ETIndonesia-Dahulu kala ada seorang pencari kayu bakar, hatinya sangat baik, orangnya jujur dan lugu. Meski hidupnya serba kekurangan, tapi tidak pernah melakukan hal-hal tidak terpuji untuk kepentingannya sendiri. Setiap hari dia ke gunung mencari kayu bakar, bekerja denga ulet tanpa berkeluh kesah sedikit pun.
Karena gunung itu terkenal dengan sarang ular berbisanya, sehingga banyak orang yang tergigit, dan reaksi bisa ular yang sangat cepat menyebabkan banyak orang tewas sebelum sempat dibawah turun ke gunung.
Para pencari kayu di sekitar pun harus membawa bekal berupa obatan penawar bisa ular saat ke gunung, agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan..
Pada suatu pagi, pencari kayu itu ke gunung seperti biasa, di tengah jalan dia melihat seekor rubah sedang bertempur dengan seekor ular yang tampak ganas.
Ular itu mengigit dengan kencang kaki rubah, sementara sang rubah juga cukup bringas, ia menggigit dengan kuat badan ular, dan tak lama kemudian, ular itu pun mati.
Namun, meski ular itu telah mati, sang rubah juga terluka parah karena bisa ular itu, rubah berjalan terhuyung-huyung karena reaksi dari bisa ular, lalu jatuh terjerembab di atas tanah.
Rubah itu terengah-engah, sambil menatap si pencari kayu, tatapan matanya penuh dengan tanda minta tolong sekaligus diliputi rasa takut
Pencari kayu yang baik hati itu, kasihan melihat si rubah, ia bermaksud menolongnya tapi juga ragu, karena takut malah diserang olehnya.
Namun hati tukang kayu itu akhirnya luluh oleh tatapan iba si rubah yang malang, ia pun bergegas menghampiri rubah itu dan menggendongnya, rubah merasakan seberkas kehangatan dalam pelukan tukang kayu, dan tahu kalau dirinya akan selamat.
Pencari kayu melihat luka si rubah, lalu dengan cepat mengambil obat penawar bisa ular yang tidak banyak dibawanya itu, kemudian dioleskan ke bagian badan rubah yang terluka.
Tak lama kemudian, tiba-tiba hujan lebat, pencari kayu memeluk rubah itu agar obat yang baru dioleskannya tidak terkenag air.
Pencari kayu terus berjalan dan melihat sebuah gua, lalu berlindung di dalamnya, waktu terus berlalu, tak lama kemudian tukang kayu merasa lapar, ia mengambil bekalnya, dan saat hendak melahap makanannya, ia menatap sejenak rubah malang yang juga sedang memandangnya dengan tatapan sayu.
Jelas terlihat si rubah sudah lama tidak makan, ia pun merenung sejenak, dan bergumam kalau makanan ini untuknya, siapa tahu lukanya akan segera pulih dan sehat kembali.
Lalu si pencari kayu itu memberikan satu-satunya bekal makanan yang dibawanya untuk si rubah.
Tak lama kemudian hujan pun berhenti, pencari kayu yang bermaksud pulang sebelum hari gelap, melihat-lihat sejenak si rubah sambil merenung, rasanya tidak aman kalau ditinggalkan sendirian disini, bagaimana kalau diserang oleh makhluk lain atau siapa tahu ditangkap pemburu, gumamnya. Akhirnya tukang kayu itu pun menggendong rubah itu pulang ke rumahnya.
Di rumah tukang kayu, rubah ini juga tampaknya sangat senang, bisa makan tanpa perlu berkeliaran sepanjang hari mencari makanan.
Karena perawatan pencari kayu yang telaten, rubah itu pun akhirnya pulih dari lukanya.
Pencari kayu berkata kepada rubah : Sekarang lukamu sudah sembuh, dan sudah saatnya kembali ke habitatmu.
Rubah ini tampaknya cerdas, seakan mengerti apa yang dikatakan tukang kayu, kemudian ia berjalan keluar dan sebelum pergi menjauh ia memandang sejenak pencari kayu itu.
Rubah itu tampak berat berpisah dengan pencari kayu itu, namun, akhirnya ia mengerang sejenak lalu berlari masuk ke dalam hutan dan lenyap dari pandangan.
Hari demi hari tetrus berlalu, satu tahun cuaca yang tidak menyenangkan, lahan-lahan menjadi kering dan tandus, selama satu tahun penuh tidak pernah turun hujan, akibatnya terjadi bencana kelaparan.
Kelaparan yang sangat ekstrem dalam satu abad terakhir, banyak keluarga yang akhirnya terpaksa memakan kulit kayu.
Sementara hewan-hewan yang diburu di hutan atau gunung juga sudah hampir habis, sulit untuk menemukan mangsa yang bisa dimakan lagi, dan perlahan-lahan ada yang mulai mati kelaparan, demikian juga dengan keluarga pencari kayu itu, hampir dua hari baru makan sekali.
Suatu pagi, saat pencari itu kayu membuka pintu, ia melihat seekor kelinci mati di halaman rumahnya, sekujur badannya terluka, bukan main senangnya ia mendapatkan makanan lezat, sudah lama ia pernah menikmati daging.
Setelah dua atau tiga hari kemudian, di rumahnya selalu ditemukan banyak hewan yang mati.
Pencari kayu pun heran, pasalnya di tengah bencana kelaparan ini, ia tak menyangka masih bisa mempertahankan hidupnya, tapi ia tak berani bercerita pada siapa pun.
Namun, suatu hari pencari kayu melihat bulu rubah, dan pikirannya pun seketika tertuju pada si rubah yang pernah diselamatkannya ketika itu. (jhn/yant)
Cerita menyentuh Zhao segera menarik perhatian dari para netizen lokal dalam kurun waktu singkat.