ETIndonesia-Di dunia ini, hanya orangtua kita yang dengan tulus sepenuh hati menyayangi kita. Demi anak-anaknya, mereka bisa mengorbankan segalanya tanpa pamrih. Tetapi berapa banyak dari kita dapat menyadari hal ini, atau apakah kita baru menyadarinya ketika sudah terlambat?
Suatu hari, aku baru istirahat tidur pada jam 11 malam, saat itu sedang turun salju lebat. Aku meringkuk di bawa balutan selimut, melirik sekilas jam alarm dan baru sadar jam alarm sudah lama mati kehabisan baterai, dan lupa membelinya.
Cuaca yang dingin di luar membuatku lebih baik meringkuk di atas kasur. Sambil meringkuk dibawah balutan selimut tebal, aku menelepon ibu, “Bu, jam alarmku mati, belum sempat beli baterai baru, besok jam 6 pagi, tolong bangunkan aku ya bu, karena besok pagi ada pertemuan penting di kantor,” kataku pada ibu di ujung telepon.
Sementara dari ujung telepon sana, sayup-sayup aku mendengar ibu menyahut dengan suara setengah mengantuk, “Ya, ibu tahu.”
Keesokan paginya, telepon berdering, dan aku yang masih terjaga dalam mimpi indah itu pun bangun, kemudian sayup-sayup terdengar suara ibu dari seberang sana, “Cepat bangun nak, katanya ada rapat penting pagi ini.”
Aku memicingkan mata dan melirik sejenak jam dinding baru menunjukkan jam 5:40 pagi.
Tiba-tiba aku merasa kesal dibangunkan oleh ibu dan menyahutnya, “Ini baru jam berapa bu, aku kan sudah bilang jam 6 pagi ? huh…lagi enak-enak tidur ibu bangunin.”
Tanpa menunggu sahutan dari ujung telepon sana, gagang telepon pun langsung kututup….
Setelah itu aku baru bangun, cuci muka dan rapi-rapi sebentar lalu berangkat. Cuaca di luar sana memang sangat dingin menusuk tulang, tampak sehamparan salju putih di mana-mana.
Di halte bus, aku terus menginjak-injak kakiku agar tidak membeku saking dinginnya, cuaca masih tampak gelap, dua orang lansia berambut putih berdiri di sampingku, sepertinya juga sedang menunggu bus.
Sayup-sayup aku mendengar kakek itu berkata pada si nenek, “Lihat tuh dirimu, gara-gara semalam tidak bisa tidur dengan nyenyak, dan bangun terlalu pagi, jadinya sekarang harus lama menunggu di sini.”
Lima menit kemudian, bus akhirnya tiba. Aku bergegas masuk ke dalam bus. Sopirnya seorang pria muda, dan dia buru-buru tancap gas setelah aku naik.
“Hei tunggu sebentar! Masih ada dua orangtua di bawah, mereka sudah lama menunggu, mengapa tidak menunggu mereka naik dulu baru jalan, apalagi cuaca begitu dingin di luar?” kataku pada sopir.
Sopir itu menoleh ke arahku dan berkata, “Tidak apa-apa. Itu orangtua saya. Hari ini adalah hari pertama saya membawa bus, jadi mereka hanya datang untuk melihat saya saja.”
Mendegar itu, tiba-tiba saja aku meneteskan air mata saat membaca pesan pendek dari ayah : “Nak, ibumu tidak bisa tidur sepanjang malam, pagi-pagi sekali dia sudah bangun, takut kamu terlambat ke kantor.”
Ada sebuah pepatah “Orangtua akan tersenyum ketika mereka memberi apa pun kepada anaknya, dan orangtua akan meneteskan air mata ketika anaknya memberi apa pun kepada mereka.”
Dalam seumur hidup ini, orang yang dapat melakukan segalanya dan tanpa pamrih pada kita itu hanya orangtua kita, jadi bagaimana pun juga janganlah selalu menganggap mereka cerewet, sebaliknya kita harus memahami dan memberikan perhatian kepada mereka.
Kita harus menghargai setiap saat bersama orangtua kita, karena tidak ada yang tahu kapan mereka akan meninggalkan kita. Ketika orangtua masih ada, tersenyumlah dan sayangi mereka, jangan biarkan mereka selalu menantikan kehadiran Anda tetapi tidak pernah melihat bayangan Anda.
Saat kamu jatuh ke tanah, hanya orangtua yang dengan sukacitanya merangkulmu ke dalam genggamannya, dan hanya orangtua yang akan selalu mencemaskanmu sepanjang hari, menyusui, mengganti popok, dan merawatmu dengan telaten dan penuh perhatian.
Saat kamu belajar berjalan, hanya orangtua yang menggandeng tangan mungilmu, menopangmu menapak pada langkah pertama dalam perjalanan hidupmu.
Saat kamu jatuh sakit, hanya orangtua yang lupa makan demi merawatmu siang dan malam, dan demi kamu juga mereka tidak akan pernah menyesal meski harus mengorbankan hidupya sekali pun.
Ketika kamu menghadapi kesulitan, atau ketika seluruh dunia mengkhianatimu, orangtuamu tetap selalu ada di sisimu, menghibur dan melindungimu. Waktu dapat mengubah hati seseorang, tetapi tidak pernah dapat mengubah cinta kasih yang diberikan orangtuamu.
Sampai suatu hari, ketika orangtua harus pergi jua, mereka tidak dapat lebih dulu memberitahumu, tidak bisa lagi terus memanggil namamu, tidak bisa lagi makan bersama denganmu, dan tidak bisa lagi terus memberikan perhatian kepadamu.
“Pohon itu ingin tenang, sementara angin terus bertiup, waktu terus bergulir seperti arus air yang mengalir dan tidak pernah kembali” – Ketika seorang anak ingin berbakti kepada orangtuanya, namun, apa daya semuanya sudah terlambat…. artinya janganlah menunggu sampai orangtua tiada baru ingin menunjukkan bakti kepada mereka.
Jika kita dapat menghemat/menggunakan waktu menonton satu film, (waktu) main catur atau waktu jalan-jalan bersama dengan teman-teman untuk ngobrol bersama dengan orangtua kita, maka diyakini kita tidak akan pernah menyesalinya!
Oleh karena itu, saat orang tua masih sehat/hidup, hiburlah mereka secara rohani, luangkan waktu untuk mereka dan berusaha sebisa mungkin untuk memenuhi permintaan mereka, jangan sampai kamu menyesal nantinya.
Hormati dan cintailah orangtuamu sepenuh hati seperti kamu mencintai dirimu, karena mereka juga membutuhkan cinta kasih darimu.
Jika suatu hari nanti, mereka benar-benar pergi, kita baru tidak akan merasa menyesal atau menyesali hari-hari yang telah berlalu! Semoga tercerahka.(jhn/yant)
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.