ETIndonesia-Sudah hampir tiga tahun Dila bekerja di perusahaan ini, tapi posisinya tidak pernah berubah. Sementara rekan kerja lainnya yang lebih belakangan bergabung dengan perusahaan tempatnya mencari nafkah cenderung mendapatkan promosi jabatan, dan dadanya serasa sesak setiap mengingat hal ini.
Akhirnya suatu hari, Dila mempertaruhkan “periuk nasinya ” menemui bosnya untuk menyampaikan keluhannya.
“Bos, apa saya pernah datang terlambat, pulang kerja lebih awal atau melanggar peraturan kantor ?”
“Tidak,” jawab bosnya singkat.
“Kalau begitu perusahaan diskriminasi terhadap saya ? ” Bosnya termenung sejenak lalu berkata “Tentu saja tidak.”
“Lalu mengapa orang yang pengalaman dan kualifikasinya di bawah saya justru mendapat posisi utama, sedangkan saya selalu bertengger di tempat ?” Tanya Dila lagi.
Sang bos terdiam sejenak, lalu tersenyum dan berkata “Masalahmu nanti kita bicarakan lagi ya, sekarang saya ada urusan mendesak, atau kalau tidak kamu bantu saya dulu mengatasinya?
Seorang pelanggan berencana ke perusahaan untuk melihat-lihat produk kita, coba kamu hubungi mereka dan tanyakan kapan akan berkunjung ke kantor,” kata bosnya.
“Apa Ini tugas penting?” Sebelum pergi, dia menyindir bosnya.
Beberapa menit kemudian, dia kembali ke ruangan bosnya.
“Sudah menghubunginya?” Tanya si bos.
“Sudah, mereka bilang mungkin akan datang minggu depan,” jawab Dila.
“Pastinya, minggu depan kapan ?”Tanya sang bos.
“Saya tidak tanya.”
“Berapa orang yang akan berkunjung.” Tanya sang bosa lagi.
“Ah, Anda tidak meminta saya menanyakan ini!”
“Kalau begitu, mereka naik kereta atau pesawat?”
“Anda juga tidak meminta saya untuk menanyakan ini!”
Mendengar itu, bos pun tidak berkata apa-apa lagi, dia memanggil Kiki ke ruangannya.
Kiki lebih lambat satu tahun bekerja di perusahaan daripada Dila, tapi sekarang adalah kepala divisi.
Kiki mendapat tugas yang sama seperti Dila barusan. Tak lama kemudan, Kiki ke ruangan bosnya.
“Oh, jadi begini pak …” kata Kiki menjelaskan kepada bosnya, “Mereka naik pesawat jam 3 sore Jum’at depan, tiba di bandara sekitar jam 6 sore, mereka berangkat bersama 5 orang, dipimpin oleh manager keuangan, dan saya sudah memberi tahu mereka, bahwa kita akan mengutus orang kantor untuk menjemput mereka di bandara.”
“Selain itu, mereka berencana untuk survei selama dua hari dan kedua belah pihak akan membahas masalahnya lebih lanjut setelah mereka tiba di sini. Untuk kenyamanan kerja, saya usulkan mereka menginap di hotel internasional terdekat. Jika Anda setuju, saya akan memesannya besok.”
“O ya, minggu depan, ramalan cuaca mengatakan akan hujan, saya akan terus menjalin kontak dengan mereka, dan akan saya laorkan kepada Anda begitu ada perubahan.”
Setelah Kiki keluar dari ruangan bosnya, si bos kemudian menepuk Dila dan berkata : “Sekarang kita bicarakan masalah kamu.”
“Tidak perlu, saya sudah tahu sebabnya, maaf mengganggu waktu Anda.”katanya dengan nada lesu.
Tiba-tiba Dila menyadari bahwa tidak ada siapa pun yang langsung menduduki jabatan penting atau pemimpin besar sejak lahir, semuanya mulai dari hal yang sederhana dan sepele, label apa yang Anda lekatkan pada diri Anda hari ini mungkin dapat menentukan apakah Anda akan dipercayakan untuk tugas penting besok.
Tingkat kekhawatiran berdampak langsung terhadap efisiensi kerja, setiap perusahaan sangat membutuhkan karyawan yang bertanggung jawab dan secara aktif tahu apa yang harus dilakukan dengan pekerjaannya tanpa perlu disuruh-suruh.
Karyawan yang berkualitas itu harus aktif melakukan apa yang seharusnya dikerjakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya, kemudian menyelesaikannya, bukan secara pasif menunggu orang lain mengatur pekerjaan.
Semoga setelah membaca cerita pendek ini, bisa memberi pencerahan dan semakin banyak teman-teman menjadi karyawan aktif yang berkualitas! Kemajuan itu bersumber dari perbandingan !(jhn/yant)
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.