oleh Jin Shi
Provinsi Henan di Tiongkok sedang mengalami banjir besar, tetapi berita besar ini selain tidak dimuat di halaman depan berita media komunis Tiongkok, malahan pejabatnya mencoba untuk menyalakan alam sebagai biang keroknya. Mereka dengan entengnya mengatakan, hujan lebat tersebut sebagai “hujan bersejarah” karena “baru ketemu sekali dalam seribu tahun”.
Apakah banjir yang menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat ini merupakan bencana yang timbul akibat faktor alam atau faktor perbuatan manusia ? mari simak uraian berikut ini.
Banjir yang dapat dikategorikan langka ini, terjadi di Provinsi Henan pada 20 Juli. Para pejabat provinsi mengklaim bahwa tercatat hingga 21 Juli sore hari, hampir 1,25 juta penduduk Henan yang terkena dampak banjir, di mana 25 orang di Zhengzhou meninggal dunia.
Namun demikian, orang luar memperkirakan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi daripada laporan pemerintah yang biasa mengecil-ngecilkan jumlah korban.
Menghadapi bencana tragis itu, media corong partai Komunis Tiongkok (PKT) di daratan Tiongkok menekankan bahwa hujan dengan intensitas lebat yang merupakan hujan “bersejarah yang baru ketemu sekali dalam seribu tahun”. Namun demikian, masyarakat curiga adanya faktor kesalahan manusia di balik bencana alam ini.
Ada warga yang merekam gambar situasi di pusat kota Zhengzhou pada 20 Juli siang. Di mana hanya dalam waktu setengah jam, seluruh jalan tiba-tiba digenangi air bah yang arusnya deras.
Pada 21 Juli sekitar pukul 1 dini hari, Stasiun Layanan Pencegahan Bencana Zhengzhou mengumumkan bahwa, karena hujan turun terus menerus sehingga volume air di hulu cukup besar.
Pada 20 Juli pukul 10:30 pagi, Waduk Changzhuang mulai mengalirkan membuang air ke hilir demi mengurangi daya tampung waduk.
Pada pukul 21:34, ketinggian air di waduk Changzhuang mencapai 130,54 meter, yang masih 3,05 meter di atas batas banjir, tetapi telah turun 70 sentimeter dari permukaan air tertinggi hari itu.
Masyarakat mempertanyakan, mengapa membuang air waduk atau membuka pintu air yang dilakukan pada siang hari pengumumannya baru dikeluarkan pada larut malamnya. Dengan demikian, masyarakat percaya bahwa bencana banjir di Kota Zhengzhou itu lebih disebabkan oleh pelepasan banjir di bagian hulu, yang tanpa peringatan dari pihak berwenang.
Analisa menunjukkan bahwa karena Kota Zhengzhou terletak di dataran, sehingga kalaupun terjadi hujan lebat, genangan air seharusnya naik secara perlahan, tidak akan terjadi secara tiba-tiba apalagi airnya berarus.
Selain itu, ada orang juga mempertanyakan, mengapa pemerintah yang lebih tahu tentang situasi pengendalian banjir membutuhkan perhatian yang tinggi, tetapi membiarkan kereta bawah tanah tetap beroperasi seperti biasa.
Komentator Lin Xiaoxu mengatakan : “Umumnya (pemerintah) sudah mengetahui pada 3 atau 4 hari sebelumnya bahwa provinsi ini dalam keadaan darurat cuaca ekstrem. Mengapa sampai bencana sudah terjadi di Zhengzhou, warga sipil baru tahu bahwa situasinya sangat genting ? Sudah terlambat”.
Ada komentar yang menyebutkan bahwa, beruntung ada warga yang merekam gambar banjir Henan, sehingga dunia luar sedikit banyak juga tahu tentang situasi sebenarnya di daerah tersebut. Berita di halaman depan pada media corong Partai Komunis Tiongkok (PKT) ‘People’s Daily’ pada 21 Juli tidak memberitakan banjir Zhengzhou, laporan terkait disisipkan di kolom halaman ke-7.
Ada netizen yang menemukan bahwa TV Satelit Henan masih memutar drama film anti-Jepang selama hujan lebat di Zhengzhou. Selain itu, Weibo resmi Zhengzhou ‘Zhengzhou Fabu’ bahkan muncul tulisan yang berbunyi : Semoga kota lebih bersih setelah hujan lebat turun, yang kemudian dicela oleh netizen.
Komentator Qin Peng mengatakan : “Semua stasiun TV di Henan, termasuk TV Satelit Henan, jika Anda kebetulan sedang menonton programnya, Anda akan merasakan seolah tidak terjadi banjir di Provinsi Henan. Apakah CCTV melaporkan hal ini ? Sama juga tidak dilaporkan. Yang dilaporkan adalah curah hujan di beberapa tempat, hal-hal yang terjadi di Eropa”.
Berita terbaru menunjukkan bahwa provinsi Henan mengalami terputusnya aliran air bersih dan pemadaman listrik berskala besar. Sehingga banyak orang bergegas ke supermarket untuk membeli makanan dan air minum.
Para pejabat mengatakan bahwa, tak kurang dari 100.000 orang penduduk telah mengevakuasi diri dari rumah mereka, tetapi jumlah sebenarnya sulit diketahui secara pasti. Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping pada 21 Juli memperingatkan, untuk mencegah penyebaran penyakit pasca banjir besar. (sin)