Ahli Ungkap Krisis Banjir Buatan yang Mencelakakan Rakyat Tiongkok Sebagai Pemilik Bendungan Air Terbanyak di Dunia

oleh Chi Qianli 

Beberapa waktu terakhir, hujan lebat dan banjir acap kali terjadi di Tiongkok yang menyebabkan bencana serius bagi warga masyarakat. Ahli konservasi air Tiongkok, Wang Weiluo menunjukkan bahwa Tiongkok memiliki sekitar 100.000 unit bendungan air yang setara dengan separo dari jumlah bendungan air yang ada di dunia, tetapi 73 % bendungannya tidak aman. Para ahli juga mempertanyakan, berapa banyak pintu air bendungan yang dibuka bersamaan pada Juli itu sehingga banjir besar melanda Provinsi Henan.

Warga hanyut terbawa air banjir yang arusnya sangat deras. Provinsi Henan, Tiongkok pada 20 Juli memang mengalami hujan lebat, tetapi pihak berwenang baru menginformasikan kepada masyarakat 14 jam setelah Bendungan Changzhuang membuka pintu air untuk mengurangi daya tampungnya. 

Para ahli lebih lanjut mempertanyakan tentang berapa banyak pintu air bendungan yang diam-diam dibuka pada saat itu.

Wang Weiluo, seorang ahli dalam perencanaan lahan dan konservasi air mengatakan : 

“Katanya hanya 2 bendungan yang membuka pintu airnya untuk mengurangi luapan air pada saat itu, tapi saya memperkirakan ada belasan bendungan yang bersamaan membuka pintu air untuk mengurangi daya tampung. Saya juga telah melihat laporan bahwa ada 47 unit bendungan yang membuka pintu air dalam waktu yang hampir bersamaan. Oleh karena itu, sungai-sungai di Zhengzhou, terutama Sungai Jialu, tidak mampu menampung begitu besarnya debit banjir”.

Menyusul kejadi di Henan, Provinsi Hubei juga dilanda hujan lebat baru-baru ini. Banjir di Kota Liulin, Kota Suizhou mencapai setinggi hampir lantai dua rumah. Aliran listrik dan air bersih terputus karenanya. 

Media resmi komunis Tiongkok mengklaim bahwa 3 bendungan yang berada di sepanjang Sungai Sandao di Kabupaten Nanzhang membuang kelebihan airnya pada 12 dan 13 Agustus. Netizen mencurigai banjir di Henan dan Hubei ini, merupakan akibat otoritas membuka pintu air pada waktu bersamaan untuk mengurangi daya tampung bendungan.

Wang Weiluo mengatakan : “Saya pikir Tiongkok saat ini memiliki 100.000 unit bendungan. Sungai-sungai di daratan Tiongkok kecuali Sungai Nu di bagian batang utama sungainya tidak dibangun bendungan. Sungai-sungai lainnya semua memiliki bendungan yang memang dibangun guna pengendalian jumlah airnya, sehingga air dalam sungai, juga termasuk banjir itu keluar dari pintu air bendungan yang ditangani oleh manusia. Jadi, banjir di Henan itu adalah perbuatan tangan karena dikendalikan oleh manusia”.

Wang Weiluo menunjukkan bahwa setengah dari bendungan air di dunia berada di daratan Tiongkok, yang jumlahnya mencapai 100.000. Tetapi 73%-nya tidak aman. Saat banjir melanda Provinsi Henan, tanggul bendungan di hilir Bendungan Guojiazui di Zhengzhou tergerus oleh arus sehingga ambrol. Tetapi, Kementerian Sumber Daya Air Tiongkok mengklaim bahwa tidak ada tanggul bendungan yang jebol, sedangkan jebolnya 2 bendungan air di Mongolia Dalam itu akibat terkikis air,

“Daya destruktif dari banjir akibat jebolnya tanggul berbeda dari daya destruktif banjir biasa, karena laju aliran dan kekuatan terjangan airnya berbeda”, kata Wang Weiluo.

Namun, sejauh ini, Kementerian Sumber Daya Air Tiongkok belum mengungkapkan status bendungan, dan tidak ada pejabat pemerintah di semua tingkatan yang dimintai pertanggungjawaban. 

Li Guoying, Menteri Sumber Daya Air Tiongkok hanya menginformasikan bahwa, air sejumlah sungai seperti Sungai Heilongjiang, Nenjiang dan Songhua masih tinggi, dan beberapa bagian dari sungai berada dalam status waspada karena ketinggian airnya belum menurun. Sedangkan situasi demikian diperkirakan akan berlanjut hingga September. (hui)