ETIndonesia-Kebanyakan anak-anak remaja tanggung biasanya langsung menjulurkan tangannya meminta uang jajan sama orangtua mereka. Namun tidak dengan remaja tanggung bernama Ben Towers ini.
Dia membuat sebuah situs web untuk teman orangtuanya dan memperoleh 50 poundsterling (sekitar 950 juta rupiah). Ini adalah uang pertama dari hasil keringatnya sendiri dalam hidupnya, saat itu dia pun bertanya pada dirinya, bisakah mendirikan perusahaan sendiri untuk meraup uang?
Pada usia 11 tahun ketika itu, dia membuka sebuah perusahaan desain digital bernama “Tower Design” di kamar rumahnya. Karena semua pekerjaan dilakukan secara online, sehingga kliennya tidak tahu usianya.
Suatu hari ketika dia menghubungi salah seorang kliennya melalui telepon, suaranya yang terdengar masih bocah akhirnya mengungkapkan jati dirinya yang masih anak-anak, sehingga kliennya pun membatalkan kerjasama dengannya karena dinilai belum dewasa dan tidak bisa dipercaya.
Bisnis Ben ternyata berkembang semakin membaik. Empat, lima bulan kemudian, seorang manajer bank menghubungi orangtuanya dan bertanya darimana seorang anak yang baru berusia belasan tahun itu memiliki penghasilan ribuan poundsterling setiap bulannya.
Manager bank terkait baru percaya anak itu tidak melakukan sesuatu yang ilegal setelah dijelaskan panjang lebar oleh orangtuanya.
Mestinya, pemuda tampan dan memiliki otak bisnis yang brilian seperti Ben itu menjadi idola, tapi dia justru tertekan di sekolah.
Beberapa siswa selalu membulinya, menganggapnya sosok orang munafik, beberapa kali dia pulang sekolah sambil menangis.
Tapi dia tidak serta merta melepaskan kariernya hanya karena gangguan itu, sebaliknya justru semakin membuatnya lebih kuat.
Pada usia 14 tahun, tugas sekolahnya menjadi lebih berat. Ben kemudian memutuskan mempekerjakan karyawan untuk membantu mengelola perusahaannya, sementara dia meluangkan lebih banyak waktu untuk studi.
Karyawan pertamanya adalah seorang wanita berusia 40 tahun, tapi karena Ben masih sangat belia, sehingga dia memandang sepele pada Ben, bukan saja tidak serius saat kerja, malah sering mengirim surat lamaran kerja pada waktu kerja, akhirnya Ben pun memecatnya.
Karena perusahaannya semakin berkembang, Ben mempekerjakan lagi seorang karyawan baru.
Selanjutnya dia mendapatkan GCSE-General Certificate of Secondary Education, yakni Ijazah Umum Pendidikan Menengah, atau ijazah akademis yang khusus menilai berdasarkan mata pelajaran tertentu yang diperoleh melalui ujian kualifikasi.
Dan pada saat bersamaan, skala perusahaannya juga semakin luas dan karyawannya bertambah menjadi delapan orang.
Karena perusahaan berkembang sangat pesat, dia pun melebarkan sayap dengan membuka kantor cabang di Manchester, Kent dan London, dan jumlah karyawannya juga telah meningkat menjadi 22 orang, bahkan Twitter dan noodle atau perusahaan lain menjadi kliennya.
Pada usia 18 tahun, Ben memutuskan untuk menjual perusahaannya kepada Zest untuk merger dan akuisisi, sementara dirinya bergabung dalam dewan direksi.
Meski masih tampak seperti bocah ingusan, tapi ucapannya sangat tegas saat presentasi. “Senang sekali bisa bergabung dengan Zest dan saya percaya bahwa dengan kepemimpinan dan pengaruh Zest, kita akan dapat menciptakan hasil yang lebih baik untuk klien kita di dunia”kata Ben dengan mantap.
Ben yang masih sangat belia dan sukses meniti kariernya itu kini telah menjadi sesosok anak ajaib di mata orang-orang.
Banyak orang yang ragu dengan masa depannya, karena dia masih terlalu hijau dan punya banyak uang, yang tidak tertutup kemungkinan akan tersesat ke jalur (hidup) negatif.
Namun Ben mengatakan, bahwa hal itu tidak perlu dikhawatirkan, karena ayahnya adalah seorang desainer, sementara ibu bekerja di NHS, ajaran dan disiplin keluarganya sangat ketat.
Sampai saat ini, Ben tetap tinggal dengan orangtua dan adiknya, hobinya bermain sepak bola dan tidak punya pengeluaran untuk hal-hal yang tidak perlu.
Ben mengatakan bahwa dia sangat berterima kasih kepada mereka yang pernah membulinya, karena mereka telah memberinya keberanian untuk terus maju.
Meski remaja tanggung ini masih belia, tapi sangat dewasa dalam berpikir dan bersikap, dan ini adalah model dari sosok orang yang sukses.(jhn/yant)
Sumber: happies.life
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.