ETIndonesia-Putri Tenun tinggal di ujung timur bimasakti, ia adalah putri bungsu kekaisaran langit, karena sangat mahir menenun, jadi semua orang memanggilnya “Putri Tenun”.
Setiap hari dengan tekun dan sibuk Putri Tenun selalu menenun kain. Pagi hari, ia menenun bumi dengan berlaksa-laksa berkas sinar mentari, siang hari, ia menenun langit cerah tanpa awan yang berarak, senja hari, ia menenun matahari senja yang berawan kemerah-merahan, malam hari, ia sibuk menghiasi langit bertabur bintang yang berkelap-kelip di atas kain.
Ia bekerja dengan susah payah setiap hari, namun ia sangat kesepian, karena itu selalu berkeluh-kesah, tidak bahagia. Di ujung barat bimasakti ada seorang jejaka yang menggembalakan sapi, pekerjaannya adalah memelihara sapi di langit. Ia memberi makan sekelompok sapi dengan rumput segar dan memandikannya, pekerjaannya setiap hari banyak sekali. Tetapi Jaka Gembala, demikian dia dipanggil adalah seorang pemuda yang jujur dan rajin, ia bekerja dengan tekun setiap hari, sapi-sapi di langit itu dipeliharanya dengan baik sehingga menjadi gemuk dan sehat. Kaisar Langit sangat mengaguminya.
Suatu hari, Kaisar Langit memanggil dan mempertemukan Jaka Gembala dan Putri Tenun.
“Putri Tenun, saya lihat kamu bekerja dengan susah payah setiap hari, tetapi selalu tidak gembira. Usiamu juga sudah tidak kecil lagi, saya bermaksud menjodohkanmu dengan Jaka Gembala, tidak tahu apakah kamu bersedia atau tidak?” demikian tanya Kaisar Langit pada Putri Tenun.
Putri Tenun tahu, bahwa Jaka Gembala adalah seorang pemuda yang jujur dan bertanggung jawab, ia lantas berkata: ”Segalanya diserahkan pada paduka untuk memutuskan.”
Seusai berkata, dengan malu-malu ia menundukkan kepalanya. Mengetahui hal ini, Kaisar Langit sangat gembira, lantas berkata: “Jaka Gembala, saya paling menyayangi putri bungsu ini, dapat dikatakan ia pandai dalam berbagai hal. Dan saya lihat, kamu juga seorang pemuda yang berprestasi, sekarang saya akan menjodohkan sang putri denganmu, apakah kamu bersedia?”
Jaka Gembala memandang putri tenun, dan menilai ia adalah seorang gadis yang manis dan lembut, lalu dengan gembira menyetujuinya.
Sejak itu, Jaka Gembala dan Putri Tenun hidup bahagia dan saling mencintai. Mereka sering saling bergandeng tangan, berjalan-jalan di langit, menikmati pemandangan. Hidup bersama dengan Jaka Gembala, Putri Tenun selalu merasakan sesuatu yang baru dan menarik, sebab dulu ia tidak pernah ke luar rumah dan berjalan-jalan. Ia sibuk bekerja setiap hari, sama sekali tidak mungkin ada kesempatan untuk istirahat.
Begitu juga dengan Jaka Gembala, dulu karena harus menggembalakan sapi, jadi setiap kali hanya bisa berada di padang rumput, kini ada Putri Tenun yang menemani, bermain bersama dan berkeliling ke mana saja, benar-benar bahagia sekali.
Namun mereka berdua lupa akan pekerjaannya masing-masing. Putri Tenun lupa menenun, akibatnya terlihat sehamparan kosong di langit. Tidak ada lagi warna langit yang indah. Sedangkan Jaka Gembala lupa menggembalakan sapinya, akibatnya sapi di langit berkeliaran tidak menentu, sehingga membuat kerajaan langit menjadi kacau berantakan. Dengan marah, Kaisar Langit berkata pada mereka: “Kalian berdua benar-benar membuat saya sangat kecewa, sepanjang hari kerjanya main dan main saja, sehingga mengabaikan pekerjaan masing-masing, saya memutuskan akan menghukum kalian. Mulai hari ini, kalian kembali ke tempat kerja masing-masing. Dan baru boleh bertemu tiap tanggal 7 Juli setiap tahun, terkecuali hari yang disebutkan ini, tidak boleh bertemu. Jika kalian melanggar perintah, maka kalian akan dihukum mati.”
Sejak itu, Jaka Gembala dan Putri Tenun terpaksa bekerja sambil dengan sabar menanggung derita kerinduan hanya mengharapkan datangnya 7 Juli itu. Dan karena sangat menaruh simpati dengan derita yang dialami Jaka Gembala dan Putri Tenun, lalu tepat pada 7 Juli, si murai membuat sebuah jembatan bagi mereka agar supaya bisa bertemu di atas jembatan untuk saling mengutarakan derita kerinduan mereka. (Dajiyuan/rmat)