Amerika Serikat Harus Lebih Keras Menghadapi Serangan Komunis Tiongkok Terhadap Falun Gong

Anders Corr

Mari berharap semakin banyak orang Amerika Serikat akan mendukung Falun Gong dalam pencarian mereka untuk kebebasan dari sebuah tingkat penganiayaan yang sayangnya seharusnya disebut genosida

Antara 16 Juli hingga 20 Juli, ribuan pendukung Falun Gong yang mengenakan pakaian berwarna kuning turun ke jalan-jalan di Washington, New York, San Francisco, London, dan tempat lain dalam unjuk rasa tahunan koreografi mereka yang khas terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia tanpa belas kasihan yang dilakukan Tiongkok selama beberapa dekade. 

Di acara Washington, D.C., seorang ahli di Institut Hudson mengenai kebebasan beragama dengan sepantasnya menduga bahwa yang dilakukan oleh Tiongkok adalah sebuah genosida terhadap Falun Gong.

Banyak sumber pemerintah Amerika Serikat telah mengakui pelaporan dan pengetahuan global mengenai penganiayaan terhadap Falun Gong, serta  bukti signifikan dan tidak terbantahkan mengenai pemenjaraan massal, penyiksaan, dan panen organ secara paksa yang mungkin menimpa jutaan praktisi Falun Gong. 

Tindakan Tiongkok memenuhi definisi hukum dan deskripsi ilmiah mengenai genosida menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 mengenai Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan terhadap Genosida.

Falun Gong adalah spiritualitas yang berakar pada prinsip Buddhis dan Taois yang dipopulerkan di Tiongkok mulai tahun 1992. Tujuh tahun kemudian, Partai Komunis Tiongkok melihat praktik damai ini sebagai ancaman terbesar baginya.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, mempromosikan tiga prinsip:

Sejati, Baik, dan Sabar, yang tampaknya bertentangan dengan filosofi-filosofi Partai Komunis Tiongkok sendiri, misalnya, kekuatan politik yang tumbuh dari laras senjata (menurut Mao Tse Tung pada tahun 1938).

Gerakan Falun Gong adalah sebuah ancaman khusus bagi pertumbuhan kekuatan Partai Komunis Tiongkok karena sering bersifat internal untuk bisnis, universitas, dan negara. 

Para praktisi Falun Gong di Tiongkok, dipaksa merahasiakan penganiayaan yang dilakukan oleh negara, mengoperasikan setidaknya 200.000 “pencetakan rumah bawah tanah” di negara totaliter itu, “dalam apa yang mungkin merupakan perlawanan akar rumput tanpa kekerasan terbesar di dunia,” menurut sebuah situs web Falun Gong.

Para praktisi Falun Gong terkadang membocorkan informasi penting kepada publikasi-publikasi yang didirikan di luar Tiongkok. 

Hal ini menjadikan Falun Gong sebagai sebuah sekutu alami dan kuat dari semua negara demokrasi yang berusaha mengungkapkan kebenaran mengenai kekejaman yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok.

Ada sebanyak 70 hingga 100 juta praktisi Falun Gong pada akhir 1990-an, menurut berbagai sumber, termasuk media pemerintah Tiongkok. Jumlah ini adalah lebih besar dari jumlah anggota Partai Komunis Tiongkok pada saat itu.

Perhatian yang semakin buruk dari Partai Komunis Tiongkok memaksa pendiri Falun Gong, Mr Li Hongzhi (李洪志), untuk bermukim kembali di Amerika Serikat pada tahun 1995. Karena perhatian negatif yang meningkat, terutama di media pemerintah, para praktisi Falun Gong di Tiongkok mulai memprotes. 

Puncaknya adalah pada 25 April 1999, ketika setidaknya 10.000 praktisi Falun Gong mengajukan permohonan kepada Partai Komunis Tiongkok dengan mengadakan meditasi damai di Zhongnanhai, gedung pemerintah pusat Tiongkok di Beijing.

Partai Komunis Tiongkok merasa terancam. Partai Komunis Tiongkok menyatakan gerakan Falun Gong sebagai sebuah “agama sesat” dan ancaman terbesar bagi keamanan negara sejak gerakan demokrasi pada tahun 1989. 

Ketua Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin melarang Falun Gong pada tanggal 20 Juli 1999, dan mendirikan “kantor 610” seperti Gestapo untuk mengesampingkan pengadilan dan polisi di Tiongkok, di mana kebebasan beragama seharusnya ada, tetapi tidak benar-benar dilindungi oleh konstitusi Tiongkok.

Penganiayaan terhadap Falun Gong dilaksanakan oleh  para pejabat Partai Komunis Tiongkok seperti Chen Quanguo (陈全国), dan menggunakan teknik “pendidikan ulang” yang nantinya akan menjadi bagian genosida terhadap orang-orang Uyghur.

Penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok juga merupakan sebuah upaya “untuk menghancurkan, seluruhnya atau sebagian, suatu bangsa, etnis, ras atau  kelompok agama,” termasuk dengan cara membunuh, dan menyakiti tubuh dan mental lainnya, dan  oleh karena itu, hal tersebut adalah sebuah genosida menurut definisi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Penelitian akademis telah memperkirakan jumlah total transplantasi hati dan ginjal di Tiongkok dari tahun 2000 hingga 2014, terutama cenderung berasal dari praktisi Falun Gong, sebanyak 1,5 juta. Pengadilan Tiongkok tahun 2020, diadakan di London, mengutip statistik-statistik yang menunjukkan sebanyak 60.000 hingga 90.000 organ transplantasi setiap tahun (dikurangi sekitar 5.000 donor sukarela yang didokumentasikan, sebuah kesenjangan sekitar 55.000 hingga 85.000 transplantasi tahunan yang tidak dapat dijelaskan).

Pengadilan Tiongkok lebih lanjut menemukan bahwa, “Panen organ secara paksa telah terjadi di banyak tempat di Republik Rakyat Tiongkok dan pada beberapa kesempatan untuk sebuah jangka waktu minimal 20 tahun dan terus berlanjut hingga saat ini.… Dalam praktik jangka panjang penen organ secara paksa di Republik Rakyat Tiongkok, memang benar para praktisi Falun Gong digunakan sebagai sebuah sumber–—mungkin sumber utama–—organ-organ untuk panen organ secara paksa.”

Menurut sebuah laporan Freedom House tahun 2015, “Ratusan ribu praktisi Falun Gong dijatuhi hukuman di kamp-kamp kerja paksa dan hukuman penjara, menjadikan praktisi Falun Gong sebagai kontingen tahanan hati nurani terbesar di Tiongkok,” dan saya dapat menambahkan, di unia. Sumber-sumber Falun Gong mengatakan bahwa lebih dari  dua puluh tahun terakhir di Tiongkok, beberapa juta praktisi Falun Gong telah dihukum.

Freedom House pada tahun 2017 secara independen membuktikan 933 kasus hingga  hukuman selama dua belas tahun kepada praktisi Falun Gong antara tahun 2013 hingga 2016, sering praktisi Falun Gong dihukum semata-mata karena keyakinan agamanya. 

Menurut organisasi nirlaba tersebut, “Bukti yang tersedia menunjukkan bahwa panen organ secara paksa dari para praktisi Falun Gong yang ditahan untuk dijual dalam operasi-operasi transplantasi telah terjadi dalam sebuah skala besar-besaran dan mungkin terus berlanjut.”

Sebuah bagian penting dari kampanye anti-Falun Gong adalah penggunaan media pemerintah untuk menggambarkan praktisi Falun Gong sebagai manusia yang lebih rendah derajatnya untuk membenarkan penyiksaan dan pemberantasan terhadap praktisi Falun Gong.

Efek merendahkan martabat praktisi Falun Gong oleh media pemerintah Tiongkok yang meluas dan menghancurkan tidak boleh diremehkan dalam sebuah masyarakat tanpa kebebasan berbicara. 

Namun menurut Freedom House, jutaan praktisi  Falun Gong di Tiongkok telah bertahan selama penganiayaan yang berlangsung bertahun-tahun. Demonstrasi pada bulan ini memperingati ulang tahun kedua puluh dua penindasan Partai Komunis Tiongkok terhadap Falun Gong.

Semakin banyak orang Amerika Serikat yang sadar akan genosida yang dilakukan untuk  melawan Falun Gong. Para politisi mengambil tindakan dalam sebuah tata krama bipartisan. 

Dari tujuh belas Senator dan Perwakilan Amerika Serikat yang mendukung sebuah  permintaan Falun Gong untuk menunjukkan dukungan pada peringatan dua puluh dua penganiayaan ulang tahun kedua puluh dua penindasan Partai Komunis Tiongkok terhadap Falun Gong, delapan adalah Partai Demokrat, dan sembilan adalah Partai Republik. Senator Robert Menendez (D-NJ) dan Marco Rubio (R-FL) keduanya menunjukkan dukungan dalam pernyataan terpisah pada tanggal 20 Juli untuk Falun Gong dan untuk agama kebebasan secara lebih umum.

Tahun ini, Perwakilan Demokrat yang menunjukkan dukungan, dan oleh karena itu layak mendapat pujian publik, adalah Zoe Lofgren (California), Mike Doyle (Pennsylvania), Bill Foster (Illinois), Sean Maloney (New York), Dean Phillips (Minnesota), David Trone (Maryland), Juan Vargas (California), dan Gerald Connolly (Virginia). 

Partai Republik adalah Elise Stefanik (New York), Gus Bilirakis (Florida), Vicky Hartzler (Missouri), Tim Walberg (Michigan), Steve Chabot (Ohio), Glenn Grothman (Wisconsin), dan Jack Burgman (Michigan).

Senator Robert Menendez, yang merupakan ketua Komite Senat Hubungan Luar Negeri, memberikan pernyataan terbaik di kelasnya 20 Juli mengenai Falun Gong. 

“Dua puluh dua tahun yang lalu dari hari ini, Republik Rakyat Tiongkok melakukan sebuah tindakan keras yang kejam dan brutal terhadap para pengikut gerakan spiritual Falun Gong yang berlanjut hingga hari ini,” tulisnya dalam sebuah  surat.

 “Dalam lebih dari dua dekade sejak itu, puluhan ribu warganegara Tiongkok telah dianiaya karena keyakinan agamanya, dipenjarakan, disiksa, menjadi sasaran kerja paksa, dan tuduhan-tuduhan yang dapat dipercaya mengenai panen organ.”

Senator Marco Rubio membuat sebuah pernyataan yang sangat sempurna pada tanggal 20 Juli berkata : “Partai Komunis Tiongkok telah menahan praktisi Falun Gong, dan dalam beberapa kasus, banyak kali, di pusat-pusat ‘transformasi-melalui-pendidikan ulang’—–sebuah pra-tinjau dari penahanan massal yang sedang berlangsung dan tindakan-tindakan genosida terhadap orang-orang Uyghur dan umat Muslim lainnya di Xinjiang. 

Pejabat Partai Komunis Tiongkok telah memerintahan untuk melakukan penyerangan fisik dan seksual, kerja paksa, dan penyiksaan terhadap praktisi Falun Gong untuk membuat praktisi Falun Gong melepaskan keyakinannya. Yang lebih mengganggu adalah tuduhan-tuduhan yang dapat dieprcaya mengenai panen organ secara paksa.”

Sebuah laporan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada tanggal 12 Mei mengenai kebebasan beragama mencatat laporan hingga puluhan juta praktisi Falun Gong di Tiongkok, penangkapan lebih dari 6.600 praktisi Falun Gong pada tahun 2019, dan lebih dari 600 praktisi Falun Gong dijatuhi hukuman hingga empat belas tahun penjara.

 Laporan tersebut mencatat penyiksaan dan perampasan  makanan dan perawatan medis untuk para praktisi Falun Gong di penjara, dan merujuk ke bukti panen organ secara paksa, termasuk seperti yang ditemukan dalam laporan oleh Pengadilan Tiongkok dan Yayasan Peringatan Korban Komunisme.

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengutip laporan media bahwa “pihak-pihak berwenang menerobos ke dalam  rumah seorang wanita praktisi Falun Gong, menjepitnya, dan secara paksa mengambil sebuah sampel darahnya, mengatakan kepadanya bahwa pengambilan sampel darah adalah ‘diwajibkan oleh negara.’ Satu petugas berteriak, ‘Hukum tidak berlaku untuk anda. Kami akan meniadakan anda.'”

Pada rilis laporan tersebut, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dengan pantas memberlakukan sebuah larangan visa terhadap pejabat Tiongkok bernama Yu Hui dan keluarganya karena keterlibatan Yu Hui dengan penahanan sewenang-wenang terhadap para praktisi Falun Gong.

Laporan Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika Serikat tahun 2021 juga mencatat penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok dan bukti panen organ secara paksa. 

“Menurut laporan-laporan, ribuan praktisi Falun Gong dilecehkan dan ditangkap selama tahun 2020 karena mempraktikkan keyakinannya, dan beberapa praktisi Falun Gong kemungkinan meninggal karena pelecehan dan penyiksaan saat berada  dalam tahanan,” tulis laporan tersebut.

 “Laporan-laporan internasional yang dapat dipercaya juga menyatakan bahwa panen organ, termasuk dari praktisi Falun Gong, cenderung dilanjutkan.”

Kita mungkin tidak mengharapkan banyak akademisi atau perusahaan besar untuk memperjuangkan penyebab Falun Gong dalam waktu dekat, karena banyak orang mencari beberapa keuntungan bisnis dari Tiongkok, termasuk lebih banyak mahasiswa Tiongkok yang membayar uang sekolah penuh di universitas-universitas Amerika Serikat. 

Namun, mari berharap semakin banyak orang Amerika Serikat akan mendukung Falun Gong dalam pencarian mereka untuk kebebasan dari sebuah tingkat penganiayaan yang sayangnya seharusnya disebut genosida. 

Genosida ini adalah sangat menjijikkan karena prinsip dasar latihan Falun Gong, yaitu Baik, Sejati, Sabar, adalah begitu terpuji dan sayangnya hilang dalam pemerintahan Tiongkok saat ini. (Vv)