ETIndonesia-Menurut legenda, Ketika Dinasti Ming (AD 1573-1620), dibawa kaki gunung Jiuhua ada seorang petani muda yang bernama Ning Cheng tinggal di sana, dia dari kecil sudah kehilangan ayahnya, dia tinggal bersama kakak dan adiknya serta seorang ibu yang buta. Meskipun hidupnya sangat sulit, tapi dia selalu menghormati dan menyayangi ibunya.
Pada suatu musim panas, matahari sangat terik, Ning Cheng sedang menyiangi rumput di sawah, dia sangat kehausan. Ada seorang pria tua berambut putih yang lewat memberinya setengah buah peach, setelah memakannya dari hatinya dia merasa sangat segar.
Dia melihat kakek tersebut sudah sangat tua, kesulitan berjalan, dia mengambil inisiatif untuk mengantar kakek tersebut pulang ke rumahnya. Setelah mereka sampai di sebuah dinding batu, kakek tersebut mengetuk dinding batu, dinding batu terbuka, didalam ada sebuah gua yang penuh perhiasan dan permata. Kakek tersebut menyarankan dia untuk tinggal disana membantunya menanam pohon persik. Tetapi Ning Cheng teringat di rumahnya ada ibunya yang buta serta saudaranya yang membutuhkannya, sehingga dia mengatakan kepada kakek tersebut, “Saya masih punya ibu di rumah yang membutuhkan saya.”
Kakek tersebut terharu atas sifat berbakti dari Ning Cheng, akhirnya dengan sebuah hembusan angin mengirim Ning Cheng pulang kembali ke ibunya, pada saat ini Ning Cheng baru sadar bahwa dirinya telah bertemu dengan dewa. Akhirnya menurut legenda setelah Ning Cheng dengan sepenuh hati berbakti dan merawat ibunya sampai akhir hidupnya, lalu dia mengikuti dewa berkultivasi menjadi dewa.
Secara historis, para dewa menginginkan orang yang baik hati, cerita ini adalah sebagai contoh. Tapi orang zaman sekarang waktu beribadah, yang dipikirkan adalah tentang bagaimana bisa kaya, makmur seluruh pikiran adalah hal-hal duniawi, tidak tahu harus bertobat, meningkatkan standar moral mereka. Ini benar-benar menyedihkan.