Serangan Kilat Taliban, 5 Ibu Kota Provinsi di Afghanistan Direbut dalam 3 Hari

NTD

 Setelah Taliban, kelompok bersenjata Afghanistan, merebut sebagian besar daerah pedesaan dalam beberapa bulan terakhir, mereka mulai menyerang daerah perkotaan dengan serangan blitzkrieg atau serangan cepat mulai 6 Agustus. Menyusul pengambilalihan dua ibu kota provinsi beberapa hari lalu, tiga ibu kota provinsi lainnya juga direbut pada 8 Agustus, dan tampaknya sulit bagi pasukan pemerintah untuk melakukan perlawanan.

Kantor Berita Central News Agency Taiwan melaporkan bahwa, anggota Parlemen dan sumber keamanan dan penduduk Afghanistan mengkonfirmasi bahwa Kunduz, Sar-e-Pul dan Taloqan, ibu kota provinsi Tahar, diambil alih satu demi satu dalam beberapa jam oleh Taliban. 

Di Kota Kunduz, yang memiliki nama yang sama dengan provinsi, seorang penduduk menggambarkan seluruh kota diselimuti “kekacauan total”. Dengan memiliki penduduk sekitar 375.000 orang, Kunduz adalah pusat ekonomi dan budaya utama. Jaraknya sekitar 200 mil dari ibu kota Kabul, yang memiliki kepentingan strategis. 

Menurut CNN mengutip Direktur Kesehatan Kunduz, Ehsanullah Fazli mengatakan bahwa pada Sabtu 7 Agustus, pasukan keamanan Taliban dan Afghanistan bertempur sengit di kota, menewaskan sedikitnya 11 warga sipil dan 40 orang terluka.

Anggota lain dari majelis provinsi menyatakan bahwa, kedua pihak menderita korban dalam pertempuran di pinggiran kota, dan jumlah kematian tidak jelas. 

Namun, pemerintah Afghanistan menyangkal bahwa mereka telah kehilangan kota Kunduz. Kementerian Pertahanan Afghanistan menyatakan bahwa, ketika pertempuran di provinsi Kunduz berlanjut, pasukan komando Jenderal Razik telah mendapatkan kembali kendali atas Alun-Alun kota dan Markas Besar Radio dan Televisi Nasional Kunduz. Tetapi tidak menguraikan rinciannya.

Taliban menyatakan bahwa setelah pertempuran sengit, mereka merebut ibukota Provinsi Kunduz dan juga menduduki Kota Shalip, gedung-gedung pemerintah dan semua fasilitas lokal. Di malam hari, dikatakan bahwa mereka juga telah merebut Talogan, ibu kota provinsi Takhar.

Sebelumnya, Zaranj, ibu kota provinsi Nimroz, dan Sheberghan, ibu kota provinsi Jawzjan, masing-masing jatuh pada 6 dan 7 Agustus lalu.

Keterangan Foto : Pada 7 Agustus 2021, setelah Taliban menguasai kota-kota perbatasan di Afghanistan dalam serangan cepat, orang-orang yang terperangkap menunggu di Chaman untuk pembukaan kembali penyeberangan perbatasan yang ditutup. (ASGHAR ACHAKZAI/AFP via Getty Images)

Associated Press melaporkan bahwa dalam waktu kurang dari seminggu, organisasi bersenjata Taliban meningkatkan operasi militernya di Afghanistan dan meluncurkan serangkaian pembunuhan di ibu kota Kabul.

Pekan lalu, Taliban membunuh Dawa Khan Menapal, kepala pemerintah Afghanistan dan operasi pers media asing di Kabul. Taliban menargetkan Penjabat Menteri Pertahanan Bismillah Khan Mohammadi. Ledakan itu menyebabkan 8 kematian dan banyak yang terluka.

Meskipun laju kemajuan Taliban mengejutkan pemerintah Afghanistan, pemerintah akhirnya mendapat kelonggaran setelah pesawat tempur Amerika mengebom benteng Taliban di Sheberghan pada malam 7 Agustus.

Keterangan Foto : Pada 7 Agustus 2021, di distrik Gazibad di provinsi Kunar utara, setelah pertempuran antara pasukan keamanan Afghanistan dan Taliban, keluarga-keluarga pengungsi internal mengungsi dan berlindung di sekolah-sekolah. (NOORULLAH SHIRZADA/AFP via Getty Images)

Dalam beberapa hari terakhir, pejabat Gedung Putih juga menyatakan keprihatinan tentang laporan pembalasan terhadap warga sipil di daerah yang dikuasai Taliban. Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki mengatakan pada tanggal 6 Agustus bahwa gelombang serangan baru-baru ini bertentangan dengan “klaim Taliban untuk mendapatkan legitimasi internasional.” Ia mengatakan bahwa militan “tidak harus tetap berada di jalur ini.”

Meski situasi di Afghanistan  memburuk, Psaki juga mengatakan bahwa Presiden Biden masih percaya bahwa setelah 20 tahun di Afghanistan, penarikan pasukan adalah keputusan yang tepat.

Menyusul pertempuran sengit antara Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan, Amerika Serikat dan Inggris sama-sama mengeluarkan peringatan pada 7 Agustus, mendesak warga kedua negara untuk segera meninggalkan Afghanistan dengan penerbangan komersial.

BBC melaporkan, Menteri Luar Negeri komunis Tiongkok, Wang Yi menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi dengan Mullah Abdul Ghani Baradar, kepala Komite Politik Taliban Afghanistan, di Tianjin, Tiongkok pada 28 Juli. Selama pembicaraan, Wang Yi menyebut Taliban sebagai “kekuatan militer dan politik penting” Afghanistan. (Hui)