai Komunis Tiongkok. Polisi Hongkong melarang warga untuk mengadakan Parade 1 Juli. Selain itu, memobilisasi sejumlah besar petugas keamanan, beserta kendaraan lapis baja, dan kendaraan meriam air untuk bersiaga di daerah di Causeway Bay dan Mong Kok. Polisi bahkan membubarkan warga yang berkerumun dan menangkap mereka. Di malam hari, seorang pria warga Hongkong yang marah lalu menyerang seorang polisi dengan pisau, setelah itu ia bunuh diri. Rekaman videonya beredar di Internet

Kronologi kejadiannya, sekitar pukul 22.00 waktu setempat pada 1 Juli 2021, seorang pria berusia 50 tahun tiba-tiba menghunus pisau yang ia bawa, lalu menikam seorang polisi Hongkong yang sedang bertugas di jalan di depan Gedung Sogo di Causeway Bay, Hongkong.

Dari rekaman video online terlihat bahwa pria itu tidak mengeluarkan peringatan apa pun sebelum melakukan penyerangan, begitu mendekati seorang polisi Hongkong yang sedang bertugas di jalan, ia tiba-tiba menghunuskan pisau yang dibawanya dan langsung menikam. Polisi yang punggungnya tertikam pisau dengan darah bercucuran kemudian lari menjauhi lokasi, dan jatuh ke tanah.

Pria penikam itu berlari menuju arah yang berbeda. Setelah ia dikejar dan dikepung oleh sejumlah polisi di luar gedung Sogo Departement Store di Causeway Bay dan ditodong dengan senjata, pria tersebut menikam bagian dadanya sendiri, lalu jatuh ke genangan darahnya dan tidak sadarkan diri. Segera setelah itu ia dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan darurat.

Media ‘Epoch Times’ mengutip informasi yang diperoleh melaporkan bahwa, polisi yang terluka itu berusia sekitar 30 tahun dan dikirim ke Rumah Sakit Queen Mary untuk perawatan. Sedangkan pria yang menikam itu konon sudah tidak sadarkan diri, ketika dinaikkan ke mobil ambulans. Polisi di tempat kejadian sangat gugup, kabarnya Kapolres baru juga berada di tempat kejadian.

Menurut siaran pers yang dikeluarkan situs web pemerintah Hongkong pada 2 Juli pukul 3 dini hari, pria penikam itu meninggal dunia pada 1 Juli pukul 11:20 malam.

Seorang reporter wanita yang kebetulan berada di tempat kejadian mengatakan bahwa, beberapa saat sebelum pria tersebut menyerang polisi, ia berjalan ke depan kameranya yang pada saat itu sedang melakukan siaran langsung. Ia sempat melihat wajah pria itu yang mengekspresikan kemarahan, suasana di tempat kejadian berubah menjadi sangat tegang setelah insiden itu. Polisi dengan cepat memblokir lokasi. Bahkan, mengusir kerumunan di dekatnya. Sulit bagi warga termasuk wartawan untuk mendekat.

Dilaporkan bahwa seorang wanita lain yang berada di lokasi ditangkap polisi, karena diketahui membawa pisau cutter. Begitu pula pria yang mendampinginya juga ikut diamankan.

Hampir jam 11 malam itu, pihak kepolisian Hongkong memposting sebuah pesan di halaman Facebook, menyebutkan bahwa hampir pukul 10 malam itu, seorang pria yang membawa senjata tajam tiba-tiba melakukan penikaman terhadap seorang anggota polisi yang sedang bertugas di sekitar East Point Road di Causeway Bay. 

Polisi menyebut, pria tersebut kemudian berhasil ditangkap. Insiden menyebabkan polisi mengalami cedera serius di bagian punggung kirinya. Sekarang ia sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Kepolisian mengutuk tindak kekerasan tersebut dan mengklaim bahwa pihaknya akan menyelidiki ini sampai tuntas.

Malam itu, Kepala Eksekutif Hongkong Carrie Lam yang baru tiba dari Beijing, mengeluarkan pernyataan di bandara yang isinya mengutuk serangan kekerasan terhadap polisi.

Serangan bunuh diri terhadap polisi ini, menyoroti adanya ketidakpuasan warga Hongkong terhadap polisi. Sejak pecahnya gerakan anti RUU Ekstradisi di Hongkong pada Juni 2019, polisi Hongkong telah menjadi alat represi politik pemerintah komunis Tiongkok bersama pemerintah Hongkong. Penangkapan dan penindasan secara kejam yang dilakukan polisi terhadap warga Hongkong, telah menyebabkan ketidakpuasan di antara warga dan semakin mengoyak masyarakat Hongkong.

1 Juli tahun ini yang selain bertepatan dengan seabad berdirinya Partai Komunis Tiongkok, tetapi juga peringatan 24 tahun penyerahan kekuasaan Hongkong dari Inggris ke RRT. Selain itu juga merupakan peringatan setahun pelaksanaan secara paksa UU Keamanan Nasional versi Hongkong oleh Partai Komunis Tiongkok.

Di masa lalu, warga Hongkong akan mengadakan ‘Parade 1 Juli’ pada hari tersebut, tetapi tahun ini mereka dilarang oleh polisi. Parade tersebut sudah 2 tahun dilarang usai UU tersebut diterapkan.

Pada 1 Juli, pemerintah Hongkong mengerahkan puluhan ribu anggota polisi untuk berjaga-jaga di sejumlah wilayah di Hongkong, mereka juga menangkap warga. (Anthony Kwan/Getty Images)

Pada 1 Juli, pemerintah Hongkong mengerahkan puluhan ribu anggota polisi untuk berjaga-jaga di sejumlah wilayah di Hongkong, memblokir Victoria Park untuk mencegah masyarakat berkerumun. Selain itu, kepolisian juga menempatkan sejumlah kendaraan lapis baja dan kendaraan meriam air di seputar Causeway Bay, Mong Kok, dan Hongkong Island untuk membubarkan dan menangkap warga.

Meski suasana tegang, banyak warga yang masih turun ke jalan dengan pakaian serba hitam untuk menyampaikan protes bungkam. 

Seorang warga Mr. Chen kepada reporter ‘Epoch Times’ mengatakan bahwa dia selalu berpartisipasi dalam Parade 1 Juli di masa lalu. Meskipun dia tidak dapat mengungkapkan pendapatnya seperti yang dia lakukan di masa lalu, dia masih mengenakan pakaian hitam pada hari-hari khusus dan terus mengekspresikan pendapat atau ketidakpuasan dirinya.

Pada pukul 08.00 pagi, 4 orang anggota ‘League of Social Democrats’ berbaris di sekitar Wan Chai, mereka memegang slogan yang berbunyi : Lepaskan semua tahanan politik dan meneriakkan slogan-slogan seperti : “Hak asasi manusia lebih besar dari kekuatan politik”. “Kekuasan rakyat lebih besar daripada pemerintah”. Mereka kemudian diperingatkan oleh polisi agar tidak mengeluarkan pidato berisi hasutan.

Polisi menangkap banyak orang di Causeway Bay, termasuk Nenek Wong (Alexandra Wong) beserta sesepuh lainnya yang sering berpartisipasi dalam unjuk rasa.

Pada 1 Juli, polisi Hongkong menangkap pengunjuk rasa Alexandra Wong. (Isaac Lawrence/AFP/Getty Images)

Dua orang wanita lainnya dihadang oleh polisi begitu keluar belanja dari toko furniture di Causeway Bay. polisi mengeluarkan tiket wajib bayar denda karena dianggap melanggar “perintah berkumpul terbatas” yang jumlahnya beberapa ribu yuan. Keduanya dengan marah mengungkapkan kepada media atas ketidakpuasan mereka terhadap tindakan sewenang-wenang pihak polisi.

Pada malam itu, kepolisian Hongkong mengumumkan bahwa hingga pukul 9 malam, setidaknya ada 19 orang telah ditangkap di seputaran Causeway Bay, Tin Hau, Mong Kok dan Wong Tai Sin. (sin)