oleh Qiao An dan Lin Hui
Bocoran dokumen dari Kementerian Kesehatan Thailand telah menimbulkan kekhawatiran publik tentang efektivitas vaksin Sinovac yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Tiongkok Kexing. Beberapa pejabat senior dan pakar di Thailand mendesak pihak berwenang untuk mengganti vaksin Sinovac dengan vaksin Pfizer atau lainnya
Menteri Kesehatan Thailand pada 5 Juli dalam pertemuan dengan beberapa pakar mengatakan bahwa, bagi para medis yang bertugas di garis depan akan diberikan suntikan booster dengan vaksin jenis m-RNA seperti Pfizer atau lainnya. Menteri mengatakan bahwa laporan media Thailand mengenai dokumen yang bocor itu memang benar adanya.
Boon Vanasin, Ketua Thonburi Medical Group Thailand mengakui bahwa efektivitas vaksin Sinovac patut dipertanyakan. Karena 5 orang staf medis di rumah sakit tersebut terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19) setelah divaksinasi, dan 2 orang di antaranya sedang dalam perawatan intensif.
Boon Vanasin mengatakan : “Hal ini menunjukkan bahwa vaksin Sinovac tidak dapat melindungi orang dari terpapar virus korona, dan gejalanya akan parah. Sedangkan orang yang divaksin dengan AstraZeneca hampir tidak ada yang dikirim ke rumah sakit. Ini berarti bahwa penerima vaksin Sinovac yang terpapar virus varian Delta akan memiliki gejala yang sangat parah, dengan tingkat keparahan yang sebanding dengan orang yang belum menerima vaksin sama sekali”.
Masyarakat Bangkok khawatir dengan efektivitas vaksin.
Seorang warga Bangkok berusia 57 tahun, Panom Srisuwan mengatakan : “Apakah ini berbahaya bagi kita ? Saya juga khawatir. Makanya saya tidak mau divaksinasi. Tidak ada jaminan. Siapa pun akan takut karena ini tentang hidup dan mati”.
Selain vaksin Sinovac, Thailand juga telah membeli 20 juta dosis vaksin Pfizer. Bulan ini Thailand akan menerima 1,5 juta dosis vaksin yang disumbangkan oleh pemerintah Amerika Serikat. (sin)