oleh Luo Tingting
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping dalam pidato menyambut hari ulang tahun berdirinya angkatan bersenjata Tiongkok yang jatuh pada 1 Agustus, kembali menekankan kepada jajaran militer Tiongkok untuk mentaati prinsip ‘Partai (Komunis Tiongkok) mengendalikan senjata’, mematuhi perintah Komisi Militer Pusat yang ia pimpin.
Mantan perwira komunis Tiongkok mengungkapkan bahwa perselisihan di internal partai sangat sengit saat ini, dan para perwira pun hanya bisa berdiam sambil memantau “arah angin”, mereka tidak rela menjadi korban karena membela Xi Jinping. Xi sendiri juga sudah merasakan kurang aman, takut tentara mengarahkan moncong senjata kepada dirinya
Kantor Berita corong pemerintah komunis Tiongkok ‘Xinhua’ melaporkan pada 31 Juli, bahwa majalah ‘Qiu Shi’ edisi 1 Agustus menerbitkan artikel penting dari Xi Jinping, yang isinya menuntut agar para perwira dan prajurit Tiongkok selalu mematuhi perintah partai dan mengikuti jalan partai.
Artikel tersebut menyebutkan bahwa, seluruh jajaran militer komunis Tiongkok perlu senantiasa mematuhi prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan partai dan sistem komando senjata, untuk memastikan bahwa tentara benar-benar setia, benar-benar murni, dan benar-benar dapat diandalkan. Selain itu, untuk memastikan bahwa seluruh tentara setiap saat. Termasuk dalam keadaan apapun, selalu mematuhi perintah Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok dan Komisi Militer Pusat.
Pihak berwenang Beijing telah berulang kali menegaskan bahwa tentara harus mematuhi perintah partai, yang sebenarnya menyiratkan bahwa tentara harus mematuhi instruksi pemerintahan Xi Jinping.
Namun, Yao Cheng, mantan letnan kolonel Komando Angkatan Laut komunis Tiongkok mengungkapkan bahwa, perselisihan di internal partai sangat sengit saat ini dan semua orang di militer harus pandai-pandai membawa diri.
Para perwira juga sedang memantau “arah angin”, mereka tidak rela menjadi korban karena membela Xi Jinping. Sedangkan Xi Jinping juga tidak memiliki rasa aman di militer.
Dalam wawancara dengan ‘Epoch Times’ baru-baru ini, Yao Cheng mengutip informasi yang disampaikan oleh seorang perwira komunis Tiongkok mengungkapkan bahwa, banyak tentara komunis Tiongkok yang tidak mau dijadikan bekal kubur Partai Komunis Tiongkok. Saat ini semua faksi dalam tentara, sedang mengamati situasi dan mereka ini belum tentu mau diajak berkolusi, bekerja sama dengan Komite Sentral PKT.
Ia mengatakan : “Jika meletus perang, militer mungkin akan memberontak. Pada tahun 2017, Xi Jinping pernah merombak sistem militer, sehingga terbentuk situasi saling mengawasi seperti saat ini, tetapi gontok-gontokan di internal militer tidak pernah berhenti”.
Yao Cheng mengatakan bahwa, tentara masih dikendalikan oleh mantan pemimpin Partai Komunis tiongkok Jiang Zemin. Selama era Hu Jintao, Hu sama sekali tidak memegang kendali militer. Kekuatan Xi Jinping di militer juga lemah, kecuali pada Divisi 31 Angkatan Darat (sekarang disebut Angkatan Darat ke-73) memiliki beberapa koneksi langsung.
Setelah Xi Jinping melengserkan sejumlah pejabat Komisi Militer Pusat pada tahun 2019, lalu menempatkan perwira dari Angkatan Darat ke-31 di sana. Perwira senior baik dari angkatan laut, angkatan udara, dan pasukan roket semuanya sedang memantau “arah angin” untuk mencari aman, semua perwira seperti ini sekarang.
Setelah memangku jabatan pada tahun 2012, Xi Jinping mulai melakukan pembersihan besar-besaran di kalangan militer, kroni-kroni Jiang Zemin, Guo Boxiong, Xu Caihou dan pejabat tinggi militer lainnya dibabat habis.
Yao Cheng mengatakan bahwa semua orang di ketentaraan komunis Tiongkok saat ini, terpaksa pandai-pandai membawa diri untuk mencari selamat. Dengan “prestasi” membabat begitu banyak jenderal di militer. Siapa yang benar-benar dapat diandalkan untuk membelanya ? Jika ia ingin berperang sekarang, siapa yang mau bertanggung jawab kepadanya ? Siapa yang akan membantunya berperang ? Mungkin saja Xi Jinping sendiri pun sadar dan menjadi ragu.
Yao Cheng juga mengatakan bahwa sekarang para perwira militer, sedang memantau sejauh mana perselisihan di dalam partai itu berkembang, dan mereka tidak ingin ikut-ikutan, juga tidak mau berkomentar.
Sekarang situasinya belum ada kejelasan, tidak ada yang bisa menebak masih berapa lama Xi Jinping dapat menjabat. Tetapi, militer tidak ingin membela Xi Jinping, jadi Xi juga khawatir bahwa dirinya tidak akan bisa mengendalikan militer.
Yao Cheng mengatakan bahwa, sekarang ini laras senjata dan pelurunya dipisahkan. Tentara punya senjata tapi tidak ada peluru. Sekali perang terjadi, tentara bisa memberontak dan membalikkan moncong senjata.
“Pada saat itu, begitu seorang komandan divisi, atau seorang komandan tentara, bahkan mungkin seorang komandan resimen mengibarkan bendera dan berteriak “Ganyang Xi Jinping”, habislah dia”, kata Yao Cheng. Karena itu kekuatan militer sangat penting bagi Xi Jinping. (Sin)