ETIndonesia-Dalam masalah cinta, ada yang ingin gelora asmara yang panas membara, menghanyutkan dan mengesankan. Sementara itu, ada yang juga menganggap bahwa cinta yang sederhana lebih membahagiakan.
Gadis dalam cerita berikut ini pernah memiliki pacar yang sangat mencintainya, tetapi tidak berakhir bahagia, tali cintanya putus di tengah jalan, dan dia pun kecewa dan larut dalam kesedihan, dengan meninggalkan luka di hatinya.
Vera benar-benar sedih setelah putus dengan pacarnya. Sejak cintanya kandas, Vera selalu dihibur dan ditemani oleh Simon, seorang pemuda yang tinggal di sebelah rumahnya. Simon berusaha mencoba agar Vera bisa keluar dari kabut kelamnya.
Pada saat itu, Vera pun berpikir, meski tidak ada ikatan cinta di antara mereka, tetapi kalau ada pemuda yang peduli, menemani, menghibur dan bisa menjaganya seperti itu, dipastikan sosok pria seperti itu tidak akan melukai hatinya. Akhirnya, Vera pun memutuskan menikah dengan Simon, pemuda tetanganya yang selalu ada untuknya.
Awalnya Simon ingin mengabadikan foto pernikahan, tetapi Vera tidak setuju. Vera merasa pernikahannya itu terlalu ceroboh, siapa tahu mungkin suatu hari nanti akan berakhir juga, jadi percuma juga membuat foto pernikahan.
Vera dan Simon sama-sama bekerja dan tinggal di kota besar. Simon adalah seorang karyawan dengan gaji kecil yang berangkat kerja setiap jam 06 :00 pagi, dan baru bisa pulang setelah pukul 18:00, sementara Vera bekerja di supermarket, dengan waktu kerja yang tidak menentu, bisa dikata keduanya jarang punya waktu bersama.
Simon pun berpikir, kehidupan yang mereka jalani seperti itu tampaknya tidak wajar, masa suami istri tidak punya waktu untuk makan bersama…gumamnya.
Awalnya, Vera tidak peduli, namun, sejak Simon membeli sepeda bekas seharga 100 ribu rupiah, dia jadi sering pulang ke rumah untuk memasak di siang hari, dan makan bersama dengan istrinya.
Vera diam saja melihat tingkah laku suaminya, tetapi hatinya luluh juga ketika melihat suaminya yang mengayuh sepeda di bawah terik Matahari.
Sejak saat itu, Vera pun mulai menyiapkan makan siang, menunggu suaminya dan makan bersama, selain itu, keduanya juga bisa berangkat kerja bersama.
Setiap siang, Simon selalu mengantar Vera berangkat kerja dengan sepeda bututnya. Sementara itu, rekan-rekan kerja Vera merasa geli melihat pemandangan itu, bahkan ada yang menyidir: “Aku belum pernah melihat pasutri yang begitu mesra sambil bersepeda seperti kalian.”
Vera jadi malu dan serba salah tingkah mendengar sindiran rekannya, sementara Simon tampak tidak peduli dan menyahut sindiran mereka, “Kalau saya tahunya hanya sayang sama istri.”
Tanpa terasa tibalah hari ulang tahun pertama pernikahan mereka. Untuk menghemat pengeluaran Vera pun segera mewanti-wanti suaminya. “Cukup beli hadiah sekedarnya, jangan beli bunga mawar, itu hanya buang-buang uang,” kata Vera.
“Aku juga sebenarnya tidak punya rencana untuk itu,” sahut Simon dengan polos.
Jawaban suaminya seperti itu tentu saja membuat kecewa Vera. Pada hari jadi perkawinan mereka yang setahun, malam itu, Vera pulang kerja, dia melihat kue tart mini di atas meja dan sebuah amplop biasa, paling juga selembar kartu ucapan murahan di dalamnya, gumam Vera yang tampak sedih membayangkannya.
Ketika Vera membuka amplop itu, dia melihat sebuah buku tabungan dengan saldo yang menyedihkan, hanya 600 ribu rupiah.
Ketika Vera masih termangu di tempat, tidak tahu entah harus menangis haru atau tertawa sedih, Simon berjalan masuk dan berkata : “Mulai hari ini, aku akan menabung 600 ribu rupiah setiap bulan untukmu sebagai uang pensiun. Pekerjaanmu tidak stabil, meskipun ada jaminan sosial, tetapi hanya cukup untuk kebutuhan pokok sehari-hari. Mumpung aku masih muda, jadi aku menghemat dan menabung untuk bekalmu di kemudian hari. Meski tidak seberapa, tapi aku janji kamu akan mendapatkan 600 ribu rupiah setiap bulan.”
Vera tidak menyangka, suaminya membuat janji seperti itu. Dia tidak berpikir tentang kehidupan di usia tua, dan dipastikan banyak anak-anak muda yang juga tidak berpikir banyak tentang bekal hidup di hari tua nantinya, tetapi suaminya ini telah memikirkan hari tuanya di kemudian hari.
Demi memenuhi janjinya itu, Simon kerap bekerja lembur, dan bekerja sambilan di tempat pengumpulan sampah tidak jauh dari rumahnya. Vera merasa tak tega melihat suaminya banting tulang demi untuknya, dia tidak ingin Suaminya bekerja seperti itu, tapi Simon tetap bersikeras.
Vera pun tak berdaya lagi membujuknya, dia hanya bisa membantu menyiapkan handuk, minuman, dan terkadang telur yang sudah dimasak. Rekan-rekan kerja tampak iri melihat kemesraan mereka.
Hari-hari yang sederhana itu pun berlalu dengan cepat. Tak terasa empat tahun pun berlalu. Pasangan muda itu akhirnya berhasil mengumpukan uang dan membeli sebuah rumah bekas. Meskipun ukuran rumahnya kecil dan perabotan di dalamnya juga sudah usang, tapi itu adalah rumah mereka sendiri.
Ketika mereka pindah, keduanya tampak sibuk mengemasi barang-barang mereka, Vera melihat foto-foto yang dipotret beberapa tahun yang lalu, dia tampak tersenyum bahagia dan merasakan kebahagiaan itu. Saat itulah Vera seketika baru sadar kalau ternyata dia hidup dalam kebahagiaan selama ini.
Suaminya mengambil buku tabungan dan menyerahkan kepada Vera. selama ini, buku tabungan itu selalu disimpan Simon. Vera membuka tabungan itu, dan melihat sederetan angka tambahan di belakang 600 ribu rupiah.
Saat itulah Vera tak sanggup lagi menahan tangis harunya, matanya sembab oleh linangan air mata. Sementara suaminya hanya tersenyum dan berkata, “Sebenarnya, terkadang aku juga takut tak bisa bertahan lagi, tetapi aku berkata pada diriku sendiri, tunggu dan lihat saja nanti, saat kamu benar-benar jatuh cinta kepadaku, bukankah semuanya menjadi layak dan sepadan nantinya ? Lihatlah sekarang, bukankah aku sudah berhasil menunggu tibanya hari yang membahagiakan itu.”
Vera pun langsung memeluk suaminya, keduanya berpelukan mesra di rumah baru mereka meski rumah bekas.
Vera sendiri tanpa sadar sebenanya telah lama jatuh cinta pada Simon. Gelora cinta yang membara adalah hasrat semasa remaja, tetapi berjalan seiring bersama sepanjang hayat itulah harapan yang diidam-idamkan orang-orang dewasa.
Jadi, apalagi yang diragukan lagi jika bertemu dengan seseorang yang bersedia menunggumu jatuh cinta kepadanya ?(jhn/yant)
Sumber: pretties.news
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.