ETIndonesia-Medan elektromagnetik terdapat di sekitar kita. Mereka adalah bagian dari lingkungan alam kita, yang dihasilkan oleh Bumi dan Matahari. Namun mereka juga menjadi semakin menonjol seiring dengan kemajuan teknologi, sehingga kita dikelilingi oleh energi harian berbagai sumber elektromagnetik.
Ponsel, Wi-Fi, komputer pribadi, radio, televisi dan bahkan remote control TV, mereka semua memancarkan energi semacam ini. Stasiun pemancar ponsel terus-menerus diinstal, dan hotspot Wi-Fi meningkat sepanjang waktu.
Kafe dan restoran, perpustakaan, hotel, dan bahkan beberapa pusat kota dan taman kini menawarkan Wi-Fi gratis. Namun dengan semua infrastruktur baru ini juga kian sulit untuk menghindari paparan medan elektromagnetik.
Dan pertanyaan yang sering ditanyakan adalah apakah semua paparan ini baik bagi kesehatan kita?
Ini adalah masalah yang terus mendapat perhatian, yang memuncak di bulan ini seiring dengan apa yang disebut sebagai kasus”terobosan”, dengan seorang wanita Perancis yang diberi kompensasi atas alerginya terhadap Wi-Fi.
Martine Richard, yang menderita apa yang disebut electromagnetic hipersensitivity (EHS), mendapatkan kompensasi kecacatan karena klaim atas gejala yang ia alami akibat paparan energi elektromagnetik, yang menghalanginya untuk dapat bekerja. Keputusan ini dibuat meskipun belum ada penelitian yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara paparan dan gejala-gejala penyakit tersebut.
Jadi, apakah EHS itu? Apa yang kita ketahui dan apa yang kita tidak tahu tentang kondisi ini? Dan apakah kasus ini berarti bagi perkembangan di masa depan?
Apa itu EHS?
EHS adalah kondisi yang kompleks. Hal ini ditandai dengan penderita yang melaporkan berbagai gejala non-spesifi k (misalnya, sakit kepala, mual, dan susah tidur) ketika berada di dekat perangkat yang memancarkan medan elektromagnetik. Dalam kasus yang parah dapat berdampak besar dan negatif, sehingga menyebabkan orang-orang ini tidak mampu bekerja atau berfungsi dengan baik dalam masyarakat modern.
Prevalensi kondisi ini bervariasi. Secara umum hubungan antara jumlah pasien dengan gejala akibat paparan medan elektromagnetik tampaknya akan meningkat.
Tidak ada keraguan bahwa gejala yang dialami sangat nyata. Namun kenyataannya tetap bahwa tidak ada kriteria diagnostic yang jelas untuk kondisi ini. Ini adalah gangguan tubuh yang didiagnosis yang saat ini tidak memiliki dasar medis atau ilmiah.
Bukti apa yang ada?
Penelitian secara konsisten telah gagal menemukan hubungan antara bidang paparan elektromagnetik dan laporan gejala, atau kesehatan secara umum. Hal ini menimbulkan pertanyaan, jika bukan energi elektromagnetik, maka apa yang menyebabkan EHS dan gejala yang diderita oleh orang-orang ini? Salah satu kemungkinan adalah efek nocebo, atau sederhananya pengaruh dari harapan (sugesti) seseorang tentang bagaimana sesuatu dapat memengaruhi mereka. Dalam kasus EHS, hal itu akan sesuai dengan keyakinan bahwa energi elektromagnetik berbahaya dan oleh karena itu ketika orang-orang ini tengah berada di sekitar perangkat yang memancarkan bidang seperti itu, mereka akan berpikir akan merasa tidak enak badan, dan hal itu menjadi kenyataan.
Ide efek nocebo bahkan menjadi lebih masuk akal ketika liputan media dan suara-suara vokal oleh mereka yang mengidap EHS. Sebagian besar dari mereka melaporkan EHS disebabkan oleh medan elektromagnetik buatan manusia.
Orang-orang ini mengabadikan dan memperkuat keyakinan publik bahwa energi elektromagnetik dari perangkat-perangkat tersebut memang sungguh berbahaya, meskipun semua bukti ilmiah masih bertentangan.
Penelitian terus berlanjut
Sementara kontroversi tentang penyebab EHS terus berlanjut, penelitian tentang hal ini masih terus berlanjut, untuk lebih mengonsolidasikan bahwa medan elektromagnetik tidak bertanggungjawab atas gejala ini, dan untuk memberikan bukti penyebabnya (seperti efek nocebo).
Penelitian tersebut terus dilakukan, termasuk studi yang dilakukan di Australian Centre for Electromagnetic Bioeffects Research yang bertujuan untuk memerangi sejumlah kritik dari studi masa lalu. Sampai penyebab EHS dapat terkuak, pengobatan dari kondisi ini akan tetap menjadi tantangan bagi dunia medis.
Akan tetapi terlepas dari bidang ilmu pengetahuan, keputusan yang baru-baru ini disahkan di Perancis akan berdampak tentang bagaimana putusan masa depan di ranah ini? Yang penting untuk dicatat adalah bahwa meskipun kompensasi telah diberikan, namun pengadilan tidak benar-benar menyatakan bahwa EHS adalah kondisi yang sah.
Namun, kekhawatiran sekarang adalah bahwa kasus ini akan digunakan sebagai preseden dan bahwa kurangnya bukti ilmiah akan diabaikan oleh mereka yang ingin melegitimasi EHS sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh energi elektromagnetik.
Mungkin kesalahan terbesar di sini adalah dampak potensial dari keputusan seperti ini bisa saja terjadi pada pencarian kebenaran. Hal ini akan menyediakan “bahan bakar” untuk media dan pelobi untuk secara salah menafsirkan putusan tersebut sebagai sebab dan akibat, berdasarkan motivasi mereka sendiri.
Hal ini pada gilirannya berpotensi untuk menaungi penelitian yang berusaha untuk mengungkap penyebab sebenarnya dari EHS. Dan sayangnya, tanpa penelitian ini, bantuan dan perawatan yang dibutuhkan oleh mereka yang menderita EHS kemungkinan akan tetap sulit dipahami. (osc)