ETIndonesia-Ada seorang gadis kecil, namanya Yang Bao, ia sangat suka makhluk kecil, Kalo ketemu anjing atau kucing yang tak terawat, ia pasti sedih dan membawanya pulang, merawat mereka dengan teliti.
Ayah Yang Bao seorang pedagang kecil, ibunya sakit-sakitan, NAMUN MEREKA TIDAK PERNAH MENCELA YANG BAO TELAH MEMBEBANI KELUARGA, SELALU MEMBIARKANNYA MEMBAWA PULANG MAHLUK2 KECIL DAN MERAWATNYA DI RUMAH.
Hari ini, ayah dan anak pergi ke kota untuk membeli barang. Mereka melewati padang belantara. tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara cit… cit: “Ayah, coba dengar, ada burung yang sedang menangis.”
Dengan senyum ayahnya menjawab: “Kamu jangan berpikir yang bukan-bukan. Ayo… kita segera ke kota untuk membeli barang, jika masih ada waktu, ayah akan membelikan pakaian baru untukmu, ayo… cepatlah!”
“Cit…cit…cit..cit..” suara mencicit itu berulang lagi. “Ayah,dengar kan? Burung ini pasti kesakitan, dan perlu bantuan kita. Saya tidak mau pakaian baru, hanya ingin menolong burung itu, tidak keberatan bukan?”
Ayah mengangguk tanda setuju.
Mereka menemukan burung yang luka itu. Sayap patah, dadanya robek, bulu-bulunya yang kuning menjadi merah oleh darah! Bola matanya meneteskan air mata saking pedihnya.
Ayah berkata: “Wah! Begitu parah lukanya, mungkin tidak tertolong lagi, lebih baik kita pergi saja!”
Yang Bao menangis: “Ayah mohon tunggu sejenak, saya akan cari dedaunan obat untuk menghentikan darah, siapa tahu masih bisa menyelamatkan burung itu!”
Ayahnya tidak tega menolaknya “Baiklah.”
Yang Bao menemukan daun-daunan lalu menumbuknya dengan batu sampai hancur kemudian ditempelkan ke dada dan darah itu berhenti. Ayah menyambung kembali sayap yang patah, lalu membetulkan letak sayapnya dengan dahan pohon.
Yang Bao berkata:“Terima kasih, ayah! Kita bawa pulang dan merawatnya baik-baik, ayo berangkat.”
Yang Bao menceritakan peristiwa yang terjad pada ibunya. Dengan arif sang ibu membelai kepala Yang Bao: “Meskipun usiamu masih begitu belia, tapi penuh kasih sayang, saya dan ayah merasa sangat gembira!”
Yang Bao merawat burung itu dengan telaten. Ia sediakan sangkar kayu. dan memberinya makan dengan beras yang dihaluskan atau memberinya makan serangga kecil.
Sayap yang patah dan luka di dadanya itu berangsur-angsur membaik. Anak-anak tetangga pada kagum: “Burung ini begitu elok, betapa beruntungnya seandainya ini milikku!”
Tiba-tiba sekelompok burung berdatangan. Mereka bercicit nyaring pada burung Yang Bao, dan burung itu menjulurkan lehernya mulai berkicau di hadapan mereka.
Melihat pemandangan ini, Yang Bao tahu bahwa rekan-rekan burung itu datang menyuruhnya pulang, dan setelah direnungkan sejenak, lalu Yang Bao membuka pintu sangkar itu.
Begitu burung itu keluar dari pintu sangkar, ia tidak segera terbang berlalu, bahkan dengan bulunya yang lembut mengelus perlahan wajah Yang Bao. Yang Bao membelai-belai burung itu dan dengan perlahan berkata: “Terbanglah mungil! Teman-teman pada menunggumu!”
Burung itu menganggukkan kepalanya seakan mengerti apa yang dikatakan Yang Bao, ia mengepak sayapnya, dan terbang ke langit yang jauh bersama sekelompok burung itu.
Meski Yang Bao merasa berat melepasnya, namun ia tahu akhirnya mungil itu bisa terbang bebas di angkasa luas bersama dengan rekan-rekannya, dan jauh di dalam hatinya, ia juga merasa bahagia atas kegembiraan mungil itu.
Malam hari itu, Yang Bao terus merindukan burung itu, akhirnya tertidur. Di tengah tidurnya, seorang bocah laki-laki menghampiri Yang Bao. Raut wajahnya sangat rupawan..
Tangannya menggenggam tiga buah giok putih yang terang berkilauan, dan memberi hormat pada Yang Bao: “Saya burung mungil itu, waktu itu karena tidak hati-hati, dada saya luka dipanah oleh anak-anak yang nakal, jatuh dari atas pohon dan untung saja kalian sekeluarga menyelamatkan saya. Sekarang saya datang untuk mengucapkan terima kasih, terimalah tiga gelang giok ini, saya hadiahkan pada kalian sekeluarga untuk dikenakan, semoga membawa berkah kesejahteraan untuk kalian sekeluarga.
Yang Bao menerima gelang giok itu, dan dalam sekejap si bocah laki-laki itu lenyap.
Dengan rasa terkejut Yang Bao siuman dari tidurnya. Yang Bao mendapati ternyata di tangannya menggenggam tiga gelang giok persis seperti di dalam mimpinya.
Sejak itu usaha dagang ayah Yang Bao semakin lancar, ibu yang sakit-sakitan juga sehat kembali. Yang Bao tumbuh dewasa. tetap masih penuh cinta kasih dan perhatian, baik itu terhadap sesama maupun hewan kecil.