Yi Ru/Shang Yan
Epidemi di Yangzhou, Provinsi Jiangsu, Tiongkok terus menyebar. Menurut pemberitahuan resmi, 38 kasus baru dikonfirmasi pada 8 Agustus 2021. Pihak berwenang mengklaim bahwa epidemi Yangzhou berada dalam periode wabah terkonsentrasi. Kini, situasi pencegahan dan pengendaliannya sangat serius dan rumit. Pada lokasi digelarnya tes massal di Yangzhou juga memiliki infeksi silang yakni “Seorang menularkan ke 32 Orang”
Wabah di Yangzhou terus menyebar pada 9 Agustus 2021. Li, seorang pemilik restoran di Distrik Hanjiang, mengatakan bahwa orang-orang telah diisolasi di rumah.
Mr Li, seorang pemilik restoran di Distrik Hanjiang berkata : “Kota ini ditutup, dan orang-orang di komunitas tidak diperbolehkan keluar. Ini sangat serius, saya tidak bercanda. Saya di Distrik Hanjiang, jadi saya tidak bisa lagi keluar. Seharusnya sampai hari ini telah ada sekitar 300 kasus. !”
Wang Qiang (nama samaran), seorang staf di sebuah hotel di Yangzhou berkata : “tempat kami sangat parah, tempat paling parah di negara ini. Anda tahu, setiap hari ada 50 kasus, dan peningkatan lebih dari 50 kasus. Yangzhou bukan kota besar, tidak sebesar Nanjing.”
Gelombang epidemi di Yangzhou merupakan penyebaran dari rantai penyebaran epidemi di Bandara Internasional Lukou Nanjing. Laporan mengungkapkan, seperti Nanjing, banyak orang-orang di Yangzhou telah divaksinasi tetapi mereka masih terinfeksi.
Wang Qiang berkata : “Kami sebagian besar adalah penduduk lokal yang berasal dari Yangzhou. Hampir semua dari kami telah divaksinasi. Kami telah menerima dua dosis. Kami telah meminta untuk memulai vaksin sejak lama. Kami telah menyelesaikan vaksin di April dan Mei. Anda tahu, orang-orang yang pada dasarnya terinfeksi di Bandara Nanjing telah divaksinasi.”
Vaksinasi dinilai gagal mencegah penyebaran epidemi, kota-kota di mana epidemi meledak bergantung pada tes asam nukleat berulang untuk menyaring orang-orang yang terinfeksi. Namun demikian, orang-orang mempertanyakan efektifnya pengujian asam nukleat yang sering menghabiskan banyak sumber daya. Apalagi, dapat menyebabkan infeksi silang. Misalnya, pada 31 Juli, seorang anak laki-laki berusia 2 tahun di Nanjing didiagnosis dan terinfeksi ketika dia melakukan tes asam nukleat dengan keluarganya.
Di Kota Yangzhou, ada juga infeksi silang “1 menular 32” di lokasi uji asam nukleat
Terjadi juga kasus serupa di tempat uji asam nukleat di Desa Lianhe, Kota Wantou, Distrik Guangling. Seorang anggota staf pusat keuangan kota, telah melakukan pengujian asam nukleat dan pemeriksaan ulang di sana sebelumnya. Pada 1 Agustus, ia didiagnosis dengan pneumonia Komunis Tiongkok. Kemudian ditemukan sebanyak 32 orang telah terinfeksi.
Mr. Li berkata : “Satu tempat itu digunakan untuk tes asam nukleat, dan kemudian terinfeksi. Satu tempat itu diteruskan ke 23 kasus, Anda tahu. Dia menularkan dari sepuluh ke sepuluh, sepuluh ke seratus secara berantai.”
Saat ini, Kota Yangzhou sudah menjalani putaran kelima pengujian asam nukleat skala besar.
Chen, seorang pemilik restoran di Distrik Hanjiang berkata : “Kami menjalani tes massal untuk kelima kalinya. Kami masih melakukannya.”
Li, seorang pemilik restoran di Distrik Hanjiang, mengatakan pada masa lalu tes massal dilakukan di jalan, tetapi sekarang karena penutupan kota, maka dilakukan di komunitas.
Mr Li berkata berkata : “Tidak bisa kalau tidak mengikuti tes. Kami sudah di-tes kelima kalinya, dan baru selesai hari ini. Dilakukan langsung di komunitas tidak boleh membiarkan kami keluar komplek.”
Ia juga mengungkapkan bahwa ada terlalu banyak kasus “kontak erat” saat ini, dan tidak ada ruang tersisa di hotel untuk karantina.
Warga itu menuturkan : Ia mengetahui ribuan kasus. Banyak hotel karantina juga telah penuh. Setelah 14 hari, banyak yang belum dibawa, harus mengantre. Karena hotel terbatas. Ada terlalu banyak orang, dan semua orang disolasi 1 orang 1 kamar.”
Wang Qiang, yang tinggal di sebuah hotel di Yangzhou, membenarkan bahwa hotel setempat sangat tegang.
Ia menceritakan kondisi karantina di hotel. Bahkan, ada banyak tunawisma, mereka yang tidak bisa pergi, dan ada orang yang terdampar berasal kota lain. Ada yang tidur di lantai dan tidak ada tempat untuk tidur. “
Sedangkan biaya karantina di hotel ditanggung oleh mereka sendiri. Adapun negara akan bertanggung jawab atas biaya selanjutnya jika mereka didiagnosis selama karantina. (hui)