Berbicara di Forum DPR Partai Republik AS, Ahli Kesehatan Singgung Virus yang ‘Cenderung Berasal’ dari Kebocoran Laboratorium di Wuhan

Mark Tapscott

Sebuah panel ahli-ahli kesehatan masyarakat mengatakan kepada sebuah forum kongres yang disponsori Partai Republik  bahwa virus Komunis Tiongkok, juga dikenal sebagai jenis Coronavirus baru, “cenderung berasal” dari kebocoran dari Institut Virologi Wuhan di Tiongkok

Sebuah memorandum yang ditulis oleh para staf Partai Republik di Komite DPR AS mengenai Subkomite Pengawasan dan Reformasi Pemerintah mengenai Krisis Coronavirus dan dirilis pada 20 Juli mengatakan lima kesimpulan utama dari para ahli itu, yaitu:

1-Virus Komunis Tiongkok sangat cenderung berasal dari Institut Virologi Wuhan.

2-Virus tersebut cenderung dimodifikasi melalui penelitian manfaat-fungsi yang berbahaya.

3-The National Institutes of Health -NIH- dan National Institute of Allergy and Infectious Diseases -NIAID- cenderung terus-menerus terlibat dalam penelitian yang berbahaya di Tiongkok.

4- WHO tidak melakukan sebuah penyelidikan yang tidak memihak terhadap asal-usul virus tersebut.

5- Partai Komunis Tiongkok dan Tentara Pembebasan Rakyat milik Partai Komunis Tiongkok memiliki sebuah kemajuan program penelitian dan pengembangan senjata biologis yang canggih, mungkin berfungsi di dalam Institut Virologi Wuhan atau berkoordinasi dengan Institut Virologi Wuhan.

Saksi-saksi forum 29 Juni itu mencakup Laksamana Brett Giroir, yang sebagai asisten sekretaris di bidang kesehatan di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan selama pemerintahan Donald Trump, mengelola pengembangan uji-uji pertama yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus tersebut di dalam seorang individu.

Saksi ahli kedua yang bersaksi adalah Dr. David Asher, seorang rekan sejawat senior di Institut Hudson, yang, saat bekerja di bawah pimpinan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, yang memimpin penyelidikan Departemen Luar Negeri terhadap asal-usul virus tersebut.

Saksi ahli lainnya mencakup Dr. Richard Muller, profesor emeritus fisika di Universitas California–Berkeley, dan Dr. Steven Quay, pendiri Atossa Therapeutics, sebuah perusahaan riset biofarmasi tahap-klinis yang berbasis di Seattle.

Dr. Francis Collins, direktur Institut Kesehatan Nasional, dan Dr. Anthony Fauci, direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular, diundang untuk bersaksi tetapi ditolak.

“Setiap uji ilmiah yang membedakan antara asal-usul zoonosis dengan asal-usul kebocoran laboratorium memberikan hasil yang sangat mendukung asal-usul kebocoran laboratorium. Kami telah menemukan tidak ada bukti yang kredibel yang mendukung asal-usul zoonosis,” kata Dr. Richard Muller kepada forum tersebut, sesuai dengan memorandum.

Laksamana Brett Giroir setuju, mengatakan, “Saya menilai bahwa asal-usul yang paling mungkin adalah sebuah infeksi yang tidak disengaja  terjadi pada personel laboratorium dari [laboratorium Institut Virologi Wuhan], dengan penularan sekunder ke populasi setempat, dan penyebaran selanjutnya kepada ratusan juta orang di seluruh dunia.”

Di antara bukti yang mereka tunjukkan untuk mendukung kesimpulan mereka adalah, bahwa sementara lebih dari 80.000 sampel diambil dari lebih dari 200 spesies binatang, yang mana terkait dengan pasar di ruangan terbuka yang menjual daging di Wuhan di dekat Institut Virologi Wuhan dan di tempat lain di Tiongkok, tidak ada sampel yang dinyatakan positif terkena virus tersebut. Satu-satunya binatang yang tidak diuji adalah tikus yang telah dijinakkan untuk digunakan di Institut Virologi Wuhan saat eksperimen manfaat-fungsi. 

Selain itu, para saksi mencatat bahwa sebuah penelitian terhadap korban-korban virus yang paling awal diketahui  di Tiongkok, belum pernah mengunjungi pasar Wuhan tersebut, dan pada Mei 2020  Komunis Tiongkok mengakui bahwa pasar tersebut bukanlah sumber dari virus melompat dari kelelawar ke manusia, seperti klaim awal rezim Tiongkok maupun WHO. 

Para saksi juga mengatakan bahwa bukti tersebut adalah sangat banyak, di mana penelitian manfaat-fungsi sedang dilakukan di Institut Virologi Wuhan untuk beberapa waktu sebelum terjadi wabah asli virus tersebut di Tiongkok pada November 2019. Kasus pertama yang dipastikan muncul di Amerika Serikat pada Januari 2020.

Dr. Steven Quay mengatakan kepada forum bahwa virus tersebut “memiliki sebuah pemicu yang unik di permukaannya yang  disebut sebuah ‘situs pembelahan furin’ dan sebuah kode yang unik untuk situs itu, yang disebut sebuah ‘dimer CGG-CGG … dalam eksperimen-eksperimen manfaat-fungsi, Institut Virologi Wuhan … [telah] menyisipkan situs furin ke dalam virus-virus.

“Ini adalah satu-satunya metode yang pasti yang selalu berhasil dan membuat virus menjadi lebih menular. Dan kode CGG-CGG yang ditemukan di [virus tersebut] biasanyadigunakan di laboratorium; anda benar-benar dapat memesannya di internet.”

Virus tersebut, tambah Dr. Steven Quay, telah “diadaptasi sebelumnya untuk penularan manusia ke manusia dari penderita pertama. Secara khusus, bagian virus yang berinteraksi dengan sel manusia telah dioptimalkan 99,5 persen.”

Laksamana Brett Giror mengutip sebuah publikasi Nature Medicine pada tahun 2015, di mana para peneliti Institut Virologi Wuhan melaporkan “pembuatan sebuah Coronavirus kelelawar hibrida yang baru yang dapat mengikat dan menginfeksi sel-sel saluran napas manusia.”

Semua saksi mencatat bahwa dana Institut Kesehatan Nasional dan Institut Alergi dan Penyakit Menular masuk ke Institut Virologi Wuhan  melalui sub-hibah dari EcoHealth Alliance yang berbasis di New York, untuk penelitian manfaat-fungsi sebelum dan selama sebuah moratorium tiga-tahun untuk kegiatan-kegiatan semacam itu dari tahun 2014 hingga 2017.

“Setelah tahun 2017, jeda dicabut dan diganti dengan sebuah badan pengawas yang tidak memihak, P3. Menurut email yang baru-baru ini dirilis, Institut Kesehatan Nasional tanpa melalui P3 tetap melanjutkan pendanaan penelitian manfaat-fungsi diInstitut Virologi Wuhan,” kata memorandum itu.

“Tidak ada pekerjaan Coronavirus yang melalui proses pengawasan P3. Faktanya, sejak tahun 2017, tidak ada satu pun hibah, untuk penelitian apa pun, yang telah melalui proses pengawasan P3,” tulis memorandum itu.

“Sulit dipercaya bagi saya bahwa pekerjaan Coronavirus tidak akan berhasil melalui  proses [P3],” kata Laksamana Brett Giroir dalam forum tersebut. “Jika anda melihat abstrak dari hibah terbaru yang dilakukan untuk EcoHealth, ini berbicara mengenai penggunaan data urutan protein, teknologi klon yang menular … ini semua adalah manfaat-fungsi.”

Dalam perkembangan terkait pada 20 Juli, DPR Partai Demokrat mengalahkan sebuah mosi Partai Republik untuk mengajukan sebuah proposal ke pemungutan suara minimum yang akan membutuhkan Direktur Intelijen Nasional untuk membuat bukti masyarakat yang dipegang oleh komunitas intelijen mengenai asal-usul virus tersebut. Gerakan Partai Republik Amerika Serikat, yang telah disahkan Senat dengan suara bulat, dikalahkan di DPR padasebuah pemungutan suara garis-partai 216-207. (Vv)