ETIndonesia- Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak dua hari lalu memicu kejadian banjir di beberapa Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan pada Sabtu (28/8).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Selatan melaporkan tiga Kabupaten yang terdampak fenomena cuaca tersebut di antaranya Kabupaten Wajo, Kabupaten Soppeng, dan Kabupaten Bone.
BPBD Kabupaten Wajo melaporkan hujan intensitas tinggi yang terjadi di hulu sungai Lajokka, Walennae dan beberapa sungai lainnya memicu Daerah Aliran Sungai (DAS) di sekitarnya meluap. Akibatnya luapan tersebut masuk ke permukimam penduduk.
Laporan Pusdalops BNPB per Sabtu (28/8), 11 kecamatan tercatat terdampak akibat banjir tersebut yaitu Kecamatan Tanasitolo, Kecamatan Tempe, Kecamatan Sajoanging, Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Majauleng, Kecamatan Keera, Kecamatan Penrang, Kecamatan Maniangpajo, Kecamatan Pammana, dan Kecamatan Sabbangparu. Tinggi mata air (TMA) saat kejadian berkisar antara 50 hingga 170 sentimeter.
Berdasarkan pendataan tim di lapangan, banjir tersebut berdampak pada 5.956 KK atau 19.769 jiwa, 1 KK di antaranya harus mengungsi ke rumah kerabat. Selain itu, banjir merendam 5.607 unit rumah, 1 di antaranya rusak berat dan 5 lainnya rusak ringan.
3.717 hektar sawah dan perkebunan milik warga juga ikut terendam akibat kejadian tersebut.
Selain banjir, BPBD Kabupaten Wajo juga melaporkan kejadian longsor akibat fenomena cuaca tersebut.
“2 titik longsor di Kelurahan Maddukkelleng dan 1 titik di Kelurahan Siengkang,” jelas Marwa Hikmah, Pusdalops BPBD Kab. Wajo saat dikonfirmasi pada Minggu (29/8) yang dirilis oleh Abdul Muhari, Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.
BPBD bersama pihak terkait sudah melakukan pembersihan material longsor sehingga jalan yang sempat terhambat sudah kembali normal.
Pihaknya juga melaporkan hari ini, Minggu (29/8) banjir sudah mulai surut namun di Kecamatan Sabbangpura masih banjir akibat adanya kiriman air dari hulu sungai di Kabupaten Soppeng. Seluruh warga yang mengungsi juga sudah kembali ke rumah masing-masing.
“Informasi dari lapangan di Kecamatan Sabbangpura, air setinggi 1 meter masih merendam dan arusnya lumayan deras,” tambahnya.
Tim BPBD bersama TNI/Polri dan pihak terkait lainnya sudah bersiaga di lokasi apabila banjir kembali melanda dan harus dilakukan evakuasi kepada warga.
Kabupaten Soppeng Masih Terendam Banjir
Sementara itu menurut laporan Yanti, Kepala Bidang Logistik BPBD Kabupaten Soppeng, banjir masih terjadi di wilayahnya hingga saat ini.
“Kemarin sempat surut tapi saat ini hujan mengguyur lagi di wilayah kami, sehingga air kembali naik,” kata Yanti saat dimintai keterangannya melalui saluran telepon, Minggu (29/8).
Sebelumnya dilaporkan luapan Sungai Bunne, Sungai Lajaroko, dan Sungai Walannae menyebabkan banjir di Beberapa Kecamatan pada Sabtu (28/8) pukul 06.30 pagi waktu setempat.
BPBD Kabupaten Soppeng mencatat wilayah yang terdampak meliputi Desa Belo dan Desa Lompulle di Kecamatan Ganra. Selanjutnya Desa Kessing di Kecamatan Donri-Donri, Desa Kebo, Desa Baringeng, dan Desa Paroto di Kecamatan Lilirilau. Kemudian Desan Cinto di Kecamatan Citta dan Desa Panincong di Kecamatan Marioriawa.
Sebanyak kurang lebih 4.014 rumah, 2.530 hektar sawah, dan 6 hektar perkebunan warga tedampak banjir.
BPBD melaporkan pihaknya telah memberikan bantuan logistik kepada warga terdampak berupa air mineral dan mie instan.
“Karena keterbatasan mobilitas, sementara ini kami baru memberikan air mineral dan mie instan untuk warga terdampak,” tambah Yanti.
Dijadwalkan hari ini pemerintah provinsi akan meninjau langsung ke lokasi kejadian guna melihat langsung dampak yang ditimbulkan akibat banjir tersebut untuk menentukan apakah diperlukan penetapan status tanggap darurat.
“Hari ini dari pemerintah Provinsi sudah berkoordinasi untuk meninjau langsung ke lokasi untuk melihat langsung di lapangan sebagai dasar apakah perlu ditetapkan status tanggap darurat,” jelas Yanti.
BPBD Kabupaten Soppeng juga telah menginformasikan peringatan dini kepada camat dan lurah di wilayahnya terkait cuaca ekstrem yang dapat menimbulkan banjir lebih parah. Peringatan dini tersebut diteruskan kepada warga melalui grup WhatsApp dan juga pengumuman melalui pengeras suara di masjid-masjid.
“Kami bagikan peringatan dini dari BMKG melalui grup WA dan diteruskan biasanya melalui pengumuman di masjid-masjid atau mushollah,” tambahnya.
Selanjutnya di Kabupaten Bone banjir melanda permukiman warga di 8 kecamatan dan berdampak pada kurang lebih 300 KK, Sabtu (28/9).
Laporan Pusdalops BNPB per Minggu (29/8) pukul 11.00 WIB mencatat selain banjir, 2 titik penghubung antar desa terputus akibat adanya tanah longsor.
Saat ini BPBD Kabupaten Bone terus berkoordinasi dengan instandi terkait untuk melakukan pemantauan dan kaji cepat pasca kejadian tersebut.
Pengamatan di lapangan saat ini meski cuaca terlihat mendung, banjir di sebagian wilayah mulai berangsur surut.
BMKG melalui laman resminya pada Rabu (26/8) lalu telah mengeluarkan peringatan dini mingguan untuk wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Mulai 27 Agustus hingga 2 September 2021, Provinsi Sulawesi Selatan berpotensi mengalami cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es) dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.
Pemerintah daerah khususnya BPBD diharapkan dapat mendesiminasi peringatan dini tersebut kedalam kesiapsiagaan untuk mengurangi dampak dari adanya cuaca ekstrem. Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi tersebut. (BNPB/asr)